Only Hope
Main Cast:
Xi Luhan
Oh Sehun
Other Cast:
All of EXO members (OT12)
Pairing:
HunHan, SeLu
PG 13
Hanya salah satu karya lainnya dari saya, exolighteu.
Tolong jangan pernah mencuri ff ini lalu mempostnya dimanapun tanpa seizin saya.
Mengingat ide ff yang cukup pasaran, maka maaf kalo kalian merasa bosan dengan ff ini. Kalau kalian menemukan kesamaan atau kemiripan dengan cerita lain, jangan menuduh saya jiplak ya. Saya bener-bener mikir FF ini sendiri. Dialog, semua kejadian yang terjadi didalam cerita ini semuanya murni imajinasi saya. Terima kasih :)
Yaoi
HunHan
.
.
.
Enjooy!
Jam menunjukan pukul 12 siang ketika Luhan berjalan memasuki sebuah gedung berlantai 5 itu. Dengan langkah terburu-buru ia menaiki tangga menuju ke lantai dua. Sesekali ia tersenyum atau membungkuk pada orang lain yang menyapanya—atau ia yang menyapa terlebih dahulu. Luhan berada di kantor redaksi Youth Magazine sekarang dan pada jam segini biasanya para pekerja memang menghabiskan waktu mereka keluar kantor untuk makan siang. Jadi tidak heran jika Luhan terus-terus berpapasan dengan pekerja lain yang berjalan berlawanan arah dengannya.
Luhan membuka pintu kaca yang terletak di sudut lantai dua tanpa mengetuk terlebih dahulu—well, karna itu adalah ruangannya sendiri, jadi tidak masalah.
"Aku kira aku memintamu untuk datang jam sebelas?" gumam seorang namja, menyindir Luhan tepat ketika Luhan memasuki ruangan tersebut. Namanya Xiumin. Namja berambut hitam dan bermata agak lebar dengan perawakan sedikit gemuk itu duduk di bangkunya, menatap Luhan dengan menaikan sebelah alis matanya. Xiumin juga bekerja sebagai Jurnalis di Youth Magazine dan—Oh, dia juga menempati ruang kerja yang sama dengan Luhan. Jadi ruangan itu sebenarnya milik dua orang, Xiumin dan Luhan.
Luhan mendengus kesal, "Baiklah maaf." ia berjalan ke mejanya sambil menggerutu, "Kau tau, aku tidak telat karna aku yang menginginkannya. Salahkan si Lee songsaenim yang berlagak sok pintar itu dengan menambah jam mengajar seenaknya." jelas Luhan berusaha membela dirinya.
"Dan kau tau," Xiumin buka suara, "Aku tidak peduli."
Luhan memutar bola matanya mendengar jawaban sahabatnya itu. Ia sudah biasa menanggapi jawaban ataupun perkataan sarkastik dari Xiumin. Luhan mengeluarkan sebuah map merah dari tasnya lalu melemparkannya ke atas meja Xiumin, "Itu laporan yang kau minta, Tentang konser SNSD seminggu lalu."
Xiumin mengambil map itu lalu membukanya dan membaca isinya dengan teliti. "Kau tau, kau selalu mendapatkan foto terbaik." puji Xiumin sambil menunjukan sebuah foto salah satu member SNSD yang kebetulan sedang berpose Sexy. "Kurasa aku tidak akan mencetak ini, tapi kusimpan untukku sendiri."
Luhan mendegus, "Terserah kau saja." gumamnya malas, lalu menyandarkan punggungnya pada bangku kerjanya dan menghela nafas berat, "Seharusnya Yifan membayarku lebih untuk itu."
"Untuk foto sexy ini?"
"Salah satunya." Luhan mendesah, "Kau tau, meliput konser itu bukan hal yang mudah. Terlebih lagi Yifan hanya memberikanku tiket festival dan aku harus berusaha mati-matian menyembunyikan kameraku."
Xiumin mengangguk-anggukan kepalanya sambil masih membaca map yang tadi di berikan Luhan, "Bukankah seharusnya media dibiarkan meliput konser?"
"Tentu saja tidak." jawab Luhan langsung. "Aku harus bercampur dengan ratusan orang yang sibuk meneriakan nama bias mereka dengan suara cempreng. Gendang telingaku hampir pecah, kau tau."
Luhan melanjutkan curhatannya, "Mengambil satu foto saja susahnya minta ampun. Ya terdorong lah, ini lah, itu lah. Hah. Untung saja SNSD itu perempuan, kalau saja mereka laki-laki, aku tidak sudi meliput konser mereka."
Xiumin menutup map merah yang sudah selesai di bacanya, "Kerja bagus, Luhan-ssi. Tapi akan lebih bagus jika kau tidak terlalu banyak mengeluh." ledeknya lalu tertawa ketika Luhan melemparkan pandangan sinis padanya. "Oh ya, Yifan tadi bilang, ada yang ingin dibicarakan denganmu."
"Kapan dia bilang begitu?"
"Tadi dia kesini mencarimu. Dan dia menyuruhmu datang keruangannya jika kau datang."
Luhan menghela nafas malas. Apa lagi yang mau dibicarakan orang itu. Apa dia akan menyuruhku melipun konser lagi? Siapa kali ini? Super Junior? Rain? Oh, Astaga.
Xiumin berdehem, "Aku tidak tau apa yang kau fikirkan, tapi lebih baik temui dia saja dulu." Ia menekan tombol power pada layar komputernya. "Mungkin kau dapat bonus."
Luhan berdiri dengan malas, "Memang seharusnya begitu." akhirnya Luhan berjalan gontai meninggalkan ruangannya.
Sepanjang perjalanannya menuju ke ruangan Yifan yang berada di lantai 3 itu, Luhan tidak berhenti-hentinya memikirkan tentang apa yang akan ditugaskan Yifan padanya kali ini. Demi Tuhan, Luhan sedang di sibukan dengan banyak tugas kuliah akhir-akhir ini. Jika Yifan membebaninya dengan sebuah tugas berat lainnya, Maka Luhan lebih memilih dipecat—atau mungkin tidak, karena ia membutuhkan uang.
Luhan tidak berasal dari keluarga yang kaya. Kedua orang tuanya tinggal di Beijing, China, kampung halamannya. Luhan pergi ke Korea dengan maksud mungkin saja hidupnya akan lebih baik. Dan ternyata? Ya memang, Kini hidupnya sudah lumayan enak—tapi tentu saja setelah semua perjuangan yang ia lewati.
Sebenarnya Luhan bersyukur karna Tuhan mentakdirkannya untuk bertemu dengan Yifan, teman lamanya sewaktu ia di China. Yifan berumur satu tahun lebih tua darinya. Yifan pernah membantunya untuk bekerja di sebuah cafe, pada masa SMA Luhan. Lalu kemudian saat Luhan lulus, Yifan menawarkan Luhan untuk bekerja sebagai Jurnalis di Youth Magazine—yang waktu itu masih di tangani oleh ayah Yifan. Tentu saja Luhan tidak menolak, karna gaji yang ia dapat lebih besar, menjadi seorang pelayan cafe tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sebagai mahasiswa. Belum lagi untuk membayar biaya kuliahnya.
Tok tok tok
Luhan mengetuk pintu coklat dengan papan bertuliskan "Manager Room" tergantung di sana.
"Masuk," Sahut Yifan dari dalam. Luhan otomatis segera membuka pintu tersebut dan melangkahkan kakinya ke dalam.
Seorang namja dengan rambut coklat yang di naikan ke atas, serta wajahnya yang ke barat-baratan, sedang duduk di balik mejanya yang kelihatan sibuk. Lalu detik selanjutnya ia menoleh ke arah Luhan, "Ah, Luhan! Aku sudah menunggumu. Duduklah," gumam Yifan sambil menunjukan seulas senyum.
Luhan pun menurut untuk duduk di kursi yang berada di depan meja Yifan. "Maaf membuatmu menunggu."
"Tidak apa." Yifan mengibaskan tangannya, "Kau pasti sibuk dengan urusan kuliahmu."
Ya, terlalu sibuk sampai rasanya ingin mati. batin Luhan. "Ya, begitulah." jawabnya singkat, "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"
"Ah, ya. Hampir lupa." Kemudian Yifan mengambil sesuatu dari mejanya. Selembar foto yang menampilkan—oke, Luhan menghitung terlebih dahulu berapa banyak orang dalam foto itu— satu, dua— enam. Enam namja yang berpose ala boyband dengan setelan seragam anak SMA. Oh, Sepertinya Yifan memang berniat menyuruh Luhan untuk meliput konser lagi.
"Siapa ini?" tanya Luhan sambil mengamati foto itu.
"Astaga, Kau tidak tau?" Luhan menaikan alisnya, sedikit tidak suka dengan nada bicara Kris yang membuatnya seolah-olah dia lah satu-satunya orang yang tidak tau tentang segerombolan anak SMA itu. "Memangnya mereka siapa?"
Kris berdehem, "EXO."
"EXO?" Luhan mengerutkan alisnya berfikir, um Sepertinya Luhan pernah mendengar nama itu.
"Ya. Mereka boyband baru keluaran Empire High School of Arts. Mereka sangat terkenal dan menjadi trending topic di kalangan remaja masa kini, Terutama gadis-gadis tentunya."
Luhan menganggukan kepalanya sambil masih mengamati foto ditangannya. EXO? Ah ya, Luhan pernah dengar tentang mereka sebelumnya, dari sepupu perempuannya yang memang sangat nge-fans dengan EXO. Tapi Luhan tidak terlalu peduli dan tidak banyak tau tentang mereka karna menurutnya itu tidak terlalu penting. Luhan harus mengakui memang, wajah enam anak SMA yang ada pada foto di tangannya itu terlihat tampan, tapi jika mereka hanya terkenal karna tampang mereka saja, sama saja bohong, kan? Tidak memiliki talenta sama sekali, untuk apa? Oke, ini hanyalah pemikiran satu sisi Luhan yang padahal—sama sekali tidak tau apa-apa tentang EXO.
"Jadi," Yifan melanjutkan kata-katanya, "Berhubung mereka sedang naik daun saat ini, Aku ingin kau menulis artikel tentang mereka, untuk empat edisi selama empat minggu kedepan."
Luhan menatap Yifan cepat, "Apa?!"
"Oh ayolah, Luhan, Tidak perlu terkejut seperti itu. Kau tau, kau itu hebat. Aku yakin kau bisa mencari banyak informasi tentang mereka. Hanya empat edisi, dan kita akan memberikan empat halaman khusus untuk mereka, kedengaran menarik, kan?" Yifan menunjukan senyuman lebarnya, sementara Luhan melongo dengan wajah bodohnya.
"Tapi- tidak kah empat edisi terlalu banyak hanya untuk membahas sebuah boyband yang baru saja muncul? Mereka pasti belum memiliki banyak hal yang harus di tampilkan. Maksudku—ya seperti pencapaian mereka? Terlebih lagi mereka hanyalah boyband keluaran sebuah sekolah seni!"
Yifan mengibaskan tangannya, "No, no. Jangan sepelekan mereka. Kau tau, mereka sangat terkenal meskipun hanya boyband keluaran sekolah seni, seperti yang kau katakan. Kabarnya setelah mereka lulus nanti, SM Entertaiment akan merekrut mereka untuk menjadi trainee disana! Kau tau, kan? SM entertaiment!"
"Y-ya, tapi—"
"Dan kau tidak hanya bisa menulis tentang ke populeran mereka. Kau juga bisa menulis tentang bagaimana kehidupan mereka sehari-hari, dan oh— sedikit gosip juga akan menarik!"
Luhan diam sebentar untuk mencerna kata-kata Yifan, "Tunggu. Apa kau bilang? Kehidupan sehari-hari mereka?"
"Ya!" Luhan mendengus frustasi, "Astaga, bagaimana caranya aku bisa tau bagaimana kehidupan sehari-hari mereka?"
"Tentu saja kau harus terjun langsung ke lapangan! Maksudku, ya, aku mengamati kegiatan sehari-hari mereka."
"Maksudmu aku harus datang ke sekolah mereka dan mencatat setiap kegiatan mereka?!"
"Ya!"
Luhan membanting punggungnya ke sandaran kursi dengan kesal. Astaga, ini benar-benar gila. Mana mungkin Luhan sanggup melaksanakan itu semua? Waktunya kini sudah benar-benar tersita dengan tugas-tugas kuliahnya, tidak mungkin Luhan punya waktu untuk memata-matai kehidupan segerombolan anak SMA itu.
Yifan menghela nafas melihat reaksi Luhan yang sepertinya mulai ragu, "Kau akan dapat bonus."
Luhan menoleh cepat ketika Yifan mengatakan 'bonus' "Bonus?"
"Ya." Yifan mengangguk, "Aku yakin majalah kita akan laku keras. Dan dari hasil penjualan itulah, kau akan mendapat bonus."
Luhan mulai menimbang-nimbang tawaran Yifan. Well, Biar bagaimanapun, Luhan memang selalu membutuhkan uang. Jadi ketika ia mendengar kata 'bonus' tentu saja otaknya langsung terhasut seketika.
"Aku tidak pernah berbohong. Tidak perlu khawatir." tambah Yifan, berusaha meyakinkan Luhan.
Luhan menghela nafas, "Baiklah, aku terima."
Yifan mengembangkan sebuah senyuman puas, tapi Luhan tiba-tiba kembali berkata, "Tapi apa tidak apa-apa jika aku menulis gosip tentang mereka?"
"Tentu saja! Itu justru akan membuat para penggemar mereka penasaran dan berbondong-bondong membeli majalah kita."
Luhan mengangguk pelan, "Baiklah. Kalau gitu aku punya satu permintaan."
Malam itu, Jarum jam di kamar Luhan menunjuk ke angka 11. Ketika sebagian orang sudah terlelap dan beristirahat, Luhan justru masih sibuk berkutat di depan meja belajar di kamarnya. Lampu kamarnya ia biarkan menyala. Sementara di atas mejanya, Beberapa kertas berserakan, dengan pensil, pulpen, penghapus, serta alat-alat tulis lainnya juga tergeletak disana. Sementara Luhan sediri sedang sibuk menatap ke arah Laptopnya. Sesekali ia membenarkan letak kacamata yang bertengger dihidungnya lalu kembali menggerakan tangannya untuk mengscroll mouse nya.
Mata Luhan bergerak teratur mengikuti setiap baris dari bacaan yang muncul di layar laptopnya. Lalu kemudian ia membuka aplikasi microsoft words dan mulai mengetik sesuatu disana.
Luhan sudah memulai kerjanya untuk membuat artikel tentang EXO. Sedari tadi ia menjelajah internet, mencari-cari informasi tentang boyband tersebut. Beberapa sumber mengatakan bahwa kesuksesan EXO sekarang ini belum ada apa-apanya, mereka masih dalam proses pematangan. Dan ternyata, apa yang dikatakan Yifan memang benar. Setelah mereka lulus nanti, EXO akan di rekrut untuk menjadi trainee di SM ent.
Mahasiswa itu kini mencari foto-foto member EXO, Ia mencetak foto tersebut dengan nama-nama setiap member yang ia letakan di bagian bawah foto. Sengaja, Tujuannya agar Luhan bisa menghafal nama mereka dalam waktu singkat.
"Kim JongIn.. Kim Joonmyeon.. Park Chanyeol.." Luhan menyebutkan setiap nama member EXO sambil mengamati wajah mereka satu persatu.
"Oh Sehun.." Mata Luhan berhenti ketika mengamati wajah member EXO terakhir yang di lihatnya. Menurutnya, Dari semua member yang ia lihat, Namja bernama Oh Sehun itu memang yang paling menarik. Dengan postur tubuh yang tinggi, bibir tipis yang sexy, serta rambut coklat madunya, dan—oh, lihat rahangnya yang tajam itu. Untuk beberapa detik Luhan mengagumi foto itu, lalu kemudian ia menggelengkan Kepalanya. "Astaga, aku pasti sudah gila." runtuk Luhan pada dirinya sendiri.
Ia melirik ke arah jam, Setengah dua belas. Ah, pantas saja otaknya sudah mulai tidak waras. Luhan pun meletakan kacamatanya di atas meja lalu berjalan ke arah saklar untuk mematikan lampu. Ia membaringkan tubuhnya di kasur lalu menarik selimut hingga menutupi dadanya.
"Baiklah. Waktunya istirahat, sebelum hari yang panjang dimulai.." gumam Luhan pelan, lalu detik selanjutnya ia sudah memejamkan matanya rapat.
Kini Luhan berdiri di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi, gerbang itu terlihat mewah, juga menakjubkan. Luhan menelan ludahnya kasar, Ia takjub karna selama ini ia belum pernah melihat gerbang Empire High School dari jarak sedekat ini. Luhan tau Empire memang salah satu sekolah seni ternama di Seoul, tapi ia belum pernah masuk kesana—atau bahkan melewati sekolah ini. Karna letaknya yang berada di kawasan Gangnam yang mayoritasnya adalah orang-orang kaya, maka tidak heran jika Luhan tidak pernah kesana. Ya.. mengingat bagaimana kondisi keuangan Luhan.
Setelah beberapa detik mematung di depan pagar, Luhan kembali dari alam imajinasinya lalu mulai melangkah masuk kedalam kawasan Empire High School. Baru saja Luhan menginjakan kakinya beberapa langkah dari pagar, seorang security tiba-tiba menghampirinya. "Selamat pagi, Tuan."
Luhan hampir terlonjak kaget, tapi kemudian ia membungkukan badannya sekilas dengan canggung, "P-pagi."
"Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Ah, ini-" Luhan berusaha sebisa mungkin untuk bersikap biasa saja, "Aku mahasiswa dari Yungseo University. Aku kesini untuk bertemu dengan kepala sekolah."
"Kepala Sekolah? Kalau boleh tau, Apa kepentinganmu?"
Luhan manaikan alisnya, Astaga orang ini kenapa banyak ingin tau sekali. Batinnya. "Aku ingin meminta izin padanya untuk—uhm, melakukan sesuatu."
"Sesuatu?"
"Maaf tapi ini privacy, dan aku hanya akan membicarakannya pada kepala sekolah. Bisakah tolong kau tunjukan saja dimana ruangannya?" kata Luhan pada akhirnya, to the point.
"Ah, baiklah. Mari ikut saya." Security itu lalu memberi isyarat pada temannya untuk menggantikan posisinya menjaga gerbang, lalu mulai melangkah dan Luhan pun mengikutinya dari belakang.
Suara gelak tawa segerombolan wanita menyambut Luhan ketika ia melangkah memasuki gedung utama Empire High School. Luhan melirik sinis ke arah segerombol yeoja centil yang sedang bergosip di dekat jendela besar. Sambil melangkah mengikuti security tadi, Luhan mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut. Ternyata Empire High School tidak terlalu berbeda jauh dari sekolah lamanya dulu. Well, mungkin harus diakui memang sekolah ini terkesan lebih mewah. Dindingnya, lantainya, lokernya, seluruh interior di dalam kelasnya—okay Luhan menarik kembali kata-katanya. Empire sangat Jauh lebih mewah jika di bandingkan dengan sekolah lamanya.
Luhan melihat beberapa murid lalu lalang sambil bercengkrama dengan teman mereka. Sesekali salah satu dari mereka bersenandung pelan dan oh—Luhan sudah cukup merinding mendengar suara mereka. No doubt, Murid Empire memang memiliki talenta yang luar biasa.
"Dan disinilah, ruangannya." gumam sang Security sambil berhenti di sebuah pintu coklat dengan papan ber-tulisan "Headmaster Room" tergantung di depannya.
"Ah, baiklah. Terima kasih banyak." Luhan membungkukan badannya sekali lagi lalu tersenyum ketika security itu akhirnya pamit untuk pergi.
Ini saatnya. Semuanya akan segera dimulai. Batin Luhan. Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, mencoba menenangkan dirinya. Hingga akhirnya, tangannya terulur untuk mengetuk pintu itu tiga kali.
tok tok tok
"Silakan masuk," sahut seseorang dari dalam.
Perlahan Luhan menggerakan tangannya untuk membuka pintu itu lalu melangkahkan kakinya masuk, "Permisi, Tuan Lee?"
Orang yang di panggil Lee itu menoleh ke arah Luhan. Tubuh kurus, rambut hitam, wajahnya terlihat sudah berusia tetapi tetap terlihat gagah dan berwibawa. "Silahkan masuk dan duduklah." gumamnya dengan suara beratnya.
Luhan pun berjalan mendekat dan membungkukan badannya sejenak sebelum akhirnya duduk di bangku yang di sediakan. Luhan berdehem, "Pertama-tama, perkenalkan," Ia mengulurkan tangannya, "Nama saya Luhan."
Mr Lee menyambut uluran tangan Luhan dan menjabatnya, "Lee JaeSook."
Luhan menarik tangannya lalu mulai berbicara, "Saya mahasiswa dari Yungseo University. Tujuan saya kesini adalah ingin meminta izin untuk melakukan pengamatan di sekolah ini."
"Pengamatan?"
"Bukan pengamatan sebenarnya— uhm, begini. Saya mendapat tugas untuk membuat artikel tentang bagaimana kegiatan dan keseharian para murid di Sekolah seni. Dan saya memilih sekolah ini untuk menjadi bahan dari artikel saya." Luhan mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya, "Ini proposalnya."
Mr Lee mengambil kertas itu lalu membacanya dengan teliti. Selagi Mr Lee membaca, Luhan kembali melanjutkan, "Jika di perbolehkan, Saya akan sering datang kesini selama satu bulan kedepan."
Mr Lee mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, lalu ia menoleh ke arah Luhan, "Hanya itu saja?"
"Ya." Luhan mengangguk mantap. Dalam hati ia sudah hampir bersorak karna sepertinya rencananya akan berjalan sesuai harapan.
"Baiklah, Selama kau tidak mengganggu kegiatan belajar di sekolah ini, dan tidak melakukan hal yang buruk. Saya mengizinkan."
YOHOOO! Luhan bersorak sorai dalam hatinya. Ia tersenyum lebar, "Tentu saja. Saya tidak akan berbuat onar." Ia menundukan kepalanya, "Terima kasih banyak tuan lee!"
Setelah Mr Lee menanda tangani proposal yang berisi surat permohonan dari Luhan, keduanya lanjut bercakap-cakap. Hanya berbasa-basi singkat tentang Empire High School. Well, walau sebenarnya apa yang di katakan Mr Lee hampir semuanya Luhan sudah ketahui—karna semuanya tertulis jelas di website sekolah mereka yang Luhan baca semalam.
tok tok tok
Sebuah ketukan pintu menginterupsi percakapan Mr Lee dan Luhan. "Masuklah." gumam Mr Lee.
Seorang namja yang mengenakan seragam rapih menunjukan dirinya lalu segera membungkuk hormat, "Maaf songsaenim, Ada yang ingin bertemu dengan anda." gumam namja itu.
Luhan menyipitkan matanya, memperhatikan namja itu dari ujung kepala hingga kaki. Tunggu, sepertinya Luhan pernah melihat orang itu sebelumnya. Ia kembai meneliti wajah namja itu. Bibirnya, matanya yang agak bulat, kulit putih yang hampir seperti susu, serta rambut hitamnya. Dia...
"Benarkah? Ah, tunggu sebentar." Mr Lee menoleh ke arah Luhan, "Luhan-ssi, sepertinya saya ada tamu. Mungkin kau bisa berkeliling sekolah ini dulu?"
Luhan mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengalihkan pandangannya dari namja itu, kembali menatap Mr lee, "A-ah, ya, ya, tentu."
"Oh, Joonmyun."
Joonmyun? Ah, benar! Kim Joonmyun. Luhan baru ingat sekarang. Namja itu Kim Joonmyun. Leader EXO.
"Ya, songsaenim?"
"Bisa kau tolong antar Luhan-ssi berkeliling sekolah? Dia sedang ada perlu di sekolah ini,"
"Tentu, Songsaenim." kemudian namja bernama Joonmyun itu menoleh ke arah Luhan, "Ayo, Aku akan membantumu, Luhan hyung."
"e-eh? Y-ya, ya, tentu!" Luhan pun akhirnya pamit pada Mr Lee. Setelah berterima kasih dan berjabat tangan, Ia akhirnya keluar dari ruangan Mr Lee bersama dengan Joonmyun.
"Jadi, Kau hanya ingin aku mengantarmu mengelilingi sekolah ini?" tanya Joonmyun langsung.
"eh? Memangnya kau tidak ada kelas? Kalau kau sibuk—"
"Tidak. Ini sedang jam kosong, Jadi aku free." jawabnya langsung, lalu menunjukan seulas senyuman manis, "Bagaimana?"
Luhan pun mengangguk, "Baiklah." Well, lagipula ini bagus. Luhan tidak perlu repot-repot mencari-cari member EXO. Kini Ia sudah bersama leader mereka, cepat atau lambat, member EXO lainnya pasti akan menunjukan batang hidungnya. Entah mereka yang akan muncul sendiri, Atau Joonmyun yang akan membawa Luhan menemui mereka, salah satu kemungkinan itu pasti terjadi.
"Jadi, Hyung kesini karna tugas kuliah?" tanya Joonmyun sambil berjalan bersebelahan dengan Luhan menaiki tangga.
"Ya." Luhan mengangguk, "Tentang kegiatan sehari-hari para murid di sekolah Seni."
"Melihatku sekarang ini, mungkin kau akan menulis kalau murid disini lebih sering berkeliaran daripada di kelas." gumam Joonmyun lalu terkekeh.
"Haha, tentu saja tidak." jawab Luhan yang ikut terkekeh pelan, "Ya, meskipun memang kelihatannya begitu."
"Aku ini murid tingkat akhir. Jadi jadwalku sudah tidak terlalu padat." gumamnya.
"Dan juga, Apa hyung tau, aku ini member EXO?"
Yes. AKhirnya anak ini bicara tentang EXO. Batin Luhan gembira. "Ah, ya. Tentu saja aku tau! Siapa yang tidak mengenal EXO?"
Joonmyun tertawa malu, "Hyung berlebihan."
"Tidak, Aku serius! Kalian memang benar-benar terkenal." puji Luhan. "Banyak sekali yeoja yang menyukai kalian. Bahkan teman satu kampusku!"
"Ah ya, Bicara soal kampus. Hyung kuliah dimana?"
Luhan menaikan alisnya. Sial. Kenapa anak ini tiba-tiba mengganti topik pembicaraan?! runtuk Luhan dalam hatinya. "Aku? Yungseo University."
"Woaah, Kudengar itu Universitas yang cukup bagus! Hyung bisa masuk situ, berarti hyung pintar!"
"Ah, tidak, biasa saja. hehehe" Sial. Jangan bicarakan soal itu. Ayo bicara soal EXO lagi!
"Joonmyun hyung!"
Joonmyun dan Luhan serentak menoleh kebelakang. Luhan kembali menyipitkan matanya melihat seorang namja berlari kecil ke arahnya—atau ke arah Joonmyun, karna yang di panggilnya memang Joonmyun tadi. Kulit yang agak gelap, bibir tebal, serta rambut coklat. Oh, Luhan tau! Dia..
"Jongin? Ada apa?"
Ya! Kim Jongin! Dia adalah main dancer di EXO. Oh, ini benar-benar bagus. Satu persatu member EXO muncul dihadapannya. Luhan kembali bersorak di dalam hatinya.
"Hyung, yang lain menunggu di kantin." kata Jongin sambil berusaha mengatur nafasnya yang sedikit memburu karna berlari tadi.
"Memang ada apa?"
"Bukankah kita—eh" Jongin tiba-tiba berhenti bicara ketika menyadari seseorang berdiri di samping Joonmyun, "Kau.. Siapa?"
Astaga, Luhan tidak suka cara anak itu berbicara padanya! "O-oh, ya, aku belum memperkenalkan diri." Luhan membungkuk sedikit, "Namaku Luhan."
Joonmyun berdehem, "Luhan hyung ini mahasiswa, dan dia kesini karna ada tugas. Jongin, panggil dia hyung. Dan berhenti berbahasa non-formal padanya!"
Jongin mengangguk, "Baiklah, baiklah. AKu kan tidak tau." Ia tersenyum manis pada Luhan, "Senang bertemu denganmu, hyung. Aku Jongin!"
Ya, aku sudah tau. Batin Luhan. Tapi ia hanya tersenyum, "Senang bertemu denganmu juga."
Jongin kembali menoleh ke arah Joonmyun, "Hyung, Ayo ke kantin. Hari ini kita ada latihan, kan? Yang lain sudah menunggu disana."
"eh- tapi.." Joonmyun menoleh ke arah Luhan, "uhm.. Hyung, apa kau tidak apa-apa berkeliling sendirian?"
"eh? um, bagaimana kalau aku ikut saja dengan kalian? Well, kalian juga murid dari sekolah ini jadi kurasa aku bisa menjadikan kalian bahan artikelku. Bagaimana?"
"Ide bagus!" sahut Jongin tiba-tiba. "Kalau gitu, ayo!" Dengan sok-akrabnya Jongin meraih tangan Luhan dan menariknya untuk berjalan menuju kantin.
Dalam hati Luhan hanya bergumam, huft. dasar anak SMA.
Luhan ditarik menuju ke kantin. Surga bagi murid-murid di Empire karna makanan disana sangat enak katanya. Selain makanannya, fasilitas disana juga cukup lengkap dan membuat para murid nyaman. Tidak sedikit dari mereka yang memilih kantin sebagai tempat untuk sekedar bercengkrama dengan teman-teman mereka. Kaca besar yang berada di sebelah kiri itu membuat kantin terang tetapi tetap teduh, tidak panas seperti seakan-akan sinar matahari dibiarkan tembus begitu saja.
"Nah, itu mereka." kata Jongin tiba-tiba sambil menunjuk ke arah sebuah meja bundar yang sudah diisi oleh tiga orang namja.
Sementara Jongin dan Joonmyun langsung menghampiri meja itu, Luhan justru berdiri mematung. Ia mengedarkan pandangannya ke arah segerombol namja itu lalu mulai berhitung. satu, dua, tiga—lima. Baru lima member yang berkumpul disana. Bukankah EXO memiliki enam member? Lalu dimana yang satunya?
"Luhan hyung, kenapa diam begitu? Kemarilah duduk." gumam Jongin menawarkan.
Luhan bisa melihat ketiga namja yang baru di temuinya itu menatap kearahnya dengan tatapan 'siapa dia?' Jadi Luhan memutuskan untuk mendekat dan membungkuk sedikit, "Annyeong semuanya. Namaku Luhan."
"Kau murid baru?" tanya salah satu namja dengan mata lebar dan telinganya juga lebar. Oh, Luhan kenal yang satu itu. Park Chanyeol.
"Tidak, Aku mahasiswa, dan aku sedang ada perlu disini." Chanyeol menganggukan kepalanya mengerti, "Ah, begitu. Aku Chanyeol!"
"Aku Baekhyun." timpal seorang namja berwajah imut yang duduk di sebelah Chanyeol. Ia menunjukan senyuman lebar, "Senang bertemu denganmu, Hyung!"
"Aku kyungsoo." sahut salah seorang namja yang juga bertubuh mungil. Matanya lebar dan terkesan sedikit... horor? Oke terserah. Tapi ia tersenyum ke arah Luhan membuat kesan horor pada wajahnya berkurang.
"Senang bertemu kalian semua." gumam Luhan sambil menebarkan senyuman manisnya. "Boleh aku gabung dengan kalian?"
"Tentu, duduklah hyung!" sahut Joonmyun cepat. Luhan pun menurut dan duduk di sebelah Joonmyun. Kemudian ia mulai mengabsen satu satu ke lima member EXO yang berada di depannya sekarang.
Kim Joonmyun, Kim JongIn, Do Kyungsoo, Byun Baekhyun, Park Chanyeol.. Berarti yang tersisa hanya satu..
Oh Sehun.
Maknae dengan wajah paling tampan menurut Luhan. Padahal Luhan sangat penasaran bagaimana namja yang satu itu. Wajahnya memang terlihat tampan di foto, tapi siapa tau saja itu ulah photoshop, kan? Tapi kalau dilihat-lihat sepertinya foto itu asli, tapi—baiklah, hentikan Luhan. Ini bukan waktunya mengagumi seseorang yang tidak terlalu penting. Lagipula Luhan itu tidak gay. Tidak seharusnya ia menganggumi Sehun seperti itu. ew.
Sekarang yang harus difikirkan Luhan hanya satu. Bagaimana caranya menjalin hubungan yang baik dengan semua member EXO agar ia bisa lebih nyaman berbicara dengan mereka dan menggali informasi sebanyak-banyaknya. Hanya satu bulan, bukan masalah besar. Semuanya akan berjalan mulus.
Luhan berdehem, "Jadi, Kalian akan latihan hari ini?" ia mulai menjalankan aksinya.
Joonmyun yang menjawab, "Ya. Kita Latihan setiap hari selasa, kamis, dan sabtu. Dari jam dua sampai jam lima sore. Tapi kadang jika ada waktu senggang kami sering latihan ringan juga."
Luhan menganggukan kepalanya. Diam-diam ia mencatat itu semua di dalam memorinya. "Ooh. Apa tidak mengganggu aktifitas belajar kalian? Maksudku seperti belajar vocal dan lainnya"
Kali ini Kyungsoo buka suara, "Latihan itu sudah masuk dalam jadwal kami. Kami ini kan sudah hampir lulus sebentar lagi. Pelajaran vocal dan lainnya itu masuk dalam jadwal latihan."
"Ooh.." Walau sedikit tidak mengerti, Luhan tetap mengangguk-anggukan kepalanya. "Jadi—"
"HYUNG HYUNG!" Serentak semuanya menoleh ke arah sebuah suara berat yang menginterupsi.
Luhan membulatkan matanya ketika melihat sang pemilik suara. Oh Sehun. Namja tinggi dengan bibir tipis, hidung mancung, kulit seputih salju, serta rambut coklat yang sedikit berantakan tapi terlihat menarik, Ia berbicara dengan semangat.
"Kalian tidak akan mempercayai ini! Aku hampir berhasil mengambil boneka dari mesin permainan di sudut sana itu! Kalian tau kan, sampai saat ini tidak ada orang yang berhasil mengambil boneka disana. Tapi aku hampir mendapatkannya!"
Luhan mengerutkan keningnya tidak mengerti. Mesin boneka?
Sementara pada detik selanjutnya seluruh member EXO yang lain tertawa terbahak-bahak. Dan Luhan semakin tidak mengerti apa yang mereka tertawakan.
"Astaga Sehun, kau ini benar-benar bodoh! Sudah kubilang jangan terlalu terobsesi dengan mesin bodoh itu!" kata Kai sambil masih menertawai Sehun.
Sementara namja bertubuh tinggi itu mengerutkan keningnya, "Sudah kubilang aku tidak terobsesi!"
"Tapi kau jelas-jelas terobsesi dengan permainan itu." sela Baekhyun kali ini. "Sejak awal mesin itu di datangkan kau tidak pernah berhenti mencobanya."
"Walau pada kenyataannya mesin itu curang. Dia selalu melepaskan cengkramannya di tengah jalan meskipun kau mendapatkan boneka." tambah Chanyeol.
Sehun mendengus kesal, "Terserah kalian. Yang jelas aku hampir berhasil tadi. Dan sekali lagi aku tegaskan, aku hampir berhasil."
"Ya, kau sudah mengatakan itu beribu kali." sahut Jongin, "Sudahlah, lupakan soal mesin itu. Duduklah sini."
Dengan wajah masih tidak terima Sehun akhirnya ikut bergabung duduk dengan teman-temannya. Mungkin ia tidak menyadarinya, sepasang mata tidak berhenti-hentinya memandang ke arahnya. Hingga akhirnya Sehun duduk, lalu mengedarkan pandangan ke sekitarnya, matanya melebar kaget ketika akhirnya berpapasan dengan sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya.
Luhan bisa melihat jelas kilatan terkejut di mata Sehun ketika mata mereka bertemu. Ia menghela nafas yang tanpa sadar sedaritadi di tahannya, lalu memperkenalkan diri, "A-ah, Annyeong. Aku Luhan." gumamnya memperkenalkan diri. Entah kenapa, Ia merasa sedikit—gugup? Baiklah, ini aneh. Ia biasa saja saat memperkenalkan dirinya ke member EXO yang lain, tapi kenapa rasanya berbeda saat berbicara pada Sehun?
"Oh. Aku Sehun." jawab Sehun singkat. Kemudian matanya berpindah ke arah Joonmyun, "Hyung, Siapa dia?"
Oh, Astaga. Luhan mulai bosan mendengar pertanyaan itu berulang kali hari ini.
"Luhan hyung ini mahasiswa. Dia sedang ada urusan disekolah ini. Bersikaplah sopan padanya, karna dia lebih tua darimu. Panggil dia hyung." Luhan mulai berfikir kalau Joonmyun sedikit terdengar seperti seorang ibu sekarang. Caranya berbicara pada setiap member benar-benar heran ia dipilih sebagai leader.
"Oh." Sehun kembali melirik Luhan, lalu bicara lagi pada Joonmyun, "Lalu untuk apa dia disini dengan kita?"
Luhan menaikan sebelah alisnya, kurang suka dengan pertanyaan yang dilontarkan Sehun padanya. Ia pun segera menyela sebelum Joonmyun menjawab, "Aku harus meneliti tentang kegiatan para murid di sekolah seni. Jadi aku memilih sekolah ini. Dan berhubung kalian—tidak. Maksudku, teman-temanmu ini adalah murid disini, jadi aku akan meminta informasi dari mereka." jelas Luhan. Ia mengganti kata-kata kalian dengan teman-temanmu karna menurutnya ia akan membuang Sehun dari objek penelitiannya. Ia hanya akan menulis artikel tentang lima member EXO tanpa Sehun. Karna ia mulai tidak suka pada anak itu.
Oh, Asal kalian tau saja, Luhan itu sedikit sensitif dan temprament. Ia bisa membenci seseorang dengan mudah hanya karna orang itu melakukan sesuatu yang tidak ia sukai.
Sehun menganggukan kepala dengan wajah datarnya. "Begitu." gumamnya singkat, "Kukira karna kau tau mereka ini teman-temanku."
Tunggu— Apa? Luhan menaikan alisnya bingung, "Apa maksudmu?"
"Aku sering melihatmu."
"Apa?"
"Ya, tapi sepertinya kau tidak pernah melihatku." Sehun menaikan bahunya acuh. Sementara Luhan sendiri masih bingung dengan apa maksud anak itu.
Sehun mengibaskan tangannya, "Sudahlah, tidak perlu difikirkan." katanya. "Semoga harimu menyenangkan!" Sehun tersenyum pada Luhan, dan berhasil membuat Luhan terpaku dengan menahan nafasnya selama beberapa detik. Senyuman Sehun.. benar-benar..
"Hey kau mau kemana?!" Teriakan Jongin membuat Luhan kembali tersadar dan menyadari Sehun sudah menghilang dari tempat duduknya dan melangkah menjauh.
"Aku akan menemui kalian di ruang latihan." jawab Sehun tanpa berhenti atau berbalik, ia lalu mengacungkan jari tengah dan telunjuknya membentuk tanda peace, "Aku janji tidak akan telat." janjinya. Lalu menghilang dinkerumunan orang.
Joonmyun menghela nafas berat, "Anak itu."
Luhan menoleh heran, "Kenapa?"
"Luhan hyung," panggil Jongin, "Kalau kau ingin menulis sesuatu yang menarik pada artikelmu, tulislah seorang murid Empire bernama Oh Sehun itu sangat aneh." gumamnya lalu tertawa.
Baekhyun mengangguk setuju, "Dari semua murid di sini, Hanya Sehun lah yang paling aneh." timpalnya. "Aku bahkan tidak mengerti bagaimana dia bisa masuk EXO."
Joonmyun terkekeh, "Tapi disamping itu semua dia sebenarnya sangat baik. Ia juga sangat pandai menari."
Ah, Ya. Luhan tau itu. Sehun memang main dancer, bersama dengan Jongin.
"Aku sering melihatmu."
Sering? Dimana? Kapan? Luhan bertanya-tanya sendiri dalam hatinya. Ia yakin belum pernah bertemu dengan Sehun sebelumnya. Atau dia hanya tidak menyadarinya?
"Ya, tapi sepertinya kau tidak pernah melihatku."
Kini diam-diam ia menyetujui perkataan Jongin. Sehun memang aneh.
TBC
HAAAAAAAAAAAAAAAAAAIIIIIIIIIIIIIIIIII. Aku balik lagi dengan FF HunHan. Aduh serius ya, gabisa banget nahan tangan ini buat ngetik FF HunHan. Sekali dapet ide lansung bawaannya gatel pengen nulis. :")
Jadi, gimana FF kali ini? Penasaran ga? keren ga?
Maaf kalo ada kejanggalan dalam pekerjaan Luhan. Aku ga begitu tau tentang jurnalis tbh. jadi aku nulis sesuai imajinasi aku aja :')
Jangan lupa fav, follow, dan paling utama REVIEW. Segala macam kritik dan saran akan aku terima dengan senang hati.
Trima kasih banyak :3
Love, exolighteu.
