Akhirnya! akhirnya setelah berjuang keras saya berhasil buat SasuSai!

yah sebenarnya sih ga berjuang keras, secara ini ceritanya based on sebuah manga yang kazu sendiri tidak akan kasih tahu jdulnya sampai chapter selanjutnya. *plak*

oh ya, sebenernya mo bikin one-shot, cuma karena kepanjangan, jadi two-shot. btw sebenarnya ini SasuSai, tapi kalo ada yg melihatnya sebagai SaiSasu juga bisa kyknya.

kazu rasa beberapa dari minna-san pasti pernah baca manga yaoi ini, pengarangnya terkenal si dan karyanya juga bagus. dan sekali lagi, ga akan kazu kasih tahu sampe chapter selanjutnya. abisnya kalo ntar dikasih tahu minna-san bakal baca manganya dan cerita kazu jadi basi *dicincang pengarang asli, diinjek2 reader* hoho.

Fic kali ini spesial buat Cui atas requestnya. juga buat Val yang katanya suka SasuSai. hehe. berhubung ini pertama kali bikin SasuSai, juga karena ini ceritanya mirip manga lain, jadinya yah begitulah, super OOC!

Summarry : Sejak kecil Sasuke dan Sai adalah sahabat baik yang selalu bersama. Namun tiba-tiba Sasuke menjahui Sai tanpa alasan, membuat Sai ragu akan hubungan persahabatan mereka. SasuSai, bisa SaiSasu tergantung imajinasi readers. based on sebuah manga. OOC, Yaoi, ga suka jangan baca.

Warning : SUPER OOC apalagi Sasuke. Yaoi, ga suka jangan baca, mungkin ada bbrpa typo.

Disklemer:

Naruto punya Masashi Kishimoto.

Inspirasi cerita ini adalah sebuah manga hasil karya dua orang yg hebat. *yang akan disebutkan di chapter slanjutnya*

Fic ini punya kazuu~


You're so far away

.

Chapter 1

"Sai, aku penasaran, kau dan Sasuke itu sudah sejak kapan bersahabat si?" Kiba yang sibuk mengunyah burgernya bertanya. Siswa-siswa kelas 1 di salah satu SMA terkenal di Konoha itu sedang menikmati makan siang mereka di kelas.

"Hmm, sejak SD." Jawabnya singkat

"Hebat! Lama sekali. Aku dan Gaara saja yang segini akrabnya baru ketemu pas SMP. Iya kan Gaara?" ujar Naruto dengan suara lantangnya, masih sambil menyeruput jus jeruk miliknya. Gaara yang ditanya hanya mengangguk.

"Yang kudengar kalian berdua selalu sekelas ya?" kali ini giliran Shino bertanya. Sai hanya mengangguk mengiyakan sambil mengunyah tempura miliknya.

"Jangan bilang kalian berdua selalu berada di tim sepak bola bersama juga?" Shikamaru menanganggapi.

Sai mengangguk lagi.

"Wow! Kalian berdua seperti combo tak terpisahkan. Ya kan teman-teman?" yang lain hanya mengangguk, menganggapi pernyataan Naruto.

Gaara tiba-tiba menyeletuk "Seperti gurun pasir dan hujan." Ujarnya menerawang. Yang lain hanya bisa memandang bingung. Teman mereka yang satu ini memang kadang aneh.

"Apa maksudmu gurun pasir dan hujan?" tiba-tiba Sasuke muncul sambil membawa sekantong roti dan jus tomat. Dia melemparkan satu ke Sai.

"Untukmu." Sai terlihat protes, "Aku benci tomat." Ujarnya tidak senang. Teman-teman mereka hanya tertawa kecil melihat keduanya. Lagi-lagi Gaara menyeletuk.

"Sasuke itu seperti gurun pasir, Sai seperti hujan. Gurun pasir kan panas, sama seperti Sasuke yang pemarah dan suka terpancing emosi, dan cuma Sai yang bisa menenangkannya, seperti hujan yang mendinginkan gurun pasir." Yang lain hanya terdiam memandanginya, lalu menghela nafas. Lagi-lagi keluar sisi puitis dari diri Gaara, kalau sudah begini sulit untuk membuatnya berhenti.

"Ketika hujan membasahi gur-"

"Ahh, sudah cukup Gaara. Bukankah kau ada janji dengan Neji-senpai?" tanya Naruto sedikit memaksa. Gaara lalu memandanginya sebentar. "Oh iya!" jawabnya sambil menepukan kedua telapak tangannya.

"Bye." Gaara lalu pergi diiringi dengan hembusan nafas lega teman-temannya.

"Tapi benar juga ya kata-kata Gaara." Naruto menanggapi, yang lain mengangguk-angguk.

"Jangan menilai dari luarnya saja. Kalian saja yang tidak tahu seberapa menyeramkannya dia kalau sedang marah." Ujar Sasuke sambil melirik ke arah Sai.

Kiba tiba-tiba berbisik pada Sai, "Hei Sai, kenapa dia bisa tiba-tiba akrab denganmu lagi? Bukankah katamu Sasuke sedang menjauhimu?"

"Iya Sai, sejak kemarin kan kalian tidak pernah terlihat bersama?" Naruto ikut berbisik-bisik.

Sai hanya menggelengkan kepala "Aku juga tidak tahu."

"Kau sudah mencoba bertanya padanya kenapa dia menghindarimu?" tambah Shino. Sai hanya menggeleng.

Tiba-tiba Sai bangkit dan memposisikan dirinya dekat dengan Sasuke. Sasuke nampak terkejut, "Sai! Jangan dekat-dekat denganku!" teriaknya, ia lalu mundur dan menjaga jarak dari Sai.

"Kenapa kau menghindariku seolah aku ini kuman jahat?" tanya Sai tidak suka.

"A-aku tidak menghindarimu." Jawab Sasuke gugup, ia lalu bangkit dan keluar dari kelas. Sai berusaha mengejarnya. "Oi, Sasuke!" sambil berlari Sasuke masih terus berteriak "Ja-jangan mengejarku!"

"Wow, cepat sekali larinya. Kurasa dia bisa direkrut jadi anggota pelari 100 meter." Celetuk Shikamaru.

Sai masih memandangi lorong kelas yang kini kosong.

.

Sai's POV

Sasuke bodoh. Kenapa dia menghindariku? Aku saja tidak tahu kenapa dia menghindariku? Apa aku berbuat kesalahan padanya?

Aku mencoba mengingat-ingat. Sepertinya tidak ada yang aneh, sejak 3 hari yang lalu tiba-tiba saja dia menghindariku. Padahal sebelumnya semua baik-baik saja.

Tiba-tiba aku teringat mulainya persahabatan kami.

.

Flashback

"Hihi, dia aneh. Lihat masa pake sepatu kebesaran."

"Iya, uda gitu dia sok pintar lagi."

"Berpura-pura baik lagi di depan guru."

"Aku tidak suka dia. Dia sombong. Mentang-mentang pintar."

Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan teman-temannya tentang Sai. Sementara yang dibicarakan cuma diam.

'Memang kenapa kalau sepatuku kebesaran? Memang kenapa kalau aku bersikap baik di depan guru-guru? Memang kenapa kalau aku pintar? Mereka saja yang iri.' gerutu Sai dalam hati.

Suatu siang, Sai dipanggil ke belakang sekolah oleh segerombolan anak laki-laki, mereka menyebut dirinya geng sekolah yang ditakuti, tapi bagi Sai anak-anak itu hanya segerombolan anak bodoh yang iri padanya.

"Oi, Sai! Kau itu terlalu sombong. Kami tidak suka padamu!" ujar seorang anak berbadan besar, benar-benar bukan ukuran tubuh seorang anak SD.

"Apa sebegitu menyenangkannya mengeroyok satu orang?" tanya Sai menantang, membuat anak-anak itu jadi gusar. Seorang anak lalu maju dan bermaksud meninjunya, namun dengan cepat Sai menunduk dan menjegal anak itu hingga terjatuh.

Teman-temannya yang lain marah, mereka lalu menyerang Sai, namun tidak disangka Sai lebih kuat dari mereka. Ia maju lalu menghajar anak itu satu-persatu.

"Hoi! Berhenti!" tiba-tiba Sasuke muncul, melihat ada anggota geng lain yang muncul, Sai marah. Ia lalu berlari dan menerjang Sasuke hingga terjatuh dan menindihnya.

"Kau!" Sai bermaksud meninju Sasuke, namun Sasuke dengan tenang menatapnya.

"Maaf." Ucapnya lirih

"Maaf, ini semua salahku. Kau boleh memukulku." ucap Sasuke pelan.

"Maaf ya, kau pasti kesepian." Sai terdiam sebentar. Lalu tiba-tiba bulir air mata menetes dari pipinya.

"Huhu.. huhu. A-aku benci kalian." Sasuke lalu memeluknya dan mengusap punggunnya pelan. Sai masih terus menangis.

Yah, meskipun terlihat tegar dan arogan, sebenarnya Sai kesepian. Selama ini dia selalu kesepian karena dijauhi oleh teman-temannya.
Saat itu Sasuke tidak tahu kalau anggota gengnya akan mengganggu Sai, tapi setelah dikabari oleh temannya, dia segera berlari kebelakang sekolah, bermaksud untuk menolong Sai. Sejak saat itu persahabatan mereka dimulai. Sai yang arogan dan pemarah mulai berubah jadi lebih tenang jika berada dekat Sasuke.

End of flashback

.

Yah sejak saat itu kami jadi bersahabat. Selalu berangkat dan pulang bersama. Ikut klub sepak bola bersama, dan tiba-tiba dia menghindariku. Awas kau Sasuke. Akan kubuat kau mengaku, jangan sampai kau membuatku kembali ke sikap asliku saat SD dulu.

Normal POV

"Hei, Sasuke. Apa masalahmu?" tanya Sai ketus.

"Tidak ada." Jawab Sasuke santai. Kini mereka berdua berjalan bersama di lorong sepulang dari sekolah. Meskipun terlihat biasa saja, sebenarnya jarak berjalan antara mereka berdua jadi jauh. Sasuke terus menjaga jarak dari Sai.

"Kenapa kau menghindariku?" tanya Sai lagi. Sasuke masih kukuh dengan jawabannya, "Aku tidak menghindarimu." Sai semakin kesal

"Kau pikir aku bodoh? Jarak berjalanmu dengankku saja sudah hampir 2 meter. Setiap aku maju selangkah, kau mundur dua langkah? Kenapa sih?" Sai terlihat gusar. Sasuke sepertinya terkejut melihat Sai yang biasanya tenang kini berubah.

Dia menghela nafas. "Maaf. Aku punya alasan." Jawabnya pelan.

"Apa itu?"

"Tidak bisa kuberitahukan." Sai nampak tidak senang.

"Maaf Sai. Aku tidak bisa mengatakannya padamu." Ucap Sasuke sedikit berat.

"Oh begitu. Segitu pentingnya sampai kau rahasiakan dari sahabat baikmu sendiri?" tanya Sai dengan nada tajam. Sasuke menghela nafas lagi, "Bukan begit-"

"AH! Kebetulan sekali aku bertemu denganmu! Sasuke-kun!" tiba-tiba dari tangga turun seorang gadis berambut pink. Dia berlari kearah Sasuke.

"Aku ingin bilang padamu soal su-"

"HUWAHH!" Sasuke tiba-tiba berteriak menghentikan kalimat Sakura. Sakura dan Sai nampak shock dengan teriakannya barusan. Sasuke yang seperti itu, tiba-tiba berteriak? Sepertinya besok matahari akan terbit dari barat.

"Eh, Sa-Sasuke-kun? Ke-kenapa?" tanya Sakura bingung.

"Ah, nanti saja Sakura. A-aku harus pergi." Dengan cepat Sasuke menarik tangan Sai dan mengajaknya pulang. Dalam hati Sai berpikir 'Sejak kapan Sasuke dekat dengan Sakura?'

Keesokan harinya di ruang ganti klub sepak bola.

'Cih, lagi-lagi dia menghindariku. Sasuke baka.' Gerutu Sai dalam hati.

"Hei Sasuke, apa masalahmu dengan Sai? Apa kalian bertengkar? Kenapa kau menghindarinya?" Kabuto tiba-tiba muncul dan menyudutkan Sasuke

"Kalau kalian bertengkar, segera selesaikan masalah kalian. Jangan sampai membuat tim kita terpecah. Dasar bodoh." Tambahnya, tidak melihat Sai yang sejak tadi sudah mengeluarkan hawa pembunuh.

"Kalau kalian merasa tidak senang, aku minta maaf." Jawab Sasuke santai.

'Baka! Dia terlalu tenang menghadapi orang-orang bodoh seperti mereka.' Pikir Sai

"Enak saja! Jangan pikir permintaan maafmu bisa memperbaiki semuanya!" Kabuto semakin menjadi-jadi. Sai yang sudah semakin kesal pun maju.

"Kabuto-senpai. Aku dan Sasuke tidak bertengkar kok." ucapnya sambil memberikan senyum termanis, padahal dalam hati dia sudah mengumpat-umpat.

'Senpai bodoh! Jelas-jelas kau lah yang membuat tim kita tepecah-pecah! Tidak ada masalah kenapa cari masalah si? Mati saja kau!'

Mendapat senyuman malaikat dari Sai, Kabuta hanya bisa cengar cengir.

"O-oh begitu ya. Bagus lah kalau begitu Sai. Hehe." Sambil tetap memasang cengiran mesum (?), Kabuto dan yang lain keluar dari ruang ganti, meninggalkan Sasuke dan Sai.

"Maaf Sai." Ucap Sasuke memecah keheningan. Sai hanya menunduk

"Tidak perlu minta maaf, bukan salahmu." Jawabnya, tidak ingin memandang Sasuke, dia tidak ingin memicu pertengkaran dengannya.

"Tidak. Ini salahku. Maaf." Sasuke memang keras kepala. Sai kembali gusar.

"Sudah kubilang aku tidak butuh permintaan maafmu!" jawabnya membentak Sasuke. Yang dibentak hanya terdiam.

"Aku cuma ingin tahu kenapa kau menghindariku." tanyanya pelan.

"Maaf, tidak bisa kuberitahu." Sai nampak kecewa.

'Jadi begitu ya Sasuke.' Nyut! Tiba-tiba sebuah sensasi aneh dirasakan Sai di dadanya, seperti ada sesuatu yang menusuknya. Entah kenapa wajah Sakura terbayang di sana.

'Jangan-jangan, apa Sasuke pacaran dengan Sakura? Makanya dia menjauhiku?' pikir Sai masih terdiam, sementara Sasuke sudah keluar duluan, meninggalkannya di ruang loker sendirian.

'Kenapa dia menjauhiku? Apa benar dia pacaran dengan Sakura?' Sai berguling-guling di tempat tidurnya. Dia masih bingung dengan sikap Sasuke padanya, juga dengan perasaannya.

'Kenapa aku sangat khawatir kalau Sasuke menjahuiku? Kenapa juga aku khawatir kalau ia berpacaran dengan Sakura?'

'Apa dia benar pacaran dengan Sakura?'

"Argh! Berspekulasi bukan sikapku! Besok di sekolah kutanyakan langsung saja pada Sakura." Gerutunya.

….

"Hmm, jadi kau ingin tahu apa yang dibicarakan Sasuke padaku?" tanya Sakura. Sai hanya mengangguk.

"Kenapa tidak kau tanyakan langsung saja pada Sasuke?"

"Kan sudah kubilang kalau Sasuke tidak mau menceritakannya padaku."

"Hmm. Aku juga tidak bisa bilang kalau begitu." Jawab Sakura menggoda. Sai nampak tidak puas.

"Ugh!" Sakura tertawa kecil. "Hei, kurasa kalau saatnya tepat dia bakalan cerita kok."

"Kurasa tidak." Sai menerawang, "Beberapa hari ini dia terus menjahuiku. Mendekatinya saja susah, apalagi memintanya menceritakannya padaku."

Sakura menghela nafas. "Ne Sai, kurasa Sasuke tidak membencimu."

"Aku tahu." Jawab Sai cepat.

"Hmm, kau tahu dan kau tidak mempercayainya? Kurasa kau tidak merasa demikian. Kurasa kau berpikir kalau Sasuke tidak lagi percaya padamu." Sai hanya terdiam. Kata-kata Sakura tepat.

"Umm, jadi apa maksud pembicaraan kalian kemarin. Apa itu Su-? Kemarin terputus karena Sasuke berteriak kan?" Sakura berpikir sejenak. Ia meletakan jari di dagunya.

"Hmm, aku sebenarnya mau cerita. Tapi semalam Sasuke-kun menelponku dan melarangku menceritakannya pada siapapun." Jawab Sakura santai.

'A-apa? Sa-Sasuke menelponnya? Dia saja selama ini tidak menelponku. Jangan-jangan mereka benar berpacaran?' pikir Sai

"Ano, Sakura, apakah kau dan Sasuke ber-"

"AH! Sasuke-kun! Sini-sini." Teriak Sakura sambil melambai-lambai ke arah Sasuke yang kini berjalan cepat ke arah mereka. Ekspresi wajahnya nampak tidak suka melihat Sai bersama dengan Sakura.

"Sai! Ikut aku." Dia menarik lengan Sai kasar dan menyeretnya, namun Sai memaksa melepaskannya.

"Lepaskan!" Kini mereka bertiga saling memandang. Sakura tiba-tibe tersenyum dan berbisik di telinga Sasuke, namun cukup keras hingga Sai bisa mendengarnya.

"Tidak perlu khawatir Sasuke, aku tidak bilang apa-apa kok. Bye." dia lalu pergi sambil tertawa kecil.

Sasuke menarik nafas lega. "Kau benar-benar tidak dengar apa-apa kan dari Sakura?" tanya Sasuke, malah membuat Sai semakin marah.

"Aku tidak dengar apa-apa. Dan lagi kau menceritakan masalahmu padanya, tapi kenapa tidak padaku, sahabatmu sendiri? Kurasa semua orang sudah tahu kecuali aku!" ucap Sai tidak terima.

"Tidak ada yang tahu kok. Cuma Sakura saja." Sai semakin kesal

'Sakura lagi?' pikir Sai seakan cemburu.

"Lalu kenapa kau menghindariku?" Sasuke terdiam sebentar.

"Karena kau satu-satunya orang yang tidak boleh tahu tentang masalah ini."

"Kenapa cuma aku?" bentak Sai

"Tidak bisa kukatakan." Sai menghela nafas.

'Percuma aku bicara dengannya. Membuatku semakin gila saja.' Pikir Sai

"Oke. Teserah kau mau menceritakannya padaku atau tidak. Aku akan mencari tahu sendiri!" Sai lalu berbalik dan bermaksud pergi.

"Ba-bagaimana caramu mencari tahu?" tanya Sasuke. Sai menoleh padanya dengan wajah kesal.

"Aku tidak akan memberitahumu!" Dia lalu berlari kembali ke kelas, meninggalkan Sasuke yang kini tertunduk dengan wajah sedih.

.

TBC

Moahahaha~

kazu potong sampe disini yah. sisanya besok. moahahaha~ *ni author minta dicekik*

oh ya, kalo yang uda baca manganya pasti tahu kan ini dari manga apa?

ada yang mo nyoba nebak? yang benar kazu kasih hadiah, foto kazu plus tandatangan *dilempar ember* dasar author jelek =P

haha.. pokoknya yang tau jangan spoiler yaahh~

ya sudah, makasih dah baca fic ini. kritik dan sarannya kazu minta ya, supaya bisa lebih baik lagi.

yang mo kasih flame juga gpp *asal siap2 aja diikutin ama kazu sepanjang hari* - stalker sejati, minna-san g pngen tahu seberapa jahat saya kalo ngestalker orang. fufufu (*v*) /gg

ya sudah. sampe ketemu di chapter selanjutnya!