Summary: Sesshou-hime akan menghancurkan kehidupan, menghindarlah selagi masih punya kesempatan untuk hidup.
Disclaimer: Bleach milik Tite Kubo dan fic ini milik Aigis13 (saya)
Rate: T
Pairing: IchiRuki
Genre: Mystery/Tragedy
Saya hadir untuk mempersembahkan sebuah fic misteri! Yah saya sengaja membuat fic ini karena saya ingin membuat serem gitu! Tapi mungkin ini tidak seseram yang anda kira.
Sebagai info saja Sesshou-hime itu putri penghancur kehidupan, saya agak tertarik dengan misteri ini. Hmm mungkin di chapter ini ada kekerasan terhadap anak dan MOHON JANGAN DITIRU!
Selamat membaca dan jangan lupa untuk meREVIEW!
SESSHOU-HIME
Chapter 1
Kehidupan selayaknya harus mengikuti jalur yang sudah ditentukan, kehidupan juga bisa merubah nasib manusia. Kehidupan sangat berarti untuk makhluk hidup karena kehidupan mempunyai jiwa yang bisa hilang jika ada yang mengambilnya, kehidupan adalah harta yang sulit untuk ditaklukkan walaupun kita adalah orang yang berkuasa di dunia ini, kehidupan memberi kita hati yang akan hancur bila tidak menjaganya dengan perasaan, kehidupan membuat kita terbuai akan keindahannya yang memabukkan dunia, kehidupan akan selalu menyertai setiap makhluk hidup di dunia ini, kehidupan akan hancur jika tidak menjaganya dengan baik, kehidupan sulit untuk digambarkan walaupun dengan bahasa yang setinggi-tingginya, kehidupan sulit dicapai jika tidak mempunyai rasa percaya, kehidupan itu berputar seperti roda kadang ada yang di bawah dan ada yang di atas, kehidupan memberikan sebuah arti yang sulit untuk dicapai memori manusia, kehidupan itu berarti, jangan pernah menyianyiakan kehidupan yang sudah didapatkan, kehidupan akan selalu menyertai.
Jiwa.
Hidup harus mempunyai jiwa, jiwa akan kembali jika itu sudah diputuskan. Jiwa seperti halnya permata yang mempunyai ribuan sisi di setiap inci permukaan permata itu, warna yang muncul memberikan warna jiwa yang akan mengiringi kehidupan yang sudah ditentukan.
"Kau anak terkutuk!"
Seorang gadis duduk bersimpuh di depan ayahnya, gadis itu menundukkan kepalanya menahan air mata yang hampir jatuh dari matanya.
Marah adalah hal yang digambarkan untuk sang ayah, gadis perempuan yang duduk di depannya terus menundukkan kepala. Sang ayah membentak, mencaci dan memaki anak gadisnya sendiri. Sang ayah mencekik leher anak gadisnya, gadis itu tidak memberontak sama sekali gadis itu pasrah akan perlakuan yang di lakukan sang ayah.
"Iblis!"
Sang ayah menampar anak gadisnya, sang gadis hanya diam air matanya mulai jatuh. Sang gadis tersungkur di lantai sang ayah kembali menyiksanya, sang ayah menendang dan memukuli anak gadisnya, darah keluar dari mulut sang anak gadis. Sang anak gadis memegangi bagian tubunya yang terkena tendangan dan pukulan sang ayah, rambut sang anak gadis ditarik sehingga wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan.
"Rendah!"
Sang ayah membenturkan kepala sang anak gadis ke dinding, cairan merah mengalir dari pelipis sang anak gadis. Beberapa saat kemudian sang ayah berhenti menyiksa sang anak gadis, luka lebam dan darah yang mengalir melekat di tubuh sang anak gadis. Sang ayah meninggalkan tubuh sang anak gadis yang sudah sekarat.
2 Miggu kemudian...
Sang anak gadis meringkuk di pojok ruangan dengan yukatanya yang sudah kotor dan kusam, gadis itu memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya, tubuhnya sudah tidak berdaya tulangnya terasa remuk pengelihatannya pun kadang-kadang menjadi kabur.
Greek!
Seorang wanita menggeser pintu dan masuk ke dalam ruangan sambil membawa sebuah yukata berwarna putih bersih, wanita itu memapah sang gadis ke tempat mandi setelah itu sang gadis dipakaikan yukata berwarna putih itu rambut gadis itu pun disisir sehingga gadis itu tampak rapi.
"Saya diutus tuan untuk membawa anda ke kuil" kata wanita itu sambil membantu sang gadis berjalan menuju kuil,sang gadis hanya diam.
Setetes air mata menetes dari sudut mata sang gadis.
Tibanya di kuil seorang pendeta menyuruh sang gadis untuk duduk di tengah ruang kuil yang cukup luas, gadis itu duduk di kelilingin dengan lilin yang membentuk sebuah lingkaran. Sang gadis hanya diam dan menerima nasibnya yang sudah bergulir sejak awal dia dilahirkan.
"Sisi kegelapan yang telah merenggut cahaya, sisi terang memenuhi nirwana. Memisahlah dari garis yang telah terracuni" sang pendeta membacakan sebuah mantra.
Jantung gadis itu berdegup kencang, nafasnya tersengal-sengal, kerongkongannya terasa tercekik, dan tubuhnya bergetar. Sang gadis berusaha menahan kesakitan yang dirasakannya saat itu, sang pendeta masih saja membacakan mantra.
"Cahaya akan berreinkarnasi dan jiwa kegelapan akan musnah di neraka" kata sang pendeta.
Sang gadis makin tercekik, wajahnya sudah memucat rasa sakit yang dia rasakan bertambah menyiksanya diiringi dengan mantra yang diucapkan sang pendeta. Sang gadis terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah, orang yang ada di dalam kuil hanya memandanginya dan tidak bermaksud untuk menolongnya bahkan sang ayah hanya diam dan membiarkan anak gadisnya sekarat dan hampir mati.
"Kau sudah berdosa" sang pendeta memegang kepala sang gadis.
Sang gadis merasa dirinya sudah tidak bernyawa lagi, sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Sang gadis mulai kehilangan kesadarannya, pandangannya sudah kabur dan akhirnya sang gadis melepaskan jiwanya, cahaya memenuhi tubuh sang gadis tapi tiba-tiba hawa kegelapan menyelimuti tubuh gadis itu, perlahan-lahan cahaya yang tadinya memenuhi tubuh sang gadis menguap menjadi kupu-kupu berwarna emas, sedangkan kegelapan yang menyelimuti berkumpul menjadi satu dan membentuk sebuah mutiara hitam pekat.
"Jiwanya sudah dipisahkan..."
Mutiara hitam pekat itu jatuh tepat di dalam genggaman sang gadis, wanita yang tadi sudah mengantar sang gadis langsung memindahkan tubuh sang gadis ke sebuah peti kayu. Sang ayah menatap anak gadisnya yang sudah tidak mempunyai jiwa.
.
Rumah tua itu hanya ditinggali oleh seorang gadis bermata violet, kabarnya keluarga gadis itu meninggal dalam kecelakaan pesawat dan anehnya gadis itu bisa selamat dalam kecelakaan yang sudah memakan korban setengah dari penumpang pesawat.
Gadis itu membuka tirai kamaranya, cahaya matahari pun menerangi kamarnya yang lembab mata violetnya memandang langit biru yang terbentang.
"Cahaya..." gumam gadis bermata violet itu.
Mata violetnya terus menelusuri pemandangan yang ada di depannya, seperti burung yang terbang bebas ke angkasa, gadis itu tersenyum.
Hari-hari gadis itu hanya dihabiskan di dalam rumah tuanya, sebenarnya banyak orang yang peduli padanya tapi dia tidak mau di anggap menjadi orang yang butuh belas kasihan bahkan ada yang menganjurkan kalau sebaiknya dia di bawa ke klinik jiwa di kota itu.
Tok...tok...tok
Pintu rumah tua itu diketuk oleh seseorang.
"Permisi! Ada orang di dalam?"
Gadis itu kembali menutup tirai kamarnya dan membiarkan suhu kamar yang lembab muncul kembali ke kamarnya, gadis itu turun ke lantai satu dan membukakan pintu.
"AH! ternyata ada! Perkenalkan namaku Kurosaki Ichigo" kata orang itu sambil mengulurkan tangannya, gadis itu hanya menatap uluran tangan Ichigo.
"Eeee...maaf apa kamu tahu dimana jalan ke gunung itu?" Ichigo menunjukkan jarinya ke arah gunung.
"Maaf aku tidak tahu..." gadis bermata violet itu menutup pintu rumahnya.
Ichigo masih mematung di depan pintu rumah tua itu, rasanya aneh sekali gadis yang ditemuinya ini.
Ichigo masih saja memikirkan gadis yang ditemuinya di rumah tua tadi, di sepanjang perjalanan Ichigo terus melamun.
"Ichigo! kau tidak mendengarkan aku ya?" kata Isshin yang berjalan di depan Ichigo.
"Iya, dari tadi Ichi-nii melamun terus" kata Yuzu menanggapi, Karin hanya melirik Ichigo.
Keluarga Kurosaki sedang bertamasya ke gunung yang cukup terkenal di kota itu untuk menghabiskan masa liburan mereka, kabarnya di gunung itu kadang-kadang ada kuil yang akan terlihat dalam malam tertentu dan saat itulah Sesshou-hime akan muncul lalu membunuh orang yang ditemuinya.
Tiba-tiba suasana menjadi mendung, nampaknya cuaca tidak sedang berpihak pada mereka, Isshin menyuruh Karin dan Yuzu mendirikan tenda sedangkan Ichigo mencari kayu untuk membuat api unggun. Ichigo terus menelusuri dahan-dahan yang sudah mulai mengering yang tersebar untuk dikumplkan, di tengah perjalanan mencari kayu Ichigo menemukan sebuah bangunan tua yang sudah dirambati semak belukar yang lebat, karena penasaran Ichigo masuk ke dalam bangunan itu tidak lama di dalam bangunan itu Ichigo merasakan hawa yang sangat mencekik Ichigo pun langsung keluar dari bangunan itu dan saat berlari meninggalkan bangunan tua itu sekelebat Ichigo melihat seseorang yang memakai yukata putih sedang berdiri di dalam bangunan itu.
"Gadis itu!" Ichigo langsung mengemasi kayu-kayu yang ia letakan di depan bangunan.
Malam harinya hujan badai datang keluarga Kurosaki memutuskan untuk langsung berkemas dan turun dari gunung saat itu juga. Isshin yang memimpin berajalan di depan sedangkan Ichigo, Karin, dan Yuzu mengikuti Isshin dari belakang, setelah menempuh perjalan 3 jam keluarga Kurosaki bermaksud untuk istirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga, tapi saat mereka sedang duduk di bawah pohon terdengar sebuah suara sesuatu yang semakin mendekat ke arah mereka beristirahat.
"Suara apa itu ayah?" tanya Yuzu ketakutan.
"Mungkin itu hanya suara gemuruh" jawab Isshin.
"Bukan! Ini bukan suara gemuruh, suaranya semakin dekat. Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan saja" Ichigo mengambil tasnya.
"Ya sudah" Isshin mengambil tasnya.
Suara itu semakin mendekat dan tanah tempat mereka berpijak seperti bergetar hebat, akhirnya tanah tempat mereka berpijak longsor seketika itu juga Karin memegangi Yuzu sekuat tenaganya dan Isshin masih berusaha melawan tanah yang menyeretnya ke dalam Ichigo sendiri tesangkut di pohon dan kepalanya terbentur batang pohon sehingga dia pingsan.
Pagi hari pun datang semua warga di sekitar gunung berdatangan untuk melihat tanah longsor yang terjadi semalam tim penyelamat pun sudah mulai bekerja untuk memeriksa kalau-kalau ada korban dari bencana tersebut.
Setelah 10 jam pencarian ditemukanlah semua anggota keluarga Kurosaki, tapi sayang hanya Ichigo yang selamat dari bencana itu Isshin, Karin, dan Yuzu tewas tertimpa tanah. Sekarang Ichigo sedang dirawat di rumah sakit setempat.
"Anak ini sungguh beruntung bisa selamat dari bencana " kata seorang dokter yang sedang memeriksa Ichigo.
"Tapi sayang keluarganya meninggal" kata seorang suster yang mendampingi sang dokter.
Setelah memeriksa Ichigo, dokter dan suster itu keluar dari ruang perawatan dan membiarkan Ichigo beristirahat.
1 minggu kemudian.
"Aku akan menghancurkan semuanya sampai saatnya aku akan bertemu denganmu cahayaku" sebuah suara berbisik di telinga Ichigo.
Ichigo terbangun dari tidur malamnya, matanya mulai menyesuaikan cahaya lampu yang ada di ruang perawatan, Ichigo mencoba duduk di tempat tidurnya kepalanya masih terasa pusing dan sesekali dia merasakan tubuhnya sakit Ichigo menjelajahkan matanya di tempatnya sekarang sepertinya sekarang dia merasa kalau dirinya sedang ada di tempat asing.
"Aku ada dimana?" Ichigo memegangi kepalanya.
Tiba-tiba Ichigo teringat kejadian yang terjadi padanya dan saat itu Ichigo baru menyadari kalau keluarganya tidak bersamanya Ichigo langsung turun dari tempat tidur dan berlari keluar ruang perawatan lalu mencari keluarganya.
"Suster apa anda tahu dimana keluargaku?" tanya Ichigo panik .
"Tenang dulu tuan Kurosaki saya akan menjelaskannya" sang suster berusaha menenangkan Ichigo.
"Katakan dimana keluargaku?" bentak Ichigo pada suster itu.
Suster itu terlihat ketakutan tapi pada akhirnya suster itu menjelaskan apa yang sedang terjadi dan mengantarkan Ichigo ke ruang jenazah untuk melihat keluarganya.
"Ayah...Karin...Yuzu..." Ichigo jatuh terduduk di depan jenazah keluarganya.
Otak Ichigo tidak bisa mencerna apa yang terjadi kepalanya terasa berputar dan matanya memanas sampai mengeluarkan air mata, Ichigo menagis.
Setelah itu Ichigo membawa jenazah keluarganya untuk dimakamkan di kota tempat asal mereka, pemakaman keluarga Kurosaki hanya dihadiri Ichigo seorang.
Beberapa bulan berlalu dan anehnya kejadian-kejadian pembunuhan marak terjadi di kota Ichigo tinggal kejadian pembunuhan pun pasti ditemukan luka yang tergambar seperti sebuah lambang keluarga kerajaan yang sudah jarang ditemukan sejarahnya. Ichigo pun sering mengalami mimpi-mimpi aneh setelah meihat gadis di dalam bangunan tua yang ia temukan di gunung tempatnya bertamasya dulu.
Ichigo mencoba menyelidiki lambang yang tergambar di setiap korban pembunuhan yang sedang marak di kota tempat tinggalnya itu,saat menemukan artikel yang Ichigo dapat Ichigo menanyakan pada seorang pendeta di sebuah kuil di kota tempatnya tinggal.
"Memang kerajaan itu terkenal karena ilmu penyegelan jiwa yang dilakukan oleh pendeta yang memimpin di kerajaan itu dan yang sering di segel jiwanya adalah anak perempuan dari raja itu sendiri, kabarnya setiap permainsuri yang melahirkan anak perempuan pasti kerajaan itu akan mengalami bencana" sang pendeta menjelaskan.
"Lalu untuk apa jiwa yang disegel itu?" Ichigo mulai tertarik.
"Jiwa yang disebut kegelapan akan dikirim ke neraka sedangkan jiwa yang disebut cahaya akan berreinkarnasi ke kehidupan selanjutnya" jwab sang pendeta.
"Jadi jiwa itu terbagi menjadi dua?" tanya Ichigo.
"Ya bisa dibilang begitu,akhir-akhir ini kami para pendeta merasakan sesuatu yang aneh dengan pembunuhan yang sedang marak dibicarakan" sang pendeta terlihat khawatir.
"Memangnya kenapa?" tanya Ichigo lagi.
"Itu bukan perbuatan manusia, melainkan Sesshou-hime..." kata sang pendeta.
"Sesshou-hime?" pikir Ichigo.
============================To Be Countinue=========================
Yah chapter petama selesai! Gimana menurut anda? Ingin tahu kelanjutannya?
Tunggu chapter selanjutnya!
REVIEW!
Please!
(^0^)/
