7 Keanehan di Akademi Ninja

oXxXxXo

Naruto © Om Kishi

oXxXxXo

"Kenapa harus gue, un?" tanya Dei pasrah kepada Konan. "Dan lagi..." Deidara mengepalkan kedua tangannya dengan gemetar, kesal. "Kenapa gue harus sama 2 makhluk GaJe ini, un!?" tanyanya emosi sembari menunjuk Pein yang lagi baca majalah bokep dan Kakuzu yang sedang menghitung uang.

"Hah... Gue ngerti penderitaan lu, Dei-kun..." Konan menghela nafas sembari mengelus-elus pundak Dei. "Tapi ini perintah Madara-sama—maksud gue, Nagato sendiri, jadi gue nggak bisa ngelawan..."

"Hiks..." Dei pundung di pojokan. "Tapi nggak harus mereka 'kan~?"

"Dei-chan! Kalo lu mau, gue bersedia gantiin posisi Kuzu ato Leader-sama kok!" ujar Hidan nepsong.

"Leader-sama, Kakuzu-san, ayo berangkat, un..." Dei bangkit dari pundungnya, dan berjalan keluar markas dengan mengajak Pein dan Kakuzu—tanpa mempedulikan Hidan sama sekali.

"Osh!" jawab Pein semangat. "Konan-chan, aku pergi dulu ya!" pamitnya pada Konan.

"Hm..." pamit Kakuzu yang masih ngitung duit.

"Hati-hati di jalan, ya! Nagato, Dei-kun, Kuzu-kun!" Konan melambaikan tangan pada mereka bertiga.

Mereka pun pergi meninggalkan Akatsuki lainnya.

"Huwaaa~ Dei-chan jahat~" Hidan menangis lebay dan pundung di pojokan.

"Cup cup cup... Hidacchi jangan nangis dong... Nanti Tobi suapin Hidacchi makan deh..." bujuk Tobi sembari menepuk-nepuk pundak Hidan.

.

"Selamat datang di Akademi Ninja Konoha, Deidara-san, Pein-sama, Kakuzu-san!" sapa Iruka ramah.

"Ya, ya... Makasih sambutannya, un..." respon Dei cuek.

"Jangan begitu, Deidei!" Pein menyikut lengan Dei. "Terimakasih sambutannya, Iruka-san!" respon Pein yang sukses membuat semua anak langsung menangis dan Iruka bergidik ngeri. Niatnya pingin ngasih senyum manis, tapi karena tampangnya horor, makanya jadi senyum horor deh!

"Leader-sama, lebih baik Anda nggak usah senyum," bisik Kakuzu.

"Gue tau kok..." ujar Pein yang tertunduk lesu dengan air matanya yang mengalir deras di kedua pipinya.

"Ehm... Baiklah... Si-silahkan masuk!" Iruka tersenyum (tapi masih ketakutan) dan membukakan pintu untuk mereka.

--

Di dalam kelas...

"Minna, mereka adalah Akatsuki; yang datang khusus mengajar kalian hari ini!" Iruka memperkenalkan Akatsuki kepada anak-anak. Anak-anak yang tadinya ribut—seperti ngobrol-ngobrol, lempar-lemparan pesawat kertas, ngupil, de es be—langsung terdiam dan memandang para Akatsuki dengan mata berbinar-binar. Bukan karena Akatsuki terkenal sebagai kriminal tingkat-S, tapi karena tampang mereka ancur semua.

"Uwoooh, sugoi!" komen semua anak kagum.

"Nah, apa ada pertanyaan untuk Akatsuki ini sebelum kalian memulai pelajaran?" tanya Iruka.

"Sensei! Aku mau tanya!" seorang anak mengangkat tangannya dengan bersemangat.

"Ah! Kamu curang! Aku 'kan juga mau tanya!" sewot satunya.

"Aku juga mau tanya, Sensei!" timpal yang lainnya. Dan semuanya pun langsung rebutan untuk bertanya.

"Diam!!" perintah Iruka.

"..." semuanya langsung diam.

"Satu-satu dong! Jadi kalian mau bertanya ke siapa?" tanya Iruka sembari memijat dahinya.

"Yang berambut pirang!" jawab semuanya serempak.

"Heh!?" Pein dan Kakuzu langsung memandangi Dei.

"Un?" Dei dengan wajah inosen-nya menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa sama gue, un?"

"Baiklah, jadi apa pertanyaan kalian?" tanya Iruka sembari merapikan buku-bukunya.

"Sebenernya... Onee-chan itu cewek ato cowok?" tanya mereka semua SKB (serempak, kompak, dan berbarengan).

GUBRAK!!

Dei ber-'gubrak' ria, sementara Iruka, Pein, dan Kakuzu menertawakan Dei.

"Leader-sama, un..." sahut Dei yang baru bangkit dari 'gubrak'-nya dengan suara pelan.

"Hahaha... A-apa, Deidei?" tanya Pein yang masih setengah tertawa.

"Apa gue boleh ledakin semua bocah tengil ini, un?" tanyanya.

"Jangan gitu dong. Nanti... Haha... Kita nggak digaji loh... Hahaha..." jawab Kakuzu di sela-sela tawanya.

'Kalo tau gini, lebih baik dulu gue gabung sama pasukan Oto ni Goninshuu-nya Si Orochimaru-Pedopil-Bencong itu, un...' batin Dei menyesal.

"Sebenernya gender Onee-chan apa sih?" tanya salah satu anak penasaran.

"Denger ya, anak-anak..." Dei mengepalkan tangannya kesal. Seketika itu juga, background berubah menjadi lautan api. "Gue COWOK tulen, un!!" tegas Dei berapi-api sambil menambahkan penekanan pada kata 'cowok'.

"UAPPAAA!?" anak-anak langsung syok.

"Aku nggak percaya kalo ternyata onee—maksudku onii-chan itu cowok!" bisik salah satu anak.

"Iya! Aku kira dia cewek! Habisnya dia cantik banget!" timpal yang lainnya.

"Kalian masih nggak percaya, un!?" tanya Dei emosi. Habis sudah kesabarannya...

"Nggak!" jawab mereka serempak.

"Baiklah, kalo begini..." Dei menundukkan kepalanya sebentar. Dei pun membuka jubah Akatsuki juga baju dalam-nya, dan...

"Kyaaa!!" jerit anak cewek. Ada yang nutupin mata mereka, tapi curi-curi ngeliat. Ada juga yang udah nosebleed sampe pingsan.

"Huwaaa!! Beneran cowok!!" teriak anak cowok kagum.

"..." Iruka pingsan.

"..." Kakuzu sibuk motret-motret.

"WTF!?" Pein syok karena kelakuan nekat anak buahnya.

.

Sore harinya...

"Mata ne, Dei nii-chan, Pein oji-chan, Kuzu ojii-chan!" seru semua anak berbarengan sembari berjalan pergi meninggalkan Akatsuki.

"Terima kasih sudah banyak membantu, Deidara-san, Pein-sama, Kakuzu-san." Iruka membungkukkan badannya. "Mata ne!"

POFF!

Kepulan asap muncul bersamaan dengan menghilangnya Iruka.

"Khu khu khu... Gajinya lumayan nih..." Kakuzu menghitung gajinya.

"Hmph! Sayonara, un." gumam Dei sebal.

"Loh? Kok 'sayonara'?" tanya Pein heran.

"Gue nggak mau ketemu sama bocah-bocah itu lagi, un!" Dei mencak-mencak GaJe. "Seenak jidat mereka bilang gue cewek, un! Padahal udah jelas suara gue nge-bass gini, un! Mereka budeg apa, un!?"

"Yah... Jangan begitu dong, Deidei..." Pein sok menasehati. "Mereka 'kan cuma anak-anak inosen... Sama seperti Tobi..."

"Gue mau pulang, un!" Dei baru saja melangkahkan kakinya—

"Matte, Deidara." —tapi keburu dihentikan oleh tentakel Kakuzu.

"..." Dei menatap sebal ke Kakuzu. "Apa lagi sih, un!? Tugas kita udah selesai 'kan, un!?"

"Kita masih puntya tugas lain..." jawab Kakuzu santai seraya memasukkan uang-nya ke dalam jubahnya.

"Un?"

.

"..." Dei men-death glare Kakuzu sembari memegangi sebuah tongkat pel.

"Apa? Naksir lu sama gue?" tanya Kakuzu yang merasa risih karena dari tadi dipelototin Dei.

"Cuih, najis, un! Mending gue dicium Si Hidan-Physco daripada lu yang udah kakek-kakek un!"

--

Markas Akatsuki...

"Hatchiiu!!" Hidan bersin dengan tidak elitnya di depan Sasori.

"Uwaah! Jorok!" jerit Sasori norak sambil buru-buru membersihkan muka dan jubahnya.

--

Kembali ke Dei, Pein, dan Kakuzu...

"..." Kakuzu membalas death glare Dei. Tapi Dei nggak takut, dia malah ikut-ikutan membalas death glare Kakuzu. Dan untuk beberapa saat terjadi perang death glare.

"Udah, udah... Jangan gitu dong..." Pein—yang akhirnya otaknya mulai berfungsi sebagai Leader, meleraikan. "Deidei pel lantai 1 dan Kakuzu pel halaman." perintah Pein.

"Lu sendiri ngapain?" tanya Kakuzu.

"Pulang ke markas." jawab Pein inosen.

"..."

.

"Kakuzu-san, lu pel lantai 2-nya, un..." perintah Dei sembari menunjuk ke atas.

"Oke." Kakuzu pun pergi meninggalkan Dei yang baru saja menjitak Pein.

"Hah... Habis ini baru pulang, un..." Dei menghela nafas. "Hiks.. Sasori no Danna, un..." Dei mewek layaknya anak ayam ditinggal induknya.

Lampu yang menyala di sepanjang koridor tidak cukup untuk menerangi seluruh ruangan di Akademi Ninja Konoha itu. Hari itu langit terlihat sangat gelap, apa boleh buat, bulan tertutup oleh awan.

Ting...

"Un?" Dei mendengar suara sebuah piano dimainkan.

"Na-nani... un?" pandangan Dei tertuju pada ruang musik... Padahal ruang musik itu kosong... Tidak ada seorang pun di dalamnya...

Tsudzuku

A/N: Minna-san! Ini dia fic yang Sei janjikan pada Rei Kuroshiro dan daijuuyon! Rei Kuroshiro rikues Hanako, dan daijuuyon minta starring-nya Dei! And here it is! –digeplak karena sok Inggris-

Ada 7 hantu nih! Siapa yang bisa nebak hantu apa aja, nanti dapet 1 juta ryo dari Kakuzu! –dicekik-

Oya, fic ini bisa juga dibilang sebagai side story dari 'Kumpulan Cerita Hantu' loh! -Readers: gak nanya!-

RnR?