Kai tidak pernah tau jika hidupnya akan berbeda dalam waktu tiga jam kedepan. Saat ini ia masih dapat duduk santai dengan para pengikut setianya. Ia masih bisa merasakan ketakutan orang-orang yang tengah ia lewati. Ia bahkan masih dengan tenang menghisap rokoknya tanpa takut tertangkap oleh guru kedisiplinan. Atau rambut pirangnya yang sungguh kontras dengan milik siswa lainnya.

Ia tak perduli oleh semua itu. Karena hidupnya berjalan dalam jalan seperti ini. Nakal dan ditakuti. Ia patut bangga karena menjadi pimpinan berandalan yang paling ditakuti oleh seluruh siswa di daerahnya. Perlu ia tegaskan seluruh siswa di daerahnya, yang jika ia dapat repot untuk menghitung ada sekitar tiga sekolah SMA.

"Kai-ah, Young Dae, siswa sekolah Bongyul membuat masalah dengan daerah kita. Apa yang harus kita lakukan?" Salah satu pengikutnya datang dengan informasi yang membuatnya geram. Belum ada yang berani untuk mengusik daerahnya dan siswa yang bernama Young apalah itu cukup untuk membuatnya menyeringai.

Ia meludah sebelum membuang rokoknya ke tanah.

"Siapkan kelompok Kevin untuk bermain." Ia menyunggingkan senyum miring sambil menaikkan lengan kemejanya. Seringaiannya itu cukup membuat anak buahnya tersenyum patuh.

.

.

"Cuihh" ia meludahkan darahnya, jempol kanannya menyeka darah lainnya yang berada disekitar mulutnya. Pipinya lebam dan bajunya kotor. Ia menggeram pada dua orang dibelakangnya yang sejak tadi mengikutinya.

"Pergi kalian!"

"Tapi, boss…"

Kai hanya cukup menatap kedua orang itu tajam sebelum mereka berlari ketakutan menghindari dirinya yang tengah bad mood.

Ia kesal karena ternyata lelaki Young apalah itu berhasil menjebaknya dan membuatnya lebam seperti ini. Walau pada akhirnya ia tetap berhasil untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, tapi tetap saja membuatnya geram karena ia berhasil dibuat kewalahan. Kai menendang sembarangan tempat sampah yang ada didekatnya hingga isinya tumpah di koridor sekolah sore itu. Dia tidak perlu khawatir untuk tertangkap oleh orang lain karena perbuatannya itu. Seakan ia perduli saja akan hal itu.

Baru saja ia ingin mengambil sebatang rokok dalam kantung celananya sebelum mendengar suara indah itu. Pertama kalinya dalam hidupnya betapa ia penasaran dengan suatu hal selain segala sesuatu yang berhubungan dengan keegoisannya.

I need to let you know~

Kakinya tanpa sadar melangkah untuk menemukan suara merdu itu. Kepalanya rasanya terhipnotis akan melodi yang mengalun indah ditelinganya.

I wanna say I love you

I wanna hold you tight

I want your arms around me and I,

Want your lips on mine

Kini ia berdiri didepan ruang klub seni. Terpaku untuk pertama kalinya pada seseorang yang tengah bernyanyi itu. Lelaki yang tengah duduk dan memejamkan matanya menghayati setiap lirik yang keluar dari bibirnya. Badannya bergoyang pelan ke kiri dan kanan mengikuti melodi yang ia ciptakan sendiri.

Dan ia berani bersumpah tengah melihat malaikat. Bias sinar matahari sore yang menimpa tubuh lelaki itu hanya membuatnya semakin terlihat indah dimata Kai.

I wanna say I love you, but,

Babe I'm terrified

My hands is shaking,

My heart is racing,

Cause It's something I can't hide

It's something I can't deny

So, here I go.

Baby I love you~~

Dan suara merdu itu terus mengalun indah dikepalanya, menyabotase pikirannya untuk pertama kali. Dan setiap liriknya meresap dalam hatinya. Dan ia terus mengingat suara itu hingga alam mimpinya.

Dan malam itu ia hanya terus teringat semua tentang lelaki yang terbias orange senja.

.

.

TBC

Aduh, saya bakal nambah hutang dengan buat ff ini. by the way, itu lagunya Tiffany Alvord - Baby I Love You. Ah, salah satu lagu favorit saya :3