Who Are You? By

CherryKnight23

.

.

.

.

.

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Story © CherryKnight23

Pairing : SasuSaku & Others

Rate : M (for Save)

Genre : School-Life, Romance, Hurt, Drama, Family

Warning! : OOC, OC, AU, Bad Chara, Typo(s), Bashing Chara (maybe), EYD amburadul dan gangguan lainnya XD

.

.

.

.

.

(RE-PUBLISH)

Fict ini terinspirasi dari sebuah drama Korea yang berjudul "Who Are You?/ School 2015" dan judulnya juga sama ^^v

No flamer and silent reader pleaseee... (..)

Okelahkalaubegitchuu~... langsung saja..

Cekidot!

.

.

.

.

.

Kalau udah baca chapter 1 lalu anda merasa tidak suka please get out from my fict. Okeyy! (^0^)

.

.

.

.

.

Saturday,03 March 20XX - Japan

Plak!

"Rasakan ini!"

Plak! Bugh!

"Kau tahu? Wajahmu membuatku muak!"

Plak!

Bugh! Bugh!

"Hahaha, kau benar-benar menyedihkan. Ini harus diabadikan."

Plak! Bugh!

"Kasihan sekali wajah cantiknya itu harus dipenuhi memar, hahahaha"

Plak!

"Sekali lagi kau berani menolak permintaanku! Tunggu saja dan rasakan apa yang akan aku lakukan padamu."

"Sebaiknya kita segera pergi, kalau dia mati kita akan kehilangan mainan kita. Oh, aku tidak mau repot-repot untuk mencari mainan baru."

Terlihat seorang gadis yang wajahnya kini terlihat memar di beberapa bagian sedang berusaha untuk menahan tubuhnya agar tetap berdiri. Dia melirik ke arah tiga orang gadis yang berjalan menjauh keluar dari toilet perempuan itu. Gadis itu kemudian membasuh wajahnya di wastafel sambil merintih saat air mengenai bagian wajahnya yang memar. Lalu dia mengusapkan bedak untuk menutupi lebam dawajahnya.

"Kami-sama, aku mohon kuatkan aku!" Gumamnya pelan.

Setelah itu, gadis yang memiliki rambut yang berwarna soft pink panjang yang sudah terlihat lebih baik itu berusaha untuk berjalan meninggalkan lokasi tempat dia mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Air mata yang sedari tadi berusaha ditahannya kini keluar sudah dari kedua mata emeraldnya. Dia benar-benar merasa sangat kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa melawan dan membela dirinya dari keempat gadis yang tadi mem-bully-nya . Dengan berjalan terseok-seok, dia akhrinya berhasil mencapai halte bus. Otaknya secara otomatis kembali mengingat kejadian yang menimpanya hari ini.

Flashback

Di Konoha Senior High School (KSHS), tepatnya dikelas 2-1, terlihat seorang gadis cantik berambut soft pink panjang yang dikepang satu terlihat sedang asyik membaca sebuah buku di tempat duduknya. Sesekali dia tersenyum tipis saat mendapati sesuatu yang lucu dari buku yang dibacanya. Ini sudah jam pulang, tapi gadis itu masih merasa betah untuk berlama-lama di kelasnya.

Brak!

Gadis itu tersentak kaget dan segera mendongak untuk melihat siapa yang telah menggebrak mejanya sekeras itu. Mata emeraldnya membulat kala dia melihat seorang gadis berkacamata dan berambut merah sedang menyeringai sinis padanya.

"Ka..Karin-san, ada apa?" Tanya gadis berambut soft pink itu sambil menundukkan kepalanya, tak berani menatap sepasang mata ruby yang sedang menatapnya tajam.

"Oh... Saki-chan, sepulang sekolah nanti kami berencana untuk pergi berbelanja, banyak barang baru di mall..." Ucap gadis bernama Karin itu sambil memainkan rambut Sakura.

"Tapi... aku tidak mau kehabisan uang, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Kau pasti sangat tahu hal itu kan, Saki?" Ucapnya lagi dengan nada yang dibuat-buat. Tangan Karin yang sedari tadi memainkan rambut Saki kini berpindah kearah wajahnya, dia mengelus pelan wajah Saki sebelum mencengkramnya keras.

"Akhh!" Rintih Saki saat kuku-kuku tangan Karin yang panjang itu menusuk kulit wajahnya.

"Ku yakin kau pasti akan membelikan semua benda itu untukku kan? Saki-chan. Atau..."

"A..akhh!"

Saki semakin merintih saat kuku-kuku Karin semakin keras menusuk kulit wajahnya. Tidak hanya itu, tangan Karin yang satunya kini menarik rambut ekor kuda Saki. Saki otomatis mendongakkan wajahnya. Mata emeraldnya terlihat berkaca-kaca.

"Go..gomen, Karin-san. Ak..aku tidak mau menuruti kemauanmu." Ucap Saki pelan. "La..lagipula kenapa kau melakukan ini padaku? Kau bukan siapa-siapaku."

Karin mendongakkan kepalanya sebentar sambil mendecih pelan.

Plak!

"Si jalang ini sudah berani macam-macam rupanya..." Ucap Karin sambil menampar wajah Saki.

Siswa dan siswi yang masih berada didalam kelas tersebut berusaha untuk tetap bersikap tenang, seolah tidak terjadi apa-apa saat ini. Tidak ada satu pun yang berani untuk menghentikan aksi Karin terhadap Sakura. Memangnya siapa yang mau berurusan dengan seorang anak ketua yayasan di KSHS? Kalau kau sudah siap untuk angkat kaki dari sekolah yang menempati urutan kedua sebagai sekolah yang paling terkenal di Jepang itu, silahkan saja hentikan perbuatan yang dilakukan Karin saat ini. Entah bagaimana caranya tapi Karin selalu berhasil membuat siapa saja yang berani melawannya itu keluar dari sekolah. Dan bahkan kelakuan Karin ini tidak diketahui sama seklai oleh para staff dan dewan guru, bahkan Ayahnya yang merupakan ketua yayasan sekolah ini.

"Ka..Karin-san, aku benar-benar tidak bisa. Berhentilah menggangguku." Ucap Saki sambil menusap pelan pipinya yang ditampar oleh Karin.

"Lalu? Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja? Jangan harap, jalang!" Bentak karin seraya menyeret Saki dengan kasar menuju ke toilet perempuan lalu mendorong Saki hingga punggungnya menabrak tembok cukup keras. Karin lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Hm... ada mainan disini, datanglah ke toilet perempuan." Ucap Karin. Setelah mematikan ponselnya, dia kembali menata Sakura sambil menyeringai sinis.

Plak!

"Kau beruntung hari ini, Saki!" Ucap Karin saat melihat ada dua gadis kain yang masuk kedalam toilet. Saki berusaha untuk menelan ludahnya, mereka adalah Tayuya, dan Kin, anggota geng Karin.

"Rasakan ini!"

End of Flassback

Saki memeluk dirinya sendiri berusaha untuk menenangkan dirinya.

Puk!

Saki menoleh saat seseorang menepuk pundaknya. Terlihat seorang gadis cantik beramambut pirang dengan model pony tail tersenyum lebar padanya.

"Yoho! Saki, kau pulang terlambat juga malam ini?" Tanya gadis pirang itu. Saki mengangguk.

"Hm... aku harus mengerjakan beberapa tugas dulu." Ucap Saki bohong. "Kau sendiri? Kenapa pulang terlambat Ino?"

"Hahaha... sama denganmu, aku juga harus menyelesaikan beberapa tugas." Ucap gadis bernama Ino itu. Tiba-tiba mata aquamarine-nya trtuju pada sudut bibir Saki yang terlihat sedikit lebam.

"Kenapa bibirmu?" Tanya Ino. Saki mengeleng pelan sambil tersenyum kecut.

"Apa mereka mengganggumu lagi? Kau tahu? Aku akan benar-benar segera pindah kesekolahmu itu dan memberi pelajaran pada mereka!" Ujar Ino sambil menatap Sakura serius.

"Tidak apa-apa Ino, ini hanya luka kecil..." Sahut Saki sambil terkekeh kecil menanggapi ucapan Ino.

"Huft... dasar keras kepala. Luka fisik memang bukan apa-apa, tapi bagaimana dengan mentalmu? Aku tidak ingin mendengar berita tentang seorang gadis yang bunuh diri karena sering di-bully." Ucap Ino lagi sambil mengeluarkan sebuah krim lalu mengolesinya peda bibir Saki yang memar. "Lihat, wajahmu itu canik, tapi terlihat sangat menyedihkan sekarang."

"Tenanglah Ino, kau kenal aku bukan? Aku bukanlah orang yang menjadikan bunuh diri sebagai jalan pintas hanya karena tidak tahan dengan kehidupanku. Memangnya setelah kau bunugh diri masalahmu akan selesai? Begitu? Tidak sesimpel itu." Ucap Sakura. Ino hanya terdiam sambil terus mengoleskan krim ke bagian wajah Saki yang lebam.

Saki bersyukur karena dia memiliki Ino, sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Awal mereka berteu adalah saat Saki menyelamatkan Ino yang hampir saja ditabrak oleh mobil, Ino pun kemudian mentraktir Saki di sebuah cafe dan mereka memutuskan untuk berteman. Dan mereka bersahabat sampai sekarang. Walaupun Ino dan Saki bersekolah ditempat yang berbeda, tapi hal itu tidak mempengaruhi persahabatan mereka. Mereka terus bercengkrama sampai bus yang mereka tumpangi akhirnya tiba.

Saki's POV

Betapa beruntungnya kau memilki sahabat yang secantik dan sebaik Ino. Aku harap semoga persahabatan kami tetap berjalan sampai kami tua nanti. Aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Saki, Haruno Saki. Aku adalah anak kedua dari pasangan Akasuna Kizashi dan Haruno Mebuki. Aku saat ini bersekolah di salah KEHS, sekolah yang menempati urutan kedua sebagai sekolah paling terkenal diseluruh Jepang. Aku menjalani hariku di sekolah seperti yang dilakukan oleh gadis ramaja pada umumunya. Namun, dalam kasusku ada hal yang sedikit berbeda, dan aku yakin kalian pasti tahu hal itu, karena aku baru saja mengalaminya beberapa jam yang lalu. Ya! Aku adalah korban bully. Aku itdak mengerti apa alasannya sehinga Karin dan gengnya menjadikanku sebgai bulan-bulanan mereka. Aku sudah mengalami hal ini sejak setahun yang lalu, waktu itu aku tidak sengaja menbarak Karin di koridor dan menyebabkan minuman Karin tumpah dan membasahi seragam sekolahnya. Dan sejak saat itu, mereka selalu saja menjadikanku sasaran sebagai bahan bully mereka. Mereka selalu mencari masalah agar bisa membully-ku. Seperti yang mereka lakukan tadi, aku yakin seratus persen Karin tidak akan mungkin kehabisan uang di dompet maupun direkeningnya. Itu hanya salah satu caranya agar mereka dapat membully-ku lagi. Namun ada hal yang paling membuatku kesal sampai rasanya mau mati. Yaitu diriku sendiri, aku kesal pada diriku sendiri. Kenapa? Karena aku sama sekali tidak bisa atau tidak memiliki keberanian untuk melawan mereka. Aku tidap peduli Karin itu anak ketua yayasan sekolah atau apapun itu, karena menurutku sesuatu yang salah itu harus dibenarkan bukan didiamkan seperti yang dilakukan teman sekelasku yang lain jika melihatku sedang disiksa oleh Karin dan gengnya. Satu-satunya hal yang ku inginkan sekarang adalah keberanian. Ya, dan aku harus berusaha agar aku bisa memperolehnya

End Saki's POV

Saki berjalan pelan menuju ke kediam Haruno. Sebuah rumah yang bergaya Eropa dan memiliki tiga tingkat itu terlihat sepi. Saki medesah pelan, tinggal seorang diri dan hanya ditemani beberapa pelayan dan seorang pengasuh dirumah sebesar itu benar-benar membuatnya kesepian. Orang tuanya saat ini sedang melakukan perjalanan bisnis ke Australia da saudaranya sedang menempuh pendidikan di Harvard University di Cambridge, Massachustsetts, Amerika Serikat, dia mengambil jurusan kedokteran. Saudaranya itu memang sudah tinggal disana sejak dia masih berumur 8 tahun. Disana dia tinggal bersama Paman dan Bibinya. Mengingat hal ini Saki menjadi merindukan saudaranya itu. Walau jarak memisahkan mereka, namun hubungan mereka tetap berjalan lancar. Ah, dia juga memiliki seorang adik laki-laki. Tapi saat ini adiknya itu tinggal di Suna bersama pamannya.

"Tadaima..." Ucap Saki ketika dia sudah masuk kedalam kediam Akasuna.

"Okaerinasai, Saki-chan." Seorang wanita tua menyambutnya di depan pintu sambil tersenyum. Wanita tua itu bernama Nenek Chiyo, dia adalah orang yang telah mengasuh Saki sejak kecil sekaligus sebagai kepala pelayan di rumah keluarga Haruno.

"Saki-chan, segeralah mandi dan makan, aku sudah menyuruh Ayame untuk menyiapkan air hangat." Ucap Nenek Chiyo.

Saki hanya mengangguk pelan, dia bersyukur setidaknya Nenek Chiyo tidak menyadari luka lebam yang ada di beberapa bagian wajahnya. Lalu dia pergi begitu saja meninggalkan Nenek Chiyo yang menatap sedih kearahnya.

"Kami-sama selalu bersamamu, Saki-chan." Gumamnya pelan sebelum memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Sesampainya di kamar, Saki langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya yang berukuran King size. Matanya menatap sendu kearah langit-langit kamarnya yang berhiaskan lukisan langit biru yang cerah. Sambil mengehela nafas panjang dia kemudian bangkit dan segera menuju ke kamar mandi untuk mambersihkan tubuhnya. Setelah melucuti semua pakainnya, Saki berdiam diri didepan cermin untuk melihat keadaan dirinya sekarang.

"Menyedihkan..."

Satu kata keluar dari mulutnya saat dia menatap penampakan dirinya di cermin. Rambutnya kusut dengan beberapa lebam di bagian wajahnya serta dibagian tubuhnya akibat dari perbuatan Karin dan teman-temannya. Matanya kembali berkaca-kaca meratapi dirinya sekarang. Meratapi keadaan dirinya yang sekarang. Namun dia sadar, tidak peduli seberapa banyak air mata yang kelaur dari kedua mata emeraldnya tidak akan pernah bisa merubah fakta tentang dirinya yang menyedihkan. Sekali menyedihkan, tetap saja menyedihkan. Akhirnya dia memutuskan untuk memasuki bath hub yang sudah terisi air hangat yang sudah disiapkan oleh pelayan dirumahnya sambil kembali menatap langit-langit kamar mandinya. Kedua orang tuanya maupun saudaranya tidak tahu tentang hal ini, tentang Haruno Saki yang lemah, yang menjadi korban bully, yang dikucilkan di sekolah oleh para siswa lain, yang selalu menangis di tengah malam meratapi keadaannya yang menyedihkan. Tidak ada yang tahu, kecuali Ino sahabatnya. Yang kedua orang tua dan saudaranya tahu adalah Haruno Saki yang ceria, memiliki banyak teman, dan selalu merasa bahagia. Saki tidak pernah berniat untuk memberitahukan hal ini kepada mereka. Dia tidak mau menyeret orang lain kedalam masalahnya. Masalahnya, biarlah tetap menjadi masalahnya.

Setelah merasa cukup segar, Saki menyudahia cara berendamnya dan menyelimuti tubuhnya dengan jubah mandi. Sebelum keluar dari kamar mandi, dia kembali bercermin.

"Yosh! Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja." Hiburnya pada dirinya sendiri.

Tok! Tok! Tok!

"Saki-chan, ada sesuatu untukmu." Teriak Nenek Chiyo di depan pintu kamar Saki.

"Tunggu sebentar!" Sahut Saki. Dia segera keluar dari kamar mandi dan segera memakai piyamanya yang berwarna biru dengan corak beruang kecil berwarna coklat. Dia membuka pintu dan mendapati Nenek Chiyo sedang berdiri sambil memegang sebuah kotak berukuran cukup besar di kedua tangannya. Saki segera mempersilahkan Nenek Chiyo masuk dan mereka duduk di tempat tidur Saki.

"Apa itu?" Tanya Saki kemudian.

"Paket untukmu, baru saja datang tadi." Jawab Nenek Chiyo sambil tersenyum.

"Paket? Dari siapa?" Tanya Saki lagi.

"Bukalah dan kau akan tahu. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu." Ucap Nenek Chiyo sambil beranjak akan pergi keluar dari kamar Saki. Saki mengangguk dan memeluk Nenek Chiyo terlebih dahulu. Nenek Chiyo terkekeh kecil mendapat perlakuan seperti ini dari Saki yang sudah dia anggap sebagai cucunya sendiri. Setelah itu dia menghilang dari balik pintu kamar Saki.

Saki kembali menatap sebuah kotak besar yang saat ini berada di depannya. Dengan perlahan dibukanya kotak tersebut. Didalamnya terdapat sebuah surat, sebuah sweater, dan sepatu kets. Saki mengambil surat tersebut dan membacanya.

To Saki, my beloved sister.

Yo! How are you?

Entahlah, aku hanya sedang berjalan di toko dan melihat benda-benda ini.

Suka atau tidak itu terserah padamu.

Fotoku juga ada, dan jangan membuangnya atau aku akan membuatmu menangis.

From your beloved sister

Sakura.

Saki tersenyum senang membaca surat dari saudaranya, walaupun isi suratnya seperti itu, tapi dia tahu kalau kakaknya sangat menyayanginya. Dia mengambil sebuah foto yang juga berada di dalam surat. Didalam foto itu, terlihat seorang gadis cantik berambut soft pink panjang bergelombang yang dibiarkan tergerai dengan poni rata yang hampir menutupi kedua matanya. Wajah datar kakaknya menyeringai kecil di foto itu semakin menambah kecantikannya. Kakaknya memakai baju sweater berwarna merah dengan tulisan Smile berwarna putih di depannya persis sama dengan sweater yang saat ini masih berada di dalam kotak tadi. Gadis cantik yang merupakan kakaknya itu juga memakai sepatu kets berwarna putih yang juga sama persis dengan yang ada di dalam kotak. Dia merasa melihat dirinya sendiri dengan kepribadian yang berbeda. Air mata menetes dari kedua matanya saat melihat wajah kakaknya di foto.

"Saku-nee..." Gumamnya pelan. Tanpa pikir panjang dia segera mengambil ponselnya dan menghubungi kakaknya.

Tuuut...tuuut...

"Halo?"

"Saku-nee! Aku benar-benar senang dengan hadiahmu. Arigatou!" Ucap Saki senang.

"Sudah kuduga. Bagamana kabarmu, bocah cengeng?" Tanya Sakura. Saki terdiam, air matanya kembali menetes.

"A..Aku baik-baik saja, Nee-chan. Kau sendiri? Kau tahu aku sangat merindukanmu." Tanya Saki balik, berusaha untuk tetao menjaga suaranya agar terdengar seceria mungkin.

"Cih! Untuk apa kau merindukanku? Jika kau ingin melihatku, kau cukup melihat dicermin dan lihat bayanganmu sendiri, gampang!" Ujar Sakura. Saki terkekeh kecil, dia sudah biasa dengan gaya bicara kakaknya yang terkesan kasar itu.

"Hahaha, kau itu berbeda seratus delapan puluh derajat denganku Nee-chan, ayolah... bagaimana kabarmu hmm?" Tanya Saki lagi.

"Aku baik-baik saja, ah... tidak seru jika berbicara lewat telepon, ayo nyalakan laptopmu." Pinta Sakura. Saki paham, Sakura ingin berbicara dengannya melalui video call.

Sebelum membuka video call, Saki mengoleskan bedak tipis ke wajahnya terlebih dahulu untuk menutupi memar di wajahnya.

"Yo!" Sapa Sakura ketika Saki membuka video call-nya. Saki tersenyum senang melihat wajah kakaknya.

"Oh...C'mon, apa-apaan dengan wajahmu itu?" Tanya Sakura sambil menyeringai kecil. Saki terkekeh.

"Nee-chan, kau dimana? Disekolah?" Tanya Saki saat melihat banyak orang yang berlalu lalang di belakang Sakura. Saki melirik kearah jam berbentuk kucing dikamarnya yang sudah menunjukkan jam 20.31 malam. Ah dia lupa, perbedaan waktu.

"Hn, begitulah... tunggu! Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Sakura tiba-tiba sambil menatap tajam Saki yang saat ini tengah berusaha untuk menelan ludah.

"Ah..a..aku terjatuh di kamar mandi tadi." Jawab Saki bohong. Dia bisa melihat Sakura di video call semakin menatapnya tajam.

"Aku tahu ada yang tidak beres denganmu. Kau tahu tentang feeling seorang saudara? Apalagi aku ini saudara kembarmu." Kata Sakura tajam.

"Aku...aku benar-benar tidak apa-apa Nee-chan, sungguh. Aku hanyi tej- "

"Apa kau di-bully?" Potong Sakura membuat Saku membelalakkan matanya. Darimana kakaknya tahu?

"Ti..tidak. Ah, sudah malam, aku harus segera tidur dan bangun pagi-pagi sekali besok. Sampai jumpa, Nee-chan." Ucap Saki cepat seraya menutup laptopnya.

'Gomen Nee-chan.'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Saturday, 03 March 20XX – USA

"Haahh..."

Seorang gadis cantik berambut soft pink mendesah pelan saat video callnya diputus secara sepihak oleh saudaranya yang berada di Jepang. Sakura –gadis itu- kembali memikirkan memar yang dilihatnya tadi di wajah saudaranya. Walaupun itu hanya melalui video call, jangan pernah meremehkan ketajaman matanya. Sakura kemudian meminum jus strawberrynya yang sempat terabaikan tadi.

"Hey!"

Sakura tersentak kaget dan hampir saja menyemburkan minumannya saat seseorang menepuk pundaknya.

"What's wrong?" Tanya orang yang menepuk pundaknya tadi.

"Nothing... Apa yang kau lakukan disini, Shion?" Tanya Sakura datar pada gadis berambut pirang yang saat ini sudah duduk di depannya.

"Oh..C'mon, kau tidak asik sama sekali Sakura. Hey! Aku bahkan lebih tua tiga tahun darimu" Ujar Shion sambil menggigit sebuah apel. Shion adalah salah satu mahasiswa Harvard yang juga berasal dari Jepang, sama sepertinya, mereka berteman akrab karena mereka berdua berada di fakultas yang sama.

"I don't care..." sahut Sakura cuek membuat Shion mendelik kesal.

"Ah.. I know now... kau pasti sedang memikirkan saudara kembarmu itu bukan?" tebak Shion. Sakura mengehela nafas.

"Hn. Ah, coba tanya pada adikmu apa yang terjadi pada Saki." Pinta Sakura. Shion terdiam sebentar.

"Dia menelfonku tadi." Jawab Shion. Sakura mengangkat sebelah alisnya seolah berkata 'apa yang dia katakan?'

"Dia menceritakan tentang sahabatnya, saudara kembarmu itu. Ino bilang dia mendapati Saki duduk di halte bus dengan keadaan mengenaskan. Maksudnya penampilannya kusut dan terdapat beberapa memar di wajahnya." Kata Shion. "Ino juga bilang padaku, kalau dia akan memutuskan untuk pindah KEHS agar dia bisa menemani Saki."

Entah kenapa ini sebuah kebetulan atau bukan, Shion sahabatnya merupakan kakak Ino yang merupakan Sahabat Saki. Shion bercerita pada Sakura bahwa Ino sering curhat padanya untuk meminta saran tentang sahabatnya. Saat Shion menyebut nama Saki, Sakura pun sadar kalau Saki yang dimaksud adalah saudara kembarnya. Makanya sejak saat itu Sakura sering mendapat informasi tentang Saki melalui Shion yang mendapat informasi dari Ino. Makanya, Sakura selalu tahu keadaan Saki meskpun Saki selalu saja mengatakan bahwa dia baik-baik aja.

"Apa yang akan kau lakukan Sakura?" Tanya Shion kemudian. Sakura terdiam sebentar sebelum sebuah seringai meuncul diwajahnya, membuat Shion menatap ngeri pada Sakura.

"Kau fikir aku akan tinggal diam?" Gumam Sakura pelan. Shion yang merasa aura mengerikan menguar keluar dari tubuh Sakura langsung nyumpal mulut Sakura dengan buah apelnya membuatnya mendapat tatapan tajam dari kedua emerald Sakura.

Sakura's POV

Tidak akan kubiarkan mereka melakukan hal semena-mena terhadap adikku. Tidak peduli mereka itu siapa aku akan tetap menghajar mereka, kalau perlu membunuh mereka sekalian. Sebelumnya aku akan memperkenalkan diri. Namaku Sakura, Haruno Sakura. Aku adalah Saudara kembar Haruno Saki. Aku lahir sepuluh menit lebih dulu dari Saki, kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku yang seumuran Saki bisa kuliah padahal aku seharusnya masih duduk di kelas 2 di Sekolah Menengah Atas. Jawabannya gampang, aku mengikuti kelas akselerasi. Aku menyelesaikan belajarku di SMA pada umur 14 tahun di Amerika, lalu mendapat beasiswa di Harvard University. Siapa yang mau menolak kesempatan ini? Makanya aku melanjutkan studyku disini dan menunda rencanaku untuk pulang ke Jepang.

Jika kalian bertanya apa yang membedakanku dengan Saki jawabannya adalah kepribadian. Kalau soal wajah dan anggota tubuh lainnya, aku yakin kalian hanya akan membuang-buang waktu, karena kalian tidak akan menemukan perbedaan di antara kami. Kami ini kembar identik. Sudah kubilang, yang membedakan kami adalah kepribadian, ah! dan juga penampilan. Rambut kami sama-sama panjang sepunggung dan hampir mencapai pinggang. Bedanya Saki selalu mengikat rambutnya yang lurus menjadi ekor kuda, sedangkan aku lebih suka membiarkannya tergerai dan bergelombang. Saki juga hanya memakai make up tipis, aku juga sama, hanya memakai bedak tipis, bedanya adalah aku suka memakai eyliner didaerah kelopak mataku. Hanya itu yang berbeda.

Soal kepribadian, aku bisa katakan kalau aku dan Saki itu berbeda seratus delapan puluh derajar. Saki itu Periang, cengeng, dan lemah lembut. Sedangkan aku kasar, cuek, bermulut pedas, dan dingin. Ah, kalian akan menemukan banyak hal yang membedakan kami jika kau terus mengikuti cerita ini.

Meskipun aku kasar, cuek, dan sebagainya, aku sangat menyayangi adik kembarku. Aku tidak peduli dengan apapun yang penting adalah aku selalu bisa melindungi dan menjaga adikku. Dan sepertinya aku harus memulai petualanganku dari sekarang.

End Sakura's POV

TBC

A/N :

Nah, minna-san.. silahkan menikmati ceritanya. Apa ada yang sia menebak dimana letak perbedaannya? Hahaha (..)

Dan beginilah hasilnya... Dan ku harap para readers tidak terganggu dengan ini.

I hope you still like my story ^^

Mind to review?