Kōkai no Namida

(Tears of Regret)

Sengoku BASARA CAPCOM

Fanfiction Nero-Blitzschnell

"Kau terluka?"

"Ya…"

"Apakah rumahmu jauh dari sini?"

"Tidak..."

"Naiklah ke punggungku. Kau akan aku antar ke rumah."

"Terima kasih… Siapa kau…?"

"Aku…"


*KRIING! KRIING!*

"Sudah pagi…?" seorang pemuda berambut silver terbangun karena suara alarm jam yang keras.

Ia segera bangun dari ranjangnya, mandi, mengganti pakaiannya, dan sarapan. "Lagi-lagi mimpi itu lagi…"

"MITSUNARI!" seseorang meneriaki namanya dari depan rumahnya. Laki-laki yang bernama Mitsunari itu segera membuka salah satu jendela rumahnya.

"Berisik sekali…"

"AYO CEPAT ATAU KITA AKAN TERLAMBAT!"

"BERISIK! SUARAMU ITU MEMBUAT TELINGAKU SAKIT!"

"ATAU KITA AKAN-"

"TIDAK PERLU DIULANGI LAGI, BODOH!" Mitsunari segera menutup jendelanya dengan keras. Ia segera mengambil ranselnya, memakai sepatunya, dan membuka pintu rumah dengan wajah yang tidak bahagia.

"Mitsunari! Ayo berangkat! Kita akan telat!" Ieyasu menunggu Mitsunari di depan rumahnya dengan menaiki sepeda.

"Sabarlah! Dasar…," jawab Mitsunari dengan kasar.

"Ayo cepat naik!"

"Ieyasu, apa kau tahu artinya 'sabar'?!"

"Aku tahu tapi kita akan terlambat!" jawab Ieyasu. Mereka pun segera berangkat ke sekolah.

Di tengah perjalanan, Mitsunari teringat sesuatu.

. . .


"Hiks… Aduduh… Sakit…"

"Kau terluka?"

"Ya…"

"Apakah rumahmu jauh dari sini?"

"Tidak..."

"Naiklah ke punggungku. Kau akan aku antar ke rumah."

"Terima kasih… Siapa kau…?"

"Aku Tokugawa Ieyasu. Siapa namamu?"

". . . Ishida Mitsunari…"

"Mitsunari, bagaimana kalau besok kita main di tempat ini lagi?"

"Aku mau… Tapi… Kakiku terluka…"

"Tenang, bagaimana kalau kita membangun istana pasir? Setuju, Mitsunari…?


"Mitsunari!"

"Hah?" Mitsunari segera menoleh ke arah ieyasu.

"Jangan banyak bengong lho!"

"Aku tahu itu. Sudah ya, terima kasih atas tumpangannya," Mitsunari segera berlari menuju kelasnya.

"Ah?! Hmmm... Aneh sekali kamu hari ini, Mitsunari…"

.

Sesampainya di kelas, Mitsunari disambut oleh temannya yang bernama Sanada Yukimura.

"Mitsunari-dono! Kau hampir saja terlambat!" kata Yukimura.

"Hah? Benarkah?" Mitsunari segera mengamati jam di kelasnya. "Ah iya… Gara-gara mimpi tadi…"

"Mimpi?"

"Bukan apa-apa," jawab Mitsunari.

Tidak lama kemudian, bel sekolah berbunyi. Para murid segera memasuki ruangan kelasnya.

"Selamat pagi, anak-anak," Hanbei-sensei memberi salam kepada murid – muridnya. "Mari kita mulai pelajaran hari ini."

Mitsunari masih bengong sambil menatap kaca jendela yang ada di sampingnya.

. . .


"Selesai sudah! Istana pasir karya kita!"

"Ya…! Err… Ieyasu-senpai…"

"Ada apa, Mitsunari?"

"Maukah kau menjadi temanku…"

"Tentu saja! Kita saja sudah teman kok!"

"Benarkah…?"

"Yap! Ah iya, aku punya barang bagus untukmu!"

"Apa itu?"

"Boneka! Aku yang buat. Maaf kalau jelek hehehe…"

"Ini tidak jelek kok, ini bagus kok."

"Simpan ini baik-baik ya, Mitsunari?"

"Ya! Aku akan menyimpannya!"


"Mitsunari-dono?"

"HAH?!" Mitsunari kaget dan segera bangun dari mimpinya.

"Akhir-akhir ini kau aneh sekali. Ada apa?"

"A… Aku baik-baik saja!" jawab Mitsunari dan ia segera keluar dari ruang kelasnya dan menuju kantin.

.

Sesampainya di kantin, ia segera membeli satu roti melon dan satu susu dan membawanya ke meja.

"Mitsunari, tumben kamu ke kantin," kata Ieyasu yang duduk di sebelahnya.

"Ieyasu…?! Bu-bukan urusanmu! Aku tadi tidak membawa bekal! Itu saja!" jawab Mitsunari sambil menggigit roti melonnya. Ieyasu melihat wajah Mitsunari yang merah padam seperti kepiting rebus. Ieyasu hanya bisa tertawa kecil melihat adik kelasnya.

"Hei, Mitsunari. Bagaimana kalau besok kita pergi?"

"Pergi? Kemana?"

"Hmmm… Bagaimana kalau kita ke mall?"

"Cih, ke mall…"

"Ada-apa, Mitsunari?" tanya Ieyasu.

". . . Sudahlah, kita besok ke mall. Mumpung besok libur."

"Asyik! Kita ketemu di depan Placebant Café ya!"

"Iya-iya, aku tahu." Mitsunari segera kembali ke kelasnya.

.

Jam menunjukkan pukul 14.00, para murid segera pulang ke rumah masing-masing.

"Mitsunari! Nanti kau aktif Kaobook tidak?" tanya ieyasu sambil mengendarai sepeda.

"Iya," jawab Mitsunari yang duduk di belakang Mitsunari.

"Baguslah! Nanti kita bicarakan di Kaobook ya!"

"Terserah...," ucap Mitsunari. Mitsunari kembali mengingat kembali pertama kalinya ia berkenalan dengan Ieyasu.

. . .


"Ieyasu-senpai! Kenapa kau tidak datang kemarin?!"

"Maafkan aku, Mitsunari! Aku pergi ke sekolah kemarin! Jadi aku tidak bisa!"

"Tidak bisa dimaafkan! Bilang dulu kalau gak jadi! Sudah susah payah aku datang dan mencarimu ternyata kau di sekolah!"

"Aku benar-benar minta maaf, Mitsunari!"


"Mitsunari? Kenapa kau bengong? Kita sudah sampai di rumahmu!"

"Apa?" Mitsunari segera membuka matanya dan turun dari sepeda.

"Sampai besok, Mitsunari!"

"Oi, Ieyasu…"

"Apa?"

". . . Bilang ya kalau misalnya kau tidak jadi."

"Baiklah!" Ieyasu segera menuju rumahnya.

". . . Awas kamu kalau besok tidak datang tanpa pemberitahuan…!" bisik Mitsunari dan ia berjalan menuju kamarnya.

.

Malamnya, Mitsunari segera menyalakan laptopnya. Kemudian, ia membuka situs yang bernama Kaobook.

"Mitsunari!" Ieyasu berbicara melalui chat box.

"Apa?"

"Bagaimana besok? Jadi tidak?"

"Jadilah! Jangan-jangan kamu tidak jadi ya, hah?!"

"Jadi kok. Tenanglah, Mitsunari!"

"Awas lho kalau mendadak tidak jadi!"

"Tidak akan, Mitsunari. Itu tidak akan aku ulangi lagi kok."

"Janji ya."

"Iya dong, janji!"

Mitsunari tersenyum kecil. "Baiklah, sesuai janjimu, aku tunggu di Placebant Café…" balas Mitsunari.

"Oke deh! Sudah malam, aku mau tidur dulu. Oyasumi, Mitsunari."

"OI! AKU BELOM SELESAI BICARA! DASAR TUKANG TIDUR! BARU JAM 8 SUDAH TIDUR! DASAR!"

Ieyasu langsung tidak aktif Kaobook.

"Sialan… Apa boleh buat…" bisik Mitsunari.

Jam menunjukkan pukul 23.00, Mitsunari segera menggosok giginya dan tidur.

. . .


"Mitsunari? Kau mau kemana?!"

"Bukan urusanmu!"

"Mitsunari! Kenapa… Kenapa kau meninggalkanku?!"

"Tentu saja! Aku harap aku tidak akan melihat wajahmu lagi!"

"Mitsunari…"

"Ieyasu-senpai, kau hanyalah seorang pembohong! Penipu!"

"Aku salah dan aku minta maaf, Mitsunari!"

"Tiada maaf bagimu! Mulai hari ini, aku tidak akan memanggilmu dengan kata 'senpai'!"

"Mitsunari…! Kenapa kau memutuskan untuk pindah ke kota?!"

"Karena di kota aku akan menemukan banyak teman dan bukan teman yang seperti KAU!"

"Mitsunari… Tapi aku-"

"CEREWET! DASAR MULUT BESAR YANG TIDAK TAHU DIRI! Aku benar-benar marah sekali, Ieyasu…!"

"Mitsunari…"

"DENGAR! Aku akan menemukan banyak teman di sana! Bukan teman yang suka berbohong sepertimu! Aku ini orang yang tidak suka dengan kebohongan, kecurangan, dan lainnya yang akan merusak hidupku! Garis bawahi kata-kataku!"

". . . Baiklah… Semoga kamu mendapat teman yang lebih baik…"


*KRIING! KRIING!*

"Hah…?" Mitsunari terbangun dari tidur lelapnya. Ia segera mematikan alarm jamnya, mandi, berpakaian rapi, sarapan, dan berangkat menuju tempat dimana ia akan bertemu Ieyasu dengan menaiki sepeda tuanya.

.

Sesampainya disana, Mitsunari menunggu Ieyasu di depan Placebant Café. Ia sudah menunggu lama namun Ieyasu tidak segera muncul.

"Lama sekali kau…" bisik Mitsunari dengan kesal.

Sekitar 30 menit kemudian, Ieyasu datang.

"Ieya-"

"Ah! Masamune!"

Mitsunari terkejut mendengar Ieyasu memanggil Masamune.

"Hey, Ieyasu!" jawab pemuda bernama Masamune itu.

"Yo, Ieyasu!" jawab pemuda yang bernama Motochika.

"Aku senang kalian datang!" jawab Ieyasu.

Sementara itu, Mitsunari hanya bisa mengamati mereka dari Café. Pensil yang ia genggam untuk menulis jadwal tiba-tiba patah di tangannya.

"Bagaimana kalau kita ke Game Centre?"

"Setuju!"

"Hahaha! Ya! Ayo kita kesana!"

Mitsunari merasa Ieyasu melupakannya. Ia sangat marah dan memutuskan untuk pulang meskipun cuaca tidak mendukung.

Mitsunari segera berlari menuju parkiran sepeda dan mengambil sepedanya. Namun, hujan turun dengan sangat deras. Tapi, Mitsunari tetap ingin pulang.

Dengan menggoes sepeda tuanya, dia pergi meninggalkan Ieyasu.

"Bohong… Semuanya… Hanyalah dusta…!"


"Bagaimana besok? Jadi tidak?"

"Jadilah! Jangan-jangan kamu tidak jadi ya, hah?!"

"Jadi kok. Tenanglah, Mitsunari!"

"Awas lho kalau mendadak tidak jadi!"

"Tidak akan, Mitsunari. Itu tidak akan aku ulangi lagi kok."

"Janji ya."

"Iya dong, janji!"


"Ieyasu… Mengapa… Selama ini… Kau membohongiku…" Tetes demi tetes air keluar dari matanya bercampur dengan air hujan dan membasahi wajahnya.

"Lebih baik kau menghilang dari hadapanku…!" bisik Mitsunari.