Hwarang The Begining Fanfiction (BL vers)
Cast : Sunwoo (Park Seojoon), Jidwi (Park Hyunsik), Sooho (Choi Minho), Banryu (Do Jihan)
Dics : karakter bukan milik saya, tapi cerita ini asli milik saya nanodayo :v
Note : Mengambil latar Drakor Hwarang The Beginning episode 13, semua yang diceritakan murni hasil pemikiran absurb saya setelah sekian lama memendam rasa kepada empat pemain ini. Maaf kepada 2min (Minho & Taemin) shipper, saya juga suka 2min tapi entah kenapa setelah melihat HTB saya berpikir Minho cocok juga sama Jihan :v dan juga ini oneshoot serta berbeda jauh dari alur cerita sesungguhnya :)
DON'T LIKE DON'T READ
.
.
.
.
Setelah selesai adu pedang antara Sunwoo dan salah satu anak buah Tuan Youngshil berakhir, Sunwoo memutuskan untuk menyendiri dan menyender di koridor Hwarang House. Tampak ia berpikir keras menerka-nerka apakah benar Jidwi adalah Raja Silla.
Disaat ia masih berpikir sembari menatap halaman Hwarang House, Jidwi datang menghampiri Sunwoo. Tentu saja Sunwoo menyadari kehadiran Jidwi.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Jidwi datar. Walaupun terdengar tidak peduli namun siapa sangka sang Raja Silla ini begitu mengkhawatirkan Kaeserang nya itu.
"Kau khawatir?" Tanya Sunwoo kepada Jidwi sembari mendengus kecil.
"Ya." Jawab Jidwi singkat.
"Heh, kenapa?" Dengus Sunwoo lagi, kali ini dengan menatap remeh Jidwi.
Jidwi yang melihat tatapan itu jadi kesal sendiri, lantas ia menjawab dengan sedikit tertawa.
"Ya tentu saja karena-"
Srettt
Belum selesai Jidwi membalas perkataan Sunwoo, Sunwoo telah lebih dulu mengayunkan pedangnya tepat pada leher Jidwi. Hal itu tentu saja membuat Jidwi terdiam dan menatap kaget Sunwoo. Lantas ia mencoba berani beratanya kepada Sunwoo.
"Apa yang kau lakukan?" Jidwi bertanya datar.
"Apa kau, seorang Raja?" Sunwo bertanya pelan.
Jidwi terdiam sembari menatap Sunwoo letih. Haruskah ia jujur atau tetap berbohong. Jika ia jujur maka pria yang ia sukai ini akan membencinya juga pasti akan membunuhnya. Yap, Jidwi telah menyukai Sunwoo sejak pertama kali mereka bertemu. Namun ia tak dapat mengungkapkan rasa suka nya karena sang pujaan telah lebih dulu salah paham padanya. Ia ingin menjelaskan semua secara rinci namun belum menemukan waktu yang tepat.
"Maaf." Jidwi menjawab pelan.
"Katakan. Apa kau benar seorang Raja?" Desis Sunwoo sembari menatap tajam Jidwi.
Jidwi terdiam lagi dengan masih tetap menatap Sunwoo letih. Dan tentu saja itu membuat Sunwoo menjadi kesal.
"Jawab !" Sunwoo membentak Jidwi keras.
"Jika pun aku seorang Raja, aku lebih memilih jadi temanmu dari pada menjadi Raja. Tidak bisakah kita berteman?" Jidwi membalas pelan dan lirih.
Deg
Jantung Sunwoo berdetak kencang. Sehingga secara tak sadar ia menurunkan pedang yang ia acungkan kepada Jidwi tadi.
Jidwi yang melihat itu tersenyum paksa menatap Sunwoo. Dan mulai berkata lagi.
"Aku hanya ingin berteman denganmu terlepas dari status kita masing-masing. Aku akan menjelaskan semua nya padamu hingga nanti kau mengerti. Nanti malam jangan tidur dulu, setelah para penghuni kamar tidur aku akan menceritakannya padamu. Lalu setelah itu terserah padamu mau kau apakan aku." Jidwi menjelaskan panjang lebar sembari masih tersenyum. Lalu sedetik kemudian ia melangkah pergi dari tempat itu.
Sunwoo masih terdiam hingga punggung Jidwi tak terlihat lagi. Ia masih mencerna ucapan Jidwi yang masih terngiang dibenak nya. Lalu secara tak sadar ia memegang dadanya yang masih terasa detakan keras jantung nya. Sejurus kemudian ia menggelengkan kepala. Mungkin ia memang harus mendengarkan pendelasan pemuda yang sedikit cantik itu.
Skip Time
Jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul 23.45 malam. Suasana kamar sepi dan senyap. Tentu saja karena para pemuda pilihan ini telah ditetapkan jam tidurnya sejak jam 22.00 tadi.
Sunwoo bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan mengecek masing-masing temannya. Namun ia terejut mendapati Jidwi yang tiba-tiba muncul didepannya sembari tersenyum manis.
"uwaapphh." Teriakan Sunwoo tertahan karena mulutnya dibekap oleh Jidwi.
"Sttt. Kau bisa membangunkan Suho dan Banryu." Ucap Jidwi pelan sembari melepaskan tangannya dari mulut Sunwoo.
"Kau mengagetkanku." Sunwoo berkata datar.
"Mian, kau terlalu sibuk tadi mengendap-endap." Jidwi membalas tak kalah datarnya.
"Ayo kita keluar." Ujar Sunwoo sembari berjalan menjju pintu.
"Pintu dikunci. Kemari dikasurku saja aku akan menjelaskan semua nya padamu." Ucap Jidwi sembari menarik Sunwoo menuju kasurnya.
"Kalau yang lain mendengarnya bagaimana? Kau tau sicerewet melambai itu kan." Sunwoo menolak pelan.
"Yeowool sedang menginap ditempat Hansung. Dan pasangan itu tengah menikmati waktu mereka." Jawab Jidwi santai sembari duduk bersila diatas kasurnya.
"Pasangan?" Tanya Sunwoo heran.
"Lihatlah kearah kasur Banryu. Dan jangan berteriak." Nada bosy terdengar dari mulut Jidwi.
Sontak Sunwo melirik kearah kasur Banryu yang terletak tepat diataa kasur Suho (model yang tingkat dari kayu itu loh). Dan ketika itu pula ia menjerit.
"Mwooyapphh." Teriakan nya dibekap lagi oleh tangan halus Jidwii.
Bagaimana tidak teriak, Sunwoo melihat Suho dan Banryu tengah berpelukan diatas Kasur Banryu. Mereka terlihat tidur nyenyak sekali. Banryu yang berada didekapan Suho dengan wajahnha menghadap dada Suho. Sedangkan Suho terlihat baik-baik saja walaupun tangan kirinya dijadikan Banryu bantal, sedanngkan tangan kanan Suho melingkari pingganh Banryu. Sungguh posisi yang anu(?) bagi Sunwoo.
"Eunghh." Lenguhan dari Banryu membuat Sunwoo dan Jidwi menahan napas. Namun mereka dapat bernapas lega kembali melihat Banryu tetap tertidur dengan wajah menghadap leher Suho.
"Sudah ku bilang jangan berteriak." Bisik Jidwi pelan sembari membawa Sunwoo duduk dikasur nya.
"Mereka itu kenapa?" Sunwop bertanya takut. Wajahnya terlihat pucat.
"Apa kau merasa jijik?" Jidwi bertanya pelan saat melihat ekspresi wajah Sunwoo.
"Aku merasa aneh. Hiii." Jawab Sunwo disertai dengusan geli.
"Seperti nya aku memang harus berhenti menyukaimu." Kata Jidwii sembari menatap kearah lain.
"Eh?" Sunwoo merespon kaget.
"Ah lupakan. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Diam dan jangan menyela penjelasanku." Perintah Jidwi sembari mengacungkan jari telunjuknya tepat di hidung Sunwoo.
Sunwop yang masih kaget akibat pernyataan absurb Jidwi tadi masih terdiam. Ia sibuk menenangkan pikiran serta detak jantung nya yang masih berdegup kencang.
Ctukk
"Aduh." Sunwoo meringis pelan ketika dahinya disentil Jidwi.
"Jangan melamun. Dengarkan aku." Perintah Jidwi dan kali ini Sunwoo meresponnya dengan mengangguk.
"Yang membunuh temanmu pada malam itu bukan aku. Tapi anak buah Ibuku. Dan ya kau benar aku seorang Raja Sil-"
"Mwohaphhh." Jidwi kembali membekap mulut ember Sunwoo.
"Diam bisakan?" Jidwi bertanya sembari tersenyum seram.
Setelah dilihatnya Sunwoo mengangguk, Jidwi pun kembali melanjutkan penjelasannya.
"Seperti yang ku katakan tadi, aku lah Raja Silla. Karena alasan tertentu Ibuku menyembunyikan ku dari daerah luar. Jika kau bertanya mengapa aku bisa disini karena aku muak dengan tingkah Ibuku yang menyebalkan itu. Aku ibgin menjadi Raja seperti Raja pada umumnya yang memerintah dan melindungi rakyatnya. Bukan Raja tanpa wajah seperti ini." Jidwii berhwngi sejenak mengambil napas. Sedangkan Sunwoo masih menatap Jidwi lekat bertanda ia mendengarkan Jidwi dengan khusuk.
Setelah beberapa saat, Jidwi kembali melanjutkan penjelasannya.
"Salah satu perbuatan Ibu yang tak bisa ku maafkan adalah ketika Ia dengan teganya membunuh rakyat yang gak sengaja atau pun sengaja mengetahui aku adalah Raja. Kekejian itu pula lah yang terjadi pada temanmu. Pada malam itu tak tahu mengapa ia berada dikawasan rumah kerajaan, dan tak sengaja ia melihatku lalu setelah itu ia lari. Lalu dikejar oleh tangan kanan Ibuku. Aku juga ikut mengejar dengan niat dapat menyelamatkan temanmu. Namun saat aku tiba ditempat itu malah kau dan temanmu sudah terluka parah. Aku ingin menyelamatkan kalian namu aku sudah terlebih dahulu di bawa pulang oleh pengasuhku. Aku minta maaf." Jidwi mengakhiri penjelasannya dengan meminta maaf sembari menundukka kepala nya kearah Sunwoo.
Sunwoo terdiam menatap Jidwi. Ia maaih mencerna perkataan Jidwi. Disatu sisi Ia lega karena bukan Jidwi yang harus Ia bunuh, namun disisi lain Ia merasa aneh melihat Jidwi begini.
"Satu hal lagi. Aku menyukai ah anni, aku mencintaimu." Ucap Jidwi semakin dalam menunduk, air mata juga telah menggenang dipelupuk matanya.
Sunwoo tetap diam dan Jidwi gak kuasa menahan tangisnya. Ia terisak pelan sembari meremas kuat pahanya untuk menghentikan tangisnya.
"Hei mana ada Raja cengeng." Ujar Sunwoo lembut sembari mengangkat dagu Jidwi.
"Hiks?" Jidwi masih terisak pelan dan menatap heran Sunwoo.
"Syukurlah bukan kau yang harus aku bunuh." Ujar Sunwoo lembut sembari mengusap air mata dipipi Jidwi.
"Uljima. Mian sudah membuatmu menangis." Ujar Sunwoo lagi sembari mengecup mata sembab Jidwi.
Jidwi kaget dengan tindakan Sunwoo. Dan itu malah membuat Sunwoo tertawa kecil melihat ekspresi Jidwi. Menurutnya Jidwi sangatlah lucu dengan mulut terbuka dan mata melotot kaget itu.
"Kau tidak jijik padaku?" Jidwi bertanya dengan masih wajah kagetnya.
"Untuk apa aku jijik dengan pria cantik yang ku cintai ini hm?" Balas Sunwoo sembari mengelus pipi Jidwi.
Jidwi terdiam. Namun tak lama setelah itu ia kembali terisak dan tentu saja itu membuat Sunwoo panik.
"Yak kenapa menangis lagi?" Tanya Sunwoo heran sembari memeluk Jidwi.
"Hiks kau bilang mencintaiku tetapi tidak menyatakannya padaku hiks." Jidwi merengek manja sembari menenggelamkan wajahnya kedada bidang Sunwoo.
"Haha dasar cengeng. Baiklah dengarkan aku ne. Yang Mulia Jidwi, aku mencintaimu, menyayangimu dan aku ingin kau menjandi milikku." Ujar Sunwoo sembari menangkup wajah Jidwi lembut dan menatapnya penuh cinta.
"Nadopphhh." Belum sempat Jidwi membalas perkataan Sunwoo, Sunwoo sudah lebih dulu mencium bibir mungil Jidwi yang sejak tadi telah menggodanya. Awalnya hanya kecupan lembut namun lama-kelamaan Sunwoo menjadi lebih ganas mencium bibir Jidwi hingga membuatnya kesulitan bernafas.
"Eunghhh. Cukuphh sesakhh." Jidwi mengeluh sembari memukul pelan dada Sunwoo.
Sunwoo yang menyadari sang kekasih kesulitan ber afas itu pun melepaskan tautan bibir mereka. Ia tersenyum sembari mengusap lelehan saliva di sekitar bibir Jidwi.
"Kau mau membunuhku ya hah?" Jidwi bertanya kesal setelah sejenak ia mengatur nafas.
"Jika kau mati aku akan ikut bersamamu sayang hahaha." Gelak Sunwoo terdengar menyebalkan bagi Jidwi. Ia baru mengetahui orang yang dihadapannya ini mempunyai sifat menyebalkan.
"Huh menyebalkan." Ujar Jidwi cemberut.
Dengan tiba-tiba Sunwoo mendorong pelan Jidwi hingga baring terlentang. Sunwoo menindih Jidwi dan menatapnya tajam. Jidwi yang ditatap seperti itu merasa ciut nyalinya. Dengan wajah memerah ia mencoba bertanya kepada Sunwoo.
"Wae-waeyo?" Tanya Jidwi tergagap sembari ia menahan dada Sunwoo supaya tidak terlalu mendekatkan wajah mereka.
"Ingat perkataanmu tadi siang cantik?" Tanya Sunwoo sembari menyeringai mesum.
"Tadi siang? Ah oh itu ah ya." Jawab Jidwi dengan tergagap. Wajahnya semakin memerah setelah mengingat perkataannya tadi siang.
"Nikmatilah cantikku." Seringai Sunwoo semakin lebar. Tangan nakal Sunwoo bermain didaerah dada Jidwi. Ia menekan-nekan nipple Jidwi sehingga membuat Jidwi mengerang tertahan.
"Eunghh ssshhh." Jidwi mendesah pelan tatkala Sunwoo mencubit niple nya.
"Kau wangi sayang. Slurpphh." Sunwoo berujar pelan sembari ia menghisap leher mulus Jidwi.
"Eungghhh ahhh Sunwoohh." Jidwi semakin mendesah sembari meremas rambut panjang Sunwoo.
Sunwoo terus membuat tanda kepemilikan di leher dan sekitar bahu Jidwi, sehingga kini pakaian tidur Jidwi menjadi berantakan. Entah sejak kapan juga dada Jidwi sudah terekspos bebas.
Mulut dan lidah Sunwoo bergerak menuju dada Jidwi. Menghisap dan mengulum nipple kanan Jidwi sementara nipple kiri Jidwi dimainkan oleh jemari Sunwoo.
"Oi cukup sampai disitu." Suara asing terdengar.
Sontak mendengar itu Jidwi mendorong Sunwoo dengan kuat hingga Sunwoo terduduk ditepi dinding. Kepalanya terbentur cukup keras pada dinding dibelakangnya itu.
"Kalian?" Jidwi berujar kaget melihat Suho dan Banryu menatap mereka dengan pandangan berbeda. Suho dengan pandangan jahilnya dan Banryu dengan pandangan datar nya, namun walaupun cahaya remang Jidwi bisa melihat wajah Banryu merona merah.
"Tahan nafsu mu kawan, bisa gawat jika sampai kalian ML disini haha." Suara gelak tawa Suho terdengar menyebalkan.
"Diamlah, kau bisa membangunkan seluruh unat disini pabo." Banryu dengan teganya menepuk perut Suho, sedangkan Suho hanya menyengir dan mencium pipi Banryu.
"Sejak kapan kalian bangun?" Tanya Jidwi sembari memperbaiki pakaian nya dan menunduk malu.
"Sejak kau mendesah Euungghhh Sunwoohh ahhh shh ouuchhh sayang jangan menggetok kepalaku terus." Suho yang awal nya ingin menjahili Jidwi malah mendapat getokan sayang dari sang kekasih.
"Diam lah desahanmu menakutkan." Ujar Banryu datar.
"Ouchh bisakah kekasihku memeriksa kepalaku yang baru saja terbentur ini?" Sunwoo berujar kesal karena sedari tadi Jidwi tidak melihatnya.
"Ah mian. Apa itu sakit?" Segera saja Jidwi merangkak mendekati Sunwoo dan memeriksa bagian belakang kepala Sunwoo yang tadi terbentur.
"Appo chagiyaaaa." Sunwoo merengek manja. Dan itu mengundang ejekan dari Suho.
"Manja sekali kaeserangi. Baru terbentur sedikit saja. Bilang saja ingin disentuh Jidwi" Ejek Suho menatap malas SunJi.
"Bukannya kau sama saja jika bersamaku. Sadar dirilah." Ujar Banryu datar.
"Ah sayang jangan begituuuu." Suho nyengir kepada Banryu yang ditanggapi dengusan oleh Banryu.
"Kalian jangan berbuat aneh-aneh. Selamat malam." Ujar Banryu datar kepada pasangan SunJi dan membaringkan tubuhnya semula, namun kali ini tidak memeluk Suho.
Suho yang melihat kekasihnya memejamkan mata pun segera berbaring disamping Banryu dan memeluk pria itu.
"Sayang ciuman selamat malam nyaaa." Pinta Suho manja sembari memonyongkan bibirnya kepada Banryu.
"Berisik Suho. Tidur sana." Tolak Banryu sembari menjauhkan wajah Suho darinya.
"Aku tidak bisa tidur tanpa ciumanmu sayang. Ayolah." Suho kembali merengek.
"Aishhh."
Cup
Akhirnya Banryu mengalah dan mengecup bibir Suho.
"Tidurlah. Jaljayo." Ucap Banryu lembut setelah tadi mengecup bibir Suho.
Cup cup
Suho balas mengecup bibir Banryu.
"Hehe jaljayo chagi."
Dan pasangan absurd itu pun telah masuk kealam mimpi masing-masing meninggalkan Sunwoo dan Jidwi yang cengo melihat mereka.
"Mereka aneh." Celetuk Sunwoo.
"Hus jika Banryu mendengar, kau bisa dibunuh." Ingat Jidwi sembari menjitak pelan kepala Sunwoo.
"Appo sayang." Manja Sunwoo lagi.
"Ups maaf lupa." Sesal Jidwi sembari mengelus kepala Sunwoo lembut dengan tatapan menyesal.
Hup
Sunwoo mengangkat Jidwi ke paha nya. Ia memeluk pinggang Jidwi dan menatap lembug Jidwi.
"Bercanda sayangku." Senyum Sunwoo mengecup bibir Jidwi.
"Jangan membentakku seperti tadi siang lagi." Ujar Jidwi sembari mengalungkan tangannya keleher Sunwoo.
"Tentu sayang, mian ne. Mulai sekarang aku akan menjagamu, apapun yang terjadi." Ujar Sunwoo sembari menyatukan kening mereka.
Jidwi tersenyum mendengarnya. Ia mengecup hidung Sunwoo dengan sayang.
"Ini akan menjadi awal kita untuk bersama." Ujar Jidwi tersenyum manis.
"Awal memulai yang baru. Saranghaeyo Jidwi."
"Nado saranghaeyo Sunwoo."
.
.
.
.
END
Maaf gantung endingnya. Otak saya udah mentok :v
Semoga readers suka. Maaf jelek, saya masih terhitung newbie.. ripiu ne chingudeul :)
