Hetalia belong to Hidekaz himaruya, I'm own nothing.


Broken Wings


"KELUAR!"

Suara bentakan itu membuat takut pelayan yang membawakan makanan. Mereka segera keluar bersama makanan yang mereka bawa untuknya. Meninggalkan seorang pria berada dalam selimut. Wajahnya terlihat sangat pucat begitu juga dengan rambutnya yang bagai mentari pagi. Kilau hijau yang biasanya berisi kehidupan nampak redup. Ranjang berukuran besar dengan kenyamanan tak terkira ditutupi kelambu, membatasi jarak pandangnya. Tanpa itupun, dia sudah cukup kesusahan untuk melihat kondisi kamarnya.

Ruangan besar dengan perabotan antik menghiasi seluruh kamar. Sebuah kaca lebih besar dari ukuran tubuh tersedia di sudut kamar jikalau pemiliknya hendak menggunakan. Melalui jendela merangkup pintu beranda, kegelapan malam nampak mengintip ke dalam kamar. Angin malam berebut masuk dari celah jendela. Berlomba ingin mencumbu kulit pria yang kini terbaring di ranjangnya itu. Dia mengernyitkan alis yang tebal ketika merasakan kulitnya disentuh pasukan angin. Matanya masih berat untuk membuka. Sulit. Dia merasa lelah. Sekali lihat, sudah langsung ketahuan dia kelihatan letih. Tampak tidak bersemangat.

"Kau masih sakit?" seorang pemuda berkacamata muncul. Ia membuka tirai ranjang, lalu duduk di pinggirnya.

Pria itu nampaknya tidak heran ataupun kaget menandakan mereka sudah saling kenal. Lebih dari kenal. Dia hanya merespon,"Berisik."

Tawa terkekeh keluar dari mulut pemuda itu. Ia menatap melalui kemilau biru penuh arti di balik kacamata itu. Kontras dengan nada suaranya yang riang menyapa tadi, sorot mata itu berkata kebalikan. Teduh. Menenangkan. Tersembunyi di balik rambut pirang gelap itu.

"Kau pasti memikirkan hero yang tak terlupakan ini kan?" Dia memainkan rambut pria yang tertidur itu diiringi tawa perlahan. Mata birunya tak lepas menatap.

"Bukan urusanmu!" Nada yang keluar terdengar menghardik, tapi tak ada gerakan dari jari atau tangan yang senada dengan kata-kata itu. Seolah menandakan dia tak mau pemuda berkacamata itu tidak menyentuhnya. Pemuda itu tersenyum sebelum dia membelai pipi pria itu. Membelainya lembut. Dari elusan jemari-jemari itu, pria yang dibelainya bisa merasakan kerinduan dari sana. Dalam hitungan detik matanya yang setengah terpejam berair.

"Itu urusanku," kata pemuda itu. Setetes air mata tak terbendung ketika pemuda berkacamata itu mendekatkan wajahnya lalu menyentuhkan dahi mereka sebelum berbisik, "Karena aku juga memikirkanmu."

Kecupan lembut di dahi pria membuatnya menutup mata. Berusaha menahan air mata jatuh lebih banyak meski tak sesuai keinginan. Tangan kirinya menyentuh jemari si pemuda lalu menggenggamnya. Diciumnya lama telapak tangan yang berhenti membelai itu. Si pemuda kembali mencium dahi pria itu. Tangan mereka bergenggaman ketika bibir pria itu mencium lembut kelopak matanya yang tertutup. Berusaha menghapus jejak air dari mata itu.

"Aku datang untukmu," senyum lembut mengiringi bisikan pelan. Pria itu mengangguk, membiarkan senyum pemuda itu menyentuh bibirnya.

Menutup mata menerima semua.


Saya D. Rencananya ini untuk MC tapi tergantung mood juga, tolong jangan diflame ya :) Pastinya masih banyak sekali kekurangan, mohon arahannya supaya bisa jadi lebih baik di fic berikutnya :) Thank's, review?