Title: High School Life

Rate: biar aman T

AU, human name used

Hetalia punya Hidekaz Himaruya...


Pagi yang cerah, burung-burung berkicau dengan merdunya, bunga-bunga bermekaran, dan matahari bersinar terang menyambut setiap insan yang baru membuka matanya.

Sayang bagi Kiku pagi harinya tidak seindah yang digambarkan barusan. Memang matahari tetap bersinar terang tapi yang ia dengar bukan kicauan burung yang merdu melainkan rengekan kakaknya yang berisik dan seperti anak kecil.

"Kiku, ayolah…," rengek yao.

"Tidak mau! Kenapa harus aku? Kenapa bukan Lee saja? Dia kan seumuran dengan Mei, sedangkan aku sudah mahasiswa tingkat dua," balas Kiku.

"Tapi Kiku-nii lebih manis seperti perempuan," ejek yong soo dan langsung disambut dengan death glare dari yang bersangkutan.

"Masalahnya Mei pindah sekolah karena jatuh cinta! Aku tak bisa membiarkannya!" Yao kembali merengek kali ini sambil menarik lengan baju adiknya.

"Sebagai seorang gadis remaja normal wajar saja dia jatuh cinta," jawab Kiku sambil menarik kembali lengan bajunya yang melorot.

"….Dengan pria berambut pirang….," ujar Lee datar tanpa ekspresi.

Kata-kata barusan membuat Kiku terdiam dan berpikir sejenak. Dia tidak tahu kalau pria yang disukai adik perempuannya itu bukan berasal dari Asia. Pantas saja kakaknya memintannya untuk menyusul dan membawa pulang adiknya. Tapi tetap saja dia tidak mau menyamar jadi anak SMA.

"Sudahlah Kiku-nii, terima saja toh wajahmu tidak seperti mahasiswa tidak akan ketahuan," ujar yong soo ringan.

"Berisik! Kau saja sana!" balas Kiu kesal.

"Tidak bisa wajahku tidak manis sepertimu pihak sekolah akan langsung tahu aku ini cowok," jawab yong soo sambil nyengir.

Kiku tak bisa membalas ucapan adiknya, dia hanya diam dan cemberut. Sejak kecil dia memang sering dikira cewek karena wajahnya yang manis dan imut. Tubuhnya pun tidak atletis seperti pria pada umumnya, berbeda dengan adiknya yong soo.

"Kiku…," kali ini Yao melancarkan jurus puppy begging yang sudah pasti tidak bisa ditolak oleh Kiku dengan mata yang berkaca-kaca dan wajah lirih. Sejak kecil Kiku memang paling mudah dipaksa dia merasa tidak tega jika melihat wajah memelas seseorang terutama keluarganya.

"Ukh…Baiklah, tapi ini terakhir kalinya aku menurutimu, Yao-nii," jawab Kiku pasrah.

"Xie xie Kiku!" ujar Yao dengan wajah berbinar senang. Air mata buayanya hilang seketika.

"Kalau begitu besok kau langsung kesana aku sudah beli seragamnya dan-"

"Tunggu! Besok?" teriak Kiku tak percaya.

"Iya," jawab Yao singkat dan pasti.

"Terlalu cepat!" protes Kiku.

"Tenang saja, Yao-nii sudah siapkan semua kok termasuk wig kami ambilkan ya~," ujar yong soo ceria.

"Eeh?" mata Kiku langsung melotot dan mulutnya menganga dia tak menyangka akan secepat dan seburuk ini. Belum sempat dia melakukan aksi protes kedua saudaranya pergi meninggalkannya.

"Ganbate, Kiku-nii," ujar Lee dengan wajah dan nada datar seperti biasa.

-to be continue-


Author's note:

Ahhh...setelah setahun lebih akhirnya muncul fic kedua saya. Entahkenapa setiap mau ngetik yang ada saya cuma natapin layar monitor yang putih bersih dengan satu garis kecil kelap-kelip (tampilan ms. word ) padahal imajinasi menari-nari di kepala. Kok jadi curhat dadakan gini ya? Eniwei, please review...