All About Love

Naruto Fanfiction

Disclaimer : Naruto©Masashi Kishimoto

All About Love©AzuShima-Nyan!

Pairing : Naruto U. & Sakura H.

Genre(s) : Romance,Family,Hurt/Comfort,Drama maybe? Slight angst

Rate : T

Warning : Typo,OOC,AU,non-sense,dll

Summary : Kasih sayang dibutuhkan oleh semua makhluk di seluruh dunia. Mereka tak bisa hidup tanpa adanya cinta. Entah itu dari orang tua,teman,sahabat,maupun orang yang dicintai. Begitu juga dengan Naruto Namikaze. Sudah lama ia mencari definisi 'kasih sayang' yang tak pernah ia dapatkan. Ia butuh orang tua,maupun dari sosok seorang kekasih.

A/N : Nyaaan~! Minasan, sampai sekarang mungkin aku masih bisa disebut newbie, tapi mungkin ada beberapa orang yang pernah tau aku di acc lain dengan nama acc yang berbeda._.*sok tenar* Panggil aja aku azu ya awkwk^^ Yang mau kepo atau yang tau aku siapa di acc lain, bisa liat profileku tehee―! Karena aku masih dibilang newbie, aku butuh bantuan senpai-tachi untuk memberiku saran,kritik,atau bahkan flame―tentunya yang membangun*devilsmirk* Mohon bantuannya mulai sekarang ya, senpai-tachi, reviewers maupun readers^^ Jangan sungkan memberi saran kalau kalian ada ide supaya cerita ini dapat berkembang menjadi fic yang berkualitas. Tentu saja, aku akan memilih ide yang sekiranya cocok dengan ide awal yang sudah kupilih.

Tanpa banyak basa basi lagi, enjoy,minasan~

Chapter 1 : Where am i?

*Flashback On*

ZRAAAASHHHH

Titik-titik air hujan turun begitu derasnya menghantam permukaan bumi pada malam hari ini. Cuaca buruk malam ini tetap tidak meruntuhkan niat bocah kecil berumur 4 tahun yang terus berlari menerobos hujan dengan menahan luka tembak yang ada di bahunya. Suara kecipak air dari tanah yang diciptakan oleh bocah kecil blonde itu terdengar samar. Sepatu dan pakaian yang ia pakai sudah basah dan kotor karena lumpur. Sebuah benda mirip secarik kertas yang digenggam tangannya sekarang sudah kusut dan basah. Bocah itu terus menelusuri jalan-jalan sempit di hutan yang sangat gelap. Saking gelapnya, ia bahkan tidak dapat melihat pemandangan maupun tanda bahaya yang berjarak 100 meter didepannya.

BRUKK!

Bocah itu tersungkur karena kakinya tersandung akar pohon yang mencuat dari tanah. Ia meringis kesakitan. Ia mendapat luka baru di lutut kirinya. Ia meraih kertas―yang ia genggam sejak tadi, yang ikut terjatuh bersamanya. Ia menatap gambar dua orang dewasa dan satu anak kecil yang berada dalam sebuah kertas kecil yang disebut dengan foto.

"Kaa-san.. Tousan.. Apa kalian berhasil kabur?" Gumamnya sambil terus menatap foto itu dengan tatapan sendu. Ia sebenarnya ingin kembali ke sisi orangtuanya dan ikut pergi bersama mereka. Tetapi jika ia melakukan hal itu, pengorbanan orangtuanya untuk membuatnya pergi dari tempat terkutuk itu akan sia-sia.

'Naruto, pergi dari sini! Pergi!'

'Kau harus selamat,nak..'

'Naruto,kumohon..'

'..Selamatkan dirimu'

Ucapan terakhir dari kedua orangtuanya yang ia dengar sebelum ia pergi meninggalkan mereka terus terngiang dalam pikirannya.

Dengan mantap, ia beranjak dari tempatnya terjatuh dan langsung berlari sekencangnya. Ia berjanji.. Ia berjanji ia akan segera kembali ke sisi orangtuanya ketika ia sudah meminta bantuan kepada orang-orang yang tinggal di pedesaan sekitar sini―yang sepertinya sudah dekat dari sini.

Lalu, bocah itu terkejut ketika melihat jalan didepannya yang berjarak hanya 4 meter. Jembatan gantung yang ia tahu ada didepannya itu..

Sudah putus, dan kini ia masih berlari.

Ia baru saja ingin menghentikan kakinya untuk berlari. Tapi terlambat..

Yang terdengar berikutnya hanyalah sebuah teriakan dari seorang anak kecil yang jatuh dari tebing

-Skip time-

Sudah 2 tahun semenjak Naruto―bocah blonde itu,terbaring di rumah sakit dengan lemah. Jantungnya memang masih berdetak walaupun lemah juga kondisi tubuhnya yang sangat lemah. Selama dua tahun, ia diberi asupan makanan dengan bantuan selang kecil.

Seorang gadis berambut hitam pendek terlihat sibuk memeriksa kondisi tubuh Naruto hari ini. Mulai dari denyut nadinya, pasokan oksigen,detak jantung, hingga mulai memberi Naruto asupan makanan lagi. Lalu, pintu ruangan Naruto terbuka. Sesosok wanita cantik berambut pirang yang memakai jas dokter masuk ke dalam ruangan itu. Mengecek pemeriksaan rutin Naruto yang dilakukan oleh salah satu suster andalannya.

"Selamat siang,Shizune. Bagaimana kondisi bocah ini? Ada perubahan?" Tanya wanita berambut pirang itu. Suster yang bernama Shizune itu menoleh, ia langsung menunjukkan lembaran kertas yang merupakan hasil laporan pemeriksaan.

"Siang,Tsunade-sama. Kondisinya semakin membaik, sepertinya ia sudah bisa bernafas tanpa menggunakan alat bantu lagi. Detak jantungnya sudah normal. Kesehatan pasien meningkat,ada kemungkinan tak akan lama lagi,ia akan sadar dari komanya." Jawab Shizune secara mendetail.

"Hm,baguslah" Dokter Tsunade masih memeriksa laporan yang dibuat Shizune dengan teliti. Sampai kemudian, Shizune menyadari ada gerakan yang dilakukan oleh pasien.

"Tsunade-sama, pa-pasiennya bergerak!" Ujar Shizune. Dengan sigap, Tsunade langsung mengintruksikan Shizune untuk segera menyiapkan alat-alat untuk memeriksa Naruto.

"Siapkan alat-alat yang setidaknya dibutuhkan untuk pengecekan!"

"Baik!"

Tak lama kemudian, Shizune membawa berbagai macam alat medis. Tsunade bergerak dengan cekatan. Tak satupun proses pemeriksaan ia lewatkan,sampai akhirnya pasien itu sadar.

"Eh.. Lho.. Naru dimana?" Gumam Naruto, Tsunade langsung menghampiri Naruto yang mencoba bangkit dari tidurnya.

"Kau mengalami kecelakaan 2 tahun yang lalu dan terbawa arus sungai yang kebetulan mengalir sampai ke rumah sakit ini. Kalau boleh saya tahu,sebenarnya apa yang terjadi padamu hingga dapat terbawa arus sungai yang bahkan tidak deras itu?"

"Naru Cuma ingat kalau Naru lari.. Naru lari dari bahaya.." Jawabnya perlahan. Tapi kemudian, Naruto memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Naruto terlihat sangat bingung dan frustasi.

"Naru takut. Kaa-san, Tousan.. Bagaimana dengan mereka?" Setetes air mata menetes ke selimut yang terpasang di ranjang rumah sakit yang ia tempati.

Tsunade menjadi agak bersimpati pada anak yang ada didepannya, begitu juga Shizune―yang notabene merupakan orang yang menolong Naruto ketika tubuh Naruto terhanyut di sungai.

"Namamu siapa,nak?" Tanya Shizune kepada Naruto yang masih memgang kepalanya―Mendahului pertanyaan yang baru saja akan dilontarkan oleh Tsunade.

"Aku.. Naruto" Jawabnya dengan raut wajah yang sendu.

"Apa nama keluargamu?" Kali ini,Tsunade yang bertanya. Mungkin saja, ia pernah mendengar nama keluarga anak ini. Naruto terdiam, ia mencoba mengingat. Tapi hasilnya nihil. Ia tak dapat mengingat nama keluarganya sendiri. Naruto pun mengacak rambutnya

"Na-Naru enggak tahu! Naru sebenarnya kenapa?! Kenapa Naru enggak bisa ingat nama keluargaku sendiri?!" Teriaknya frustasi. Air mata menetes ke pipi Naruto.

"Bahkan Kaa-san juga Tou-san.. Naru Cuma bisa ingat wajah mereka! Naru melupakan nama mereka! Naru juga enggak tahu jalan pulang! Naru cuma ingat bentuk rumah Naru saja! Gimana caranya supaya Naru bisa kembali kerumah dan mencari mereka berdua?! AAAAARGH!" Tangisan Naruto semakin menjadi-jadi. Tsunade segera mendekati Naruto dan mencengkram bahu Naruto dengan kencang. Ia tak peduli pada Naruto yang meringis kesakitan karena cengkraman tangannya itu.

"Hei kau bocah bodoh! Sejak tadi kau hanya mengeluh dan menangis saja! Mana semangatmu?! Kau masih muda, masih ada banyak waktu untuk menolong mereka! Sekarang lebih baik kau tenang! Kendalikan emosimu sendiri! Kau bisa mengecewakan kedua orangtuamu jika mereka tahu keadaanmu seperti ini!" Bentakan Tsunade ternyata ampuh untuk membuat Naruto terdiam seketika. Naruto mengusap air matanya. Ia pun tersenyum.

"Kau benar,dokter. Aku harus kuat.. Apapun yang terjadi,Naru akan menemukan keberadaan Kaa-san dan Tou-san!"

Tsunade tersenyum simpul. Melihat keseriusan anak ini, ia jadi terdorong untuk membantu juga. Sedikitnya, melihat Naruto ia jadi teringat pada adiknya dirumah.

"Hm. Aku suka semangatmu,bocah! Yah, aku akan membantumu mencari keberadaan Kaa-san dan tou-sanmu!" Ujar Tsunade sambil menepuk pundak Naruto dengan cukup keras, membuat Naruto meringis kesakitan.

"Eh? bantu Naru? Memangnya dokter kenal orangtua Naru?" Tanya Naruto.

"Aku tidak mengenal mereka,bodoh.. Kalau aku mengenal mereka, pasti aku juga mengenalmu. Dasar bocah.." Naruto mendapat jitakan dari Tsunade

"Tsu-Tsunade-sama! Mohon berhati-hati pada Naruto. Sepertinya ia amnesia!" Ujar Shizune sambil mengelus kepala Naruto yang cemberut ―karena mendapat jitakan dari Tsunade―layaknya anak berumur 3 tahun.

"Amnesia? Ah,sepertinya begitu. Tapi biarlah. Dia sudah besar, tak lemah lagi. Mau amnesia ataupun tidak, aku yakin dia akan selalu semangat mencari orangtuanya. Iya 'kan, bocah?" Tsunade manatap anak kecil yang didepannya sambil tersenyum.

"Ya!" Naruto tersenyum, kemudian ia kembali bertanya "Ah, dokter.. Tapi gimana caranya dokter bisa menemukan kaa-san dan tou-san? Naru kan cuma ingat sedikit? Cuma wajah saja. Rumahku pun Naru cuma ingat sedikit. Bukannya susah ya?"

"Yah, itu sih bagaimana nanti. Yang penting, kalau kau sudah merasa baikan, beritahu aku. Aku akan mengantarmu mencari rumah dan orangtuamu." Jawab Tsunade yang akan meninggalkan ruangan Naruto dengan Shizune yang mengikutinya dari belakang.

"Naru sudah sehat dokter! Bawa Naru pergi sekarang juga dokter!" Panggil Naruto pada Tsunade. Tsunade pun membalikkan tubuhnya

"Baikan? Hahaha kau bercanda? Tak mungkin secepat itu,bocah. Berhentilah bersikap egois saat ini. Jangan memaksakan tubuhmu yang sudah jelas terlihat masih sangat lemah itu! Kalau kau egois, sudah kupastikan kau takkan pernah menemukan orangtuamu,bocah" Ujarnya sinis.

Naruto hanya menunduk sambil cemberut layaknya anak kecil. Ucapan Tsunade memang benar, sebenarnya ia masih agak pusing setelah 2 tahun kemudian ia sadar. Dia juga memang anak kecil yang tingkat egoisnya masih dibilang tinggi. Mau bagaimana lagi? Ia memang hanya salah satu dari banyak anak kecil yang jika menginginkan sesuatu, ia harus mendapatkannya saat itu juga, tak peduli kalau ia harus menangis atau tidak. Tapi, Naruto harus berusaha menjauhi sifat kekanakan itu. Demi menemui kedua orangtuanya. Demi memastikan kalau keadaan Tou-san dan Kaa-sannya itu baik-baik saja.

Naruto selalu menjalani pemeriksaan rutin dengan baik. Selama tiga hari ini, keadaan Naruto sudah lebih membaik dibandingkan ketika ia baru sadar. Shizune baru saja menyelesaikan laporan pemeriksaan rutin Naruto. Dengan rasa penasarannya, Naruto langsung bertanya pada Shizune

"Shizune-neechan, gimana kesehatan Naru? Aku sudah boleh keluar rumah sakit kan? Naru udah sehat,kan?" Naruto menggoyangkan lengan kanan Shizune yang hanya menjawabnya dengan senyuman.

"Shizune-neechaaan! Kok tidak menjawab sih?" Protes Naruto sambil menggembungkan pipinya

"Kau ini berisik sekali,bocah.. Melihat kamu sudah bertingkah hyperactive seperti itu, sudah jelas kalau kau sudah sembuh total" Ujar Tsunade yang tiba-tiba memasuki ruangan Naruto. Naruto menoleh ke arah Tsunade,ia langsung mencabut infusnya dan langsung berlari ke arah Tsunade

"Tsunade-baachan~!" Naruto berlari memeluk kedua kaki Tsunade. Tingginya memang hanya setinggi pinggang Tsunade.

"Huh, dasar bocah. Kau sudah berumur 6 tahun,kok masih manja?" Ucap Tsunade sambil mengelus puncak kepala Naruto sambil menunjukkan senyum tipis.

"Tsunade-ssama, ucapan dan tindakanmu sungguh berbeda.." Ujar Shizune. Tsunade yang mendengarnya menjadi malu.

"Uh, Shizune, kau berisik!" Ucap Tsunade malu-malu. Sementara Shizune hanya tersenyum

"Tsunade-baachan, Naru sudah sehat nih.. Kita berangkat sekarang yaa?" Bujuk Naruto sambil mendongakkan wajahnya dan menunjukkan wajah innocent-nya ke arah Tsunade. Tsunade pun tersenyum.

"Haah kau ini.. Benar-benar jadi anak baik kalau ada maunya saja.. Sudahlah,ayo!" Tsunade pun melangkah keluar dari ruangan bersama Shizune.

Naruto berpikir, apakah ada hal yang ia bawa ketika ia jatuh dari tebing? Karena rasa keingintahuan anak berumur 6 tahun itu besar, ia menggeledah seluruh isi kamar sampai keujung-ujungnya. Sampai saat ia membuka laci kedua dari lemari kecil yang berada di samping ranjang rumah sakit. Ia menatap secarik kertas yang menampilkan 3 sosok yang amat dikenalnya.

Dirinya dan kedua orangtuanya.

Naruto tersenyum getir. Ia begitu ingin mencari kedua orangtuanya itu. Ia sangat merindukan mereka. Naruto memeluk erat foto itu didadanya sambil tersenyum.

"Oi,bocah. Jadi pergi tidak? Kuhitung sampai 5,kalau kau tidak keluar dari kamar ini sekarang juga, biaya rumah sakit kau tanggung sendiri dan aku takkan jadi membantumu!" Teriak Tsunade yang hanya menunjukkan wajah kesalnya saja ke arah ruangan Naruto.

"H-Hai, Tsunade-baachan!" Teriaknya. Naruto pun segera memakai sepatunya dan berlari keluar ruangannya.

Tsunade melesat dengan mobil sport merahnya ke arah pemukiman disekitar tebing tempat Naruto jatuh ―yang diduganya merupakan daerah dimana Naruto tinggal 2 tahun lalu. Warganya terlihat ramah dan rumah-rumah bernuansa kebarat-baratan terdapat banyak disana. Suasana yang tentram,damai, dan lingkungan yang sejuk. Suasana yang berbeda dengan desa sebelah, desa Konoha. Lingkungannya tidak kalah indahnya, tetapi terlihat sangat ramai dan padat. Sementara di daerah ini, suasana terlihat lenggang, jalan yang besar dan luas. Air sungai yang bersih, pepohonan rimbun, jembatan batu yang berbentuk setengah oval itu menghiasi tiap sudut pemukiman yang ia lewati sekarang.

'Sepertinya aku akan mempertimbangkan untuk memiliki rumah disini. Suasananya nyaman sekali.' Pikir Tsunade sambil sesekali melirik ke arah kanan dan kirinya.

Naruto juga tidak kalah seriusnya melirik ke segala arah dan segala sisi dari daerah yang mereka lewati. Ia sibuk mencari jalan yang menurutnya familiar, atau kalau bisa,ia berharap dapat langsung menemukan rumahnya sekarang juga. Tapi,kelihatannya ini tidak semudah yang ia kira. ternyata desa disini cukup luas.

Kemudian, ia melihat pertigaan di depan. Toko kue dan roti yang struktur bangunannya bernuansa kebarat-baratan dengan warna dominan coklat dan putih itu rasanya sangat familiart. Rasanyatiap pagi, ibunya selalu membuatkan sarapan ditemani dengan roti dari toko itu. Aroma roti yang khas itu tercium oleh hidung Naruto. Benar-benar.. Rasanya toko ini memang membangkitkan kenangan lama yang bahkan kini Naruto lupakan. Ia jadi semakin merindukan masa-masa ketika ia masih berada disamping kedua orangtuanya.

"Rasanya.. Toko kue dan roti didepan bikin Naru makin kangen sama Kaa-san dan Tou-san deh. Terus, wanginya itu lho, rasanya Naru kenal banget sama wanginya!" Ujar Naruto polos sambil menunjuk kearah toko yang ia maksud. Tsunade mengikuti arah telunjuk yang Naruto tunjukkan padanya. Ia pun segera menepi dan turun dari mobil.

"Ayo keluar,Naruto.." Ujar Tsunade sambil mematikan mesin mobilnya.

"Eh? Kemana? Ini bukan rumah Naru" Tanya Naruto

"Aku tahu kok bocah. Kamu bilang kau merasa familiar dengan toko ini kan? Sebaiknya kita bertanya saja pada pemilik toko ini. Ayo keluar,bocah.." Ajaknya. Tsunade pun menutup pintu mobilnya diikuti dengan Naruto yang akhrnya keluar dari mobil Tsunade.

Tsunade masuk kedalam toko sambil menggandeng tangan Naruto.

"Permisi! Apakah ada orang?" Tanya Tsunade. Tak lama kemudian, muncullah seorang ibu yang terlihat bijak masuk ke tokonya dari arah pintu rumah yang menghubungkan rumahnya dengan toko roti dan kuenya. Ia membawa loyang berisikan kue-kue kering yang kelihatannya baru matang dan dikeluarkan dari oven.

"Ah, ada yang bisa saya bantu nyonya?" Tanya ibu itu. Ia memakai sandalnya, menyimpan loyangnya diatas sebuah kain yang biasanya dipakai untuk menyimpan loyang. Ibu itu pun menghampiri Tsunade perlahan.

"Maaf,saya ingin bertanya. Apakah ibu mengenal anak ini?" Tsunade pun menunjukkan Naruto yang berada dibelakangnya. Naruto pun menunjukkan dirinya dengan tangan kanan yang masih menggenggam erat baju Tsunade.

Si ibu terlihat sedang berpikir dan mencoba mengingat. Tak lama kemudian, si ibu membelalakkan matanya dan memasang wajah berseri-seri.

"Nak, kau itu anak yang tinggal di blok D bukan? Aih,sudah lama tidak melihatmu. Sudah 2 tahun berlalu, kau sudah semakin besar ya" ibu itu menghampiri Naruto dan itu pun menepuk kepala Naruto dengan wajah bahagia. Naruto hanya tersenyum malu-malu. Tapi, sebenarnya ia agak sedih juga. Si ibu masih mengenalnya dan mengingatnya hingga sekarang. Tapi Naruto sendiri malah melupakan kehadiran ibu itu "Bagaimana keadaan orangtuamu? Apakah mereka sehat?" Tanya si ibu kemudian. Sontak, Tsunade dan Naruto terbelalak. Mungkin ibu ini merupakan salah satu orang yang menjadi kunci untuk menemukan kedua orangtuanya.

"Ah, rupanya ibu mengenalnya ya. Maaf, kalau boleh tahu anak ini tinggal di Blok D bukan? Rumahnya disebelah mana? Kalau boleh tahu, nama orangtua anak ini siapa ya?" Tanya Tsunade sopan. Si ibu pun berdiri,dan menjawab ucapan Tsunade.

"Ah,anak ini tinggal di blok D. Jalan x no.17. Kau hanya perlu berjalan lurus dari sini, kemudian setelah sampai perempatan kau ambil jalan yang kanan, lalu tepat diujung pertigaan ada sebuah rumah."

"Itu rumahnya?" Tanya Tsunade kembali

"Bukan, rumahnya beda 5 rumah dari sana.." Jawab si ibu.

"Ah,begitu.."

"Nama Kushina, dan ayahnya Minato. Tapi saya lupa apa nama keluarganya.." Jawab si ibu lagi "Hmm, memangnya ada masalah apa ya?"

"Ah, anak ini tersesat dan dia lupa jalan pulang. Jadi,saya akan mengantar anak kini sampai kerumahnya.." Jawab Tsunade asal. Takutnya,jika ia membeberkan kejadian sebenarnya, si ibu akan ribut nantinya.

"Begitukah? Wah,nak.. Kau harus hati-hati,nak. Jangan sampai kau terpisah dari orangtuamu. Mereka bisa khawatir nanti." Ucap si ibu bijak itu.

Naruto mengangguk dan tersenyum

"Iya, terima kasih bi.."

Tsunade pun membungkuk pada si ibu, disusul dengan Si ibu yang sama-sama membungkuk ke arah Tsunade.

"Kalau begitu, kami akan segera pergi ke rumah boc―Ah, maksudku kerumah Naruto.. Terima kasih atas informasinya bu. Permisi" Tsunade pun melangkah pergi dengan masih mempertahankan sikap sopannya.

"Terima kasih bi! Daaah!" Naruto pun melambaikan tangannya ke arah si ibu. Si ibu itu pun tersenyum dan membalas lambaian tangan Naruto

"Dah,Naruto-kun.. Hati-hati ya!"

Tsunade membuka pintu mobil dan menyalakan mesinnya. Ia terdiam sejenak dan berusaha mengingat jalan yang harus ia temui dengan baik. Ia tak mau mereka tersasar nantinya. Setelah dirasa ia mengingatnya dan tidak ada yang terlewat, ia pun pergi dari tempat itu.

Mereka sampai di kawasan bolk D, Tsunade menjalankan mobilnya perlahan. Naruto tetap sibuk melihat kanan kirinya. Mungkin saja Naruto dapat menemukan rumahnya dengan sedikit ingatan yang ia miliki. Lalu, pandangan mata Naruto tertuju ke arah sebuah rumah manis yang memiliki satu lantai dengan tanaman dan bunga-bunga yang terlihat masih segar. Dari luar, rumah itu terlihat masih terawat dengan baik oleh penghuni rumah itu.

"Itu rumahku,baa-chan! Itu rumahku!" Naruto menunjuk ke arah rumah itu dengan wajah yang sangat bahagia. Akhirnya ia bisa menemukan rumahnya dan kembali berkumpul dengan ayah ibunya.

'Rumahnya masih terawat.. Apakah orangtuanya memang dirumah? Lantas mengapa mereka tidak mencari anaknya?' Pikir Tsunade heran. Well, itu masuk akal bukan?

Tsunade segera menepi dan dengan riangnya,Naruto berlari ke arah pintu rumahnya itu. Dengan agak susah payah, ia membuka pintu rumah itu. Namun, di gagang pintu itu terdapat debu yang cukup tebal. Namun, Naruto tak mengindahkannya. Ia membuka pintu dengan wajah berseri-seri. Namun ekspresi itu segera hilang ketika ia melihat keadaan isi rumahnya.

Naruto berjalan mundur beberapa langkah hingga hampir terjatuh karena Tsunade bisa menahan tubuh Naruto.

"Naruto? Ada apa? Kenapa jalanmu mundur seperti i―" Tsunade mendongak, matanya terbelalak begitu lebarnya. Mengapa bisa begitu?

Kalian tidak akan percaya. Keadaan luar rumah dan dalam rumah itu sungguh―sangat jauh berbeda.. Jika kita tadi melihat keadaan luar rumah cukup terawat, bila dibandingkan dengan keadaan didalam rumah, rumah itu SANGAT berantakan. Mungkin hancur.

'Ya ampun.. Pantas saja pintunya tidak dikunci..'

Vas bunga yang hancur berkeping-keping, beberapa anak tangga yang sudah hancur dan lapuk,lemari yang hancur dengan isinya yang berantakan dilantai. Bahkan darah yang telah mengering berceceran hampir diseluruh penjuru rumah. Entah itu darah siapa. Apakah darah dari orang yang membuat keributan dirumah ini, atau.. Darah orangtuanya..

Ceceran darah itulah yang membuat Naruto sama sekali tak dapat membuka mulutnya untuk berbicara walau hanya satu kata saja. Hanya mulutnya saja yang bergerak tanpa menghasilkan suara. Terus bergerak dan terlihat seperti mengatakan 'kaa-san, tou-san'. Terus begitu berulang-ulang tanpa henti.

Tsunade menatap sosok kecil disebelahnya dengan tatapan miris. Pasalnya, bocah disebelahnya ini sama sekali tak mengatakan apapun pasca melihat keadaan rumahnya barusan. Terlebih saat melihat bercak darah yang entah darah siapa. Pikiran negatif memenuhi otak dari Naruto sekarang. Ia takut hal negatif yang ia pikirkan itu ternyata benar. Lalu, jika keadaan rumahnya seperti itu sejak 2 tahun lalu hingga sekarang, lantas dimanakah orangtuanya sekarang?

Naruto menghela nafas dengan berat. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas dihari ini. Ia cukup shock―Bukan. Ia sangat shock. Ia takut bahwa bercak darah yang ia temukan adalah milik.. Orang yang paling dikasihinya di muka bumi ini. Ia menyesal meninggalkan mereka berdua di kediaman ia tahu akhirnya seperti itu, ia pasti akan bertahan bersama kedua orangtuanya. Perasaan dan pikiran buruk terus menyelimuti hati Naruto saat ini. Tsunade memandang Naruto yang sedang dilanda kesedihan.

Tapi kemudian,Naruto yang tadinya hanya tertunduk kini ia menangkat kepalanya. Naruto percaya bahwa orangtuanya masih hidup. Pikiran buruk yang sejak tadi menghantuinya itu langsung ia lupakan. Ia sudah bertekad akan terus mencari orangtuanya walau hingga keujung dunia. Ia akan mencoba untuk bekerja dan bertahan hidup. Ia tak bisa dikalahkan semudah itu dengan takdir.

"Tsunade-baachan" Tsunade tersentak begitu anak kecil yang sejak tadi diam tiba-tiba memanggilnya.

"Ya,Naruto?" Jawab Tsunade sambil terus mengendarai mobilnya.

"Aku.. Aku akan berusaha mencari tou-san dan Kaa-san. Aku yakin.. Aku percaya mereka masih hidup." Tsunade tersenyum simpul mendengar ucapan Naruto yang begitu optimis. Apalagi,Naruto sudah berhenti mengucapkan 'Naru' dan diganti dengan 'aku'. Tandanya,Naruto benar-benar serius.

"Ya, aku mendukung itu."

"... Terima kasih.." Ucap Naruto.

Kemudian, Tsunade terpikir suatu hal yang ingin ia tawarkan pada Naruto.

"Naruto..."

"Ya?"

"Tinggallah bersamaku.."

"...Eh?" Naruto menatap Tsunade tak percaya.

"Tinggallah bersamaku dan suamiku." Ujar Tsunade sekali lagi dengan mata yang masih memandang jalan di depannya.

"..Ta-Tapi.."

"Aku.. Aku dan suamiku belum mempunyai anak hingga kini. Aku sulit sekali hamil walaupun aku dan suamiku sudah menikah sejak lama. Aku sendiri tak mengerti. Walaupun aku sendiri seorang dokter ternama yang terkenal dapat mengatasi apapun, tapi aku masih belum bisa menemukan penyebab kenapa aku belum bisa hamil. Tapi bukan karena aku mandul. Aku sudah beberapa kali mengecek keadaanku dan suamiku. Tapi hasilnya baik-baik saja. Aku tak habis piikir.. Apakah Kami-sama memang tidak mau memberikan anugrah untukku? Jadi, sampai saat ini, aku tinggal bersama suami dan adikku. Adikku sekarang sudah SMP. Pikirannya sudah lebih dewasa dan terkadang ia hanya ingin sendiri di kamar dan menghabiskan waktunya tidak bersama kami. Jujur, aku merasa sedikit kesepian.." Naruto menatap Tsunade yang raut wajahnya sangat kesepian walau tetap fokus pada jalan didepannya.

Naruto tertunduk. Jarinya memainkan jari yang lain. Ia ingin menolak permintaan Tsunade, tapi ia juga tidak bisa karena ia tidak tega melihat Tsunade seperti itu. Walaupun sedikitnya ia juga masih mengharapkan kasih sayang.

"Tapi aku.. Harus mandiri.. Aku tidak bisa merepotkan orang lain. Tou-san dan Kaa-san bisa marah nanti.. Aku harus mandiri supaya nanti Tou-san dan Kaa-san bangga sama aku." Ucap Naruto lirih. Ia benar-benar tak tahu haus mengungkapkannya seperti apa.

"Tapi.. Kau butuh tempat tinggal, kau perlu makan, kau perlu sekolah. Kalau kau akan pergi sendiri, kau mau apa? Bekerja?!" Ujar Tsunade

"..Kalau bekerja adalah salah satu hal yang dapat membuatku bisa bertahan hidup dan mandiri, aku akan melakukannya.." Ujar Naruto mantap. tsunade terbelalak mendengar jawaban atas ucapannya barusan.

"A-Apa?! Kau bercanda?! Umurmu baru sekitar 6 tahun, kau masih kecil! Tidak mungkin kau akan bekerja! Fisikmu sangat lemah, tak mungkin bisa menahan beban orang yang bekerja setiap harinya! Bodoh!" Bentak Tsunade.

"Kalau begitu.. Akan kubuat hal itu menjadi 'mungkin' " Jawab Naruto dengan mantap. Ia sama sekali tak keberatan kalau fisiknya lemah atau dia akan jatuh sakit nantinya. Pengalaman adalah guru yang baik untuk kita,bukan?

"Bodoh kau, Naruto.."

"Mungkin aku memang bodoh. Tapi kebodohan itulah yang akan membuat Kaa-san dan Tou-san bangga padaku."

"Asal tahu saja! Orangtuamu bisa sedih kalau mereka tahu anaknya keras kepala dan memilih untuk tinggal dijalanan seperti itu! Mereka bisa kecewa padamu! Mereka menginginkan yang terbaik untukmu! Mereka akan―"

"Tsunade-baachan.. Kalau tak keberatan,tolong turunkan aku disini."

"A―? Aku tidak mau menurunkanmu disini! Aku keberatan!"

"Kalau begitu,aku meminta padamu agar menurunkanku disini sekarang juga"

"Aku tetap tidak mau"

"Kalau begitu.. Biar aku yang turun sendiri.."

"Eh?!"

Naruto membuka pintu mobil yang masih melaju kencang dan kemudian melompat keluar. Tsunade yang terkejut atas tindakan Naruto yang tiba-tiba seperti itu pun sontak berteriak.

"NARUTO!"

Tubuh Naruto terguling ke arah rerumputan. Tsunade menghentikan laju mobilnya, kemudian ia pun keluar dari mobil dan berlari kearah Naruto terguling tadi. Namun, ketika ia sampai ditempat yang ia tuju, sosok Naruto sudah tidak ditempat. Tsunade menengok ke kanan dan kiri,mencari sosok anak kecil yang mungkin saja masih ada disekitar itu. Tapi tdak ada sosok yang dicarinya itu. Ia pun kembali ke mobilnya dan mencari anak itu.

-1 bulan kemudian-

Sudah sebulan lamanya sejak Naruto melompat keluar dari mobil Tsunade. Ia mendapat luka di lututnya. Di malam itu,ia terus berlari tanpa henti sampai akhirnya dia terjatuh di depan sebuah warung ramen. Paman yang menjaga toko itu pun menghampiri Naruto dengan khawatir dan membawa Naruto masuk kerumahnya dan merawat luka Naruto. Tidak hanya itu,Naruto juga diizinkan menginap dikarenakan hari sudah malam.

"Pagi,nak! Lukamu sudah sembuh?" Tanya paman di toko ramen itu

"Sudah lebih baik dibanding kemarin,paman.. Terima kasih" Ucap Naruto sambil membungkuk hormat

"Ah, tak perlu seperti itu,nak.. Sudah kewajibanku untuk menolong orang.. Oh iya, namamu siapa?"

"Aku Naruto paman.."

"Ah,Naruto ya.. Nama yang bagus. Seperti topping ramenku hahaha"

Naruto pun terdiam. Paman itu menatap Naruto heran dan menanyakan keadannya.

"Ada apa nak?"

"Paman.. Tolong pekerjakan aku diwarungmu.."

"Apa? Tidak mungkin, nak.. Kau masih kecil.."

"Kumohon! Aku akan membantu diwarungmu.. Apapun itu!"

Setelah dibujuk oleh Naruto,akhirnya paman itu pun mengizinkan Naruto untuk bekerja diwarungnya. Naruto menjadi orang yang menyambut pelanggan yang memasuki warung ramennya.

Tapi,gaji yang Naruto dapatkan tidak cukup untuk tabungannya walaupun ia diberi tumpangan dan makanan oleh paman itu. Oleh karena itu, Naruto mencoba berbagai pekerjaan.

Suatu hari, Naruto baru saja pulang dari pekerjaannya. Ada 3 jenis pekerjaan berbeda yang ia lakukan selama satu hari. Di warung ramen,disebuah toko bangunan dan menjadi orang yang membagikan tisu dijalan. Dan itu membuatnya sangat lelah. Ia merasa tidak enak badan. Pada Malam hari, Naruto pun jatuh ppingsan dipinggir jalan.

Tsunade mengendarai mobilnya secepat mungkin karena ia terlambat pulang hari ini.

"Sudah jam 11 malam.. Aku harus cepat pulang atau Jiraiya akan mengomel karena belum makan!" Omel Tsunade. Lalu, kemudian Tsunade menemukan sosok anak kecil yang tergeletak di pinggir jalan. Ia menghentikan mobilnya dan melihat anak itu. Ia terkejut begitu melihat bahwa anak itu adalah Naruto yang selama ini ia cari.

"Naruto?! Si bodoh ini..!" Ia merasakan suhu tubuh Naruto yang panas. Tanpa piker panjang,ia pun membawa Naruto kerumahnya.

-To be continued-

Nah,minas an.. Ini fic-ku yang kedua.. Satu lagi ada di sebuah akun yang berbeda nama hahaha.. Aku masih newbie.. Jadi,saran kritik dan komentar sangat diharapkan. Jadi,RnR please^^ Oh iya,flame gapapa asal membangun yaaa~