A Half Life
"Setelah beratus-ratus tahun lamanya, ternyata sosok dalam mitos itu benarlah ada, bukan sebuah omong kosong belaka yang digunakan untuk menakut-nakuti gadis perawan. Ternyata pada zaman maju sekarang ini, yang mereka pikir hanya sebuah kasus pemerkosaan, nyatanya terdapat sosok mitos yang hidup dikehidupan nyata sebagai si pelaku utama. Lalu bagaimana jika sosok mitos itu adalah setengah dari bagian hidup mu?"
CHANBAEK / GS
The original story are purely mine. All cast are belongs to God and their parents. This is just my imagination, not real. If there's any similarities with other story, its purely unintentionally, or it can be a mate (?)
CAUTION !
THIS IS A CHANBAEK GENDERSWITCH STORY, ALL SCENES AND SITUATION IN THE STORY ARE MERELY FICTIONAL USING IMAGINATIVE WRITERS THAT MAY NOT HAPPEN IN REAL LIFE. IF YOU DONT LIKE IT, PLEASE DONT READ.
DO NOT COPAST AND REPOST WITHOUT PERMISSION, ENJOY
Cast:
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
EXO Member
Support Cast
- Biikachu Present -
Planet bernama bumi telah ada selama berabad-abad lamanya, konon katanya bumi telah mengalami banyak perubahan, dimana sebelumnya hanya terdiri dari satu daratan luas, kini bumi telah berubah, terpecah menjadi beberapa benua dengan hamparan hijau berisi penghuni yang berbeda-beda pada setiap zamannya, binatang raksasa yang hidup dengan insting, saling membunuh untuk bertahan hidup, binatang raksasa yang terus berevolusi, selama beratus-ratus tahun lamanya mengalami perubahan, dari raksasa menjadi bentuk tubuh yang lebih kecil,hingga salah satu makhluk yang menjadi penghuni tetap bumi adalah si lemah dan serakah, bernama manusia.
Bumi merupakan tempat dimana makhluk fana tinggal, makhluk bernama manusia hidup menghirup oksigen agar bisa bertahan hidup, berkumpul hidup secara bersama-sama, memiliki keluarga, berkembang biak dan mati.
Seperti sebuah lingkaran yang tiada ujungnya, manusia hanyalah sebuah raga yang dihuni oleh sebuah jiwa yang serakah, tidak pernah merasa puas, selalu menginginkan lebih dan lebih.
Sifat abadi manusia membuat bumi menjadi salah satu planet yang dianggap rendah, mereka arogan, angkuh, tamak, dan satu hal yang mengejutkan adalah, manusia lebih kejam daripada binatang raksasa yang telah menjadi fosil selama berabad-abad yang lalu.
Dan sialnya, aku adalah bagian dari makhluk lemah itu.
Los Angles, California.
Dikenal sebagai kota yang tidak pernah tidur, semua berlangsung bahkan saat langit berubah mejadi gelap, manusia seakan tidak pernah kehabisan akal, mereka menciptakan sebuah cahaya tersendiri sehingga gelapnya malam tidak bisa menghentikan rasa puas mereka.
Jalanan tetap dipenuhi dengan benda aneh yang manusia sebut kendaraan, orang-orang berlalu lalang dengan pakaian mahal yang melekat ditubuh mereka, mendongak angkuh dengan pakaian mahal yang seolah-olah menunjukan kududukan mereka.
Ditengah riuh kota yang gemerlap, terdapat sebuah tempat hunian yang masih menunjukan eksistensi nya, seluruh cahaya yang berasal dari lampu didalam kediaman itu masih terlihat memancar hingga keluar rumah dengan potongan modern yang pasti bernilai mahal.
"Seriously mom? Why should I move to that fckin country?"
"How many time I should tell you about language sweetie? We have talked about this before, and there's nothing can stop me, understand?"
"Come on! It just a little accident, why did you do this to me?!"
"Yea, you mean a girl without lesence crash a car while drunk, is that what you mean with a little accident hm?"
Manusia berambut pirang mengerang frustasi ditengah-tengah perdebatan yang sedang terjadi, mengerang tertahan dan meremas helaian rambut yang merupakan turunan dari ayahnya,
Manusia pendek berjenis kelamin perempuan itu melangkah bolak-balik dengan mengigit jari kukunya, memikirkan sebuah rencana untuk melawan manusia lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada dirinya.
"Oke, how about this, you can take everything that you have give to me, keys, card and.. Phone. You can take all of that and I don't need to move to that place. Deal?"
Dua pasang bola mata serupa namun berbeda warna itu saling bertatapan, sepasang mata yang tangguh sepertinya tidak goyah pada pantulan replika mata di hadapannya.
Wanita tangguh itu tidak akan memberikan rasa simpatinya bahkan pada seekor anak anjing yang ditelantarkan dipinggiran jalan.
"It doesn't change my decision."
"Mom.."
Si pendek merajuk dengan kedua belah bibir tipisnya yang melengkung kebawah, mengeluh lesu dengan kepala yang tertunduk lemas bersamaan dengan kenyataan pahit yang ia terima.
"Go to your room and sleep, tomorrow is your flight, so you have to take a rest."
"B-but.. Its not fair! Is not all my fault. My friends ask me to join, that's normal for teenangers, how you can send me to that place and leave me alone there?!"
"Baekhyun Blaire Peterson!"
Wanita yang lebih tua memijit pelipisnya saat merasakan uratnya menegang menghadapi manusia yang merupakan satun-satunya keturunan dirinya yang selalu menyusahkan, tidak salah jika manusia pendek itu memang harus dikirim jauh darinya, yang lebih tua berpikir jika keputusan yang ia lakukan didasari karna rasa sayang pada anak kandungnya, mengirimnya ke negeri orang agar mendapat pelajaran, memperbaiki tata krama, dengan menitipkannya pada orang lain, mengandalkan alasan bahwa dia tidak bisa mengurus darah dagingnya sendiri karena telah disibukan dengan kesibukan duniawi. Pekerjaan menumpuk yang datang terus menerus, membuat ia melupakan keturunannya yang berubah menjadi pembangkang hanya demi mencuri perhatian kedua orang tuanya.
Cara yang salah membuat si pendek diusir dari rumah. Menyetir mobil sebelum memiliki surat ijin mengemudi, menabrak kendaraan lain dalam keadaan mabuk. Si pendek berpikir itu hal yang wajar bagi remaja seusianya, karna semua teman-temannya melakukan hal yang sama.
Pesta kelulusan membuatnya nekat untuk melihat dunia luar.
Niat awal mencari perhatian orang tuanya malah berakhir dengan dirinya yang diusir dari tempat kelahirannya sendiri.
Dikirim ke negeri orang.
Bahkan sebuah pembelaan tidak bisa menyelamatkan nasib buruknya. Sepasang pria dan wanita dewasa yang ia sebut orang tua telah membayar kerugian besar akibat tindakan bodoh yang ia hasilkan. Mereka membayar sejumlah kerusakan pada dua kendaraan yang berhasil ia hancurkan. Mendatangi kepolisian untuk menjemput anak kandungnya yang diinterogasi karna tertangkap mengkonsumsi minuman keras bersama teman seusianya disebuah hunian yang menjadi tempat beberapa remaja berpesta.
Itu semua menjadi tiket gratis baginya untuk ditendang keluar dari kota yang dipenuhi gemerlap malam menyenangkan setiap harinya.
Si pendek manahan nafasnya saat manusia yang lebih berkuasa darinya memanggil dirinya dengan nama lengkap, kata pertama dari namanya membuatnya kembali teringat akan apa yang akan ia hadapi esok hari.
"I told you, my name is Becky."
Mungkin memang benar jika si pendek itu harus ditendang keluar, sopan santun sama sekali tidak tertanam pada dirinya, sekalipun si pendek sedang melakukan komunikasi dengan sosok yang telah melahirkannya ke dunia, itu bahkan tidak membuatnya takut sama sekali.
Final, si pendek berjalan melewati manusia yang lebih tua darinya, melangkah dengan amarah tertahan yang menyelimuti seluruh sendi-sendi tubuhnya.
Memasuki kamarnya dengan bantingan pada pintu sebagai penyempurna yang menunjukkan bahwa si pendek tengah marah sekarang.
"Is everything ok in here?"
Pemeran lain muncul dengan setelan kerja yang menutupi tubuhnya, melakukan kontak fisik secara terang-terangan pada wanita yang sedang menundukan kepala, kembali mengurut pelipisnya.
Si wanita tidak merasa keberatan dengan sebuah tangan yang melingkar pada pinggulnya dibarengi dengan kecupan-kecupan ringan mendarat di tengkuknya yang sedikit menegang karena amarah.
"She's refused to leave again."
"So that's why I heard the door slamed from far."
Si wanita terkekeh saat mendengar candaan ringan yang dilontarkan oleh manusia berbeda jenis kelamin darinya yang tak lain adalah suaminya.
Wanita itu berbalik dan memberikan kecupan selamat datang pada tulang punggung keluarga yang telah menafkahi dirinya dan anak mereka yang susah diatur.
"Don't you think this is too much for her? You know, I feel so bad to her."
Suami berparas western itu memeluk pinggul wanitanya lalu kembali memberikan kecupan yang sama pada sang istri, rambut pirang yang diturunkan pada sang anak membuatnya teringat jika besok adalah hari terakhir dimana mereka akan menitipkan keturunan mereka pada keluarga mereka dibelahan lain bumi.
"Don't too worry about that. She's gonna be oke in there, she has a reliable uncle remember? Soon as our work is done, we will catch up with her and living there as your wish."
Wanita yang terlihat tangguh itupun akhirnya menghasilkan lelehan bening yang telah mengumpul tertahan dikelopak matanya. Sikap lemahnya kini menguasai dirinya yang cengeng. Kembali merasa sebagai ibu yang tidak bisa mendidik anaknya dengan benar, memilih tinggal diluar negeri membuatnya lupa akan resiko kebersamaan yang harus ia berikan pada keluarganya sendiri. Dia adalah seorang wanita karier dengan segudang pekerjaan yang selalu sibuk setiap harinya. Anak tunggalnya terabaikan dengan masa remaja yang kurang perhatian, membuat keturunannya menjadi gadis pembangkang yang selalu memberontak, menghilangkan sifat menggemaskan putri kecil mereka saat anaknya berumur lima.
"Nah, don't cry, this is not something I want to see after my hard day."
Si rambut pirang mengusapkan ibu jarinya pada mata yang akan meneteskan air mata. Manusia selalu mencari hal yang baru. Pernikahan beda budaya menyatukan mereka. Wanita Asia menikah dengan lelaki berdarah Amerika. Berimigrasi dari tanah airnya, si wanita akhirnya memiliki keluarga barunya dengan suami berdarah Amerika, menghasilkan keturunan baru, si kecil berparas Asia dengan rambut pirang dan mata kelabu indah milik suaminya. Lalu mereka menamainya Baekhyun Blaire Petterson.
Hidup baru mereka terasa sangatlah indah. Si kecil mereka tumbuh menjadi gadis menggemaskan yang memiliki banyak teman. Lahir di negara bagian pesisir barat Amerika Serikat, membuat si kecil fasih berbahasa Internasional dan menolak untuk mempelajari bahasa pribumi yang dulunya digunakan untuk berkomunikasi oleh sang ibu. Hal itulah yang membuat si kecil menolak terang-terangan mengenai rencana kedua orang tuanya yang akan mengirimkan dirinya ke benua Asia yang merupakan kampung halaman sang ibu,
Korea Selatan.
"Is everything doing well? Are you sure about our moving plan?"
"Everything is under control. We can do this, this is for our daughter remember? Now can you prepare me some water? I'll talk to her."
Satu hal yang bisa menguasai sisi lemah manusia adalah satu senyuman yang terlihat sama saja, namun manusia menyebut senyum tulus itu dengan sebutan cinta.
Cinta yang bahkan tidak memiliki definisi tetap, segala sesuatu bisa saja bernama cinta, cinta yang tak kasat mata, cinta yang mejandi titik lemah manusia, dan cinta yang juga menjadi penguat manusia.
Si rambut pirang kemudian beralih pada sisi lain rumahnya, mengetuk sebuah pintu dan memasuki ruangan yang dipenuhi tempelan kertas disetiap inchi dindingnya. Cat berwarna dark pink dengan pencahayaan minim, berhias lampu kerlap kerlip disetiap permukaan dindingnya, membuat ruangan itu terlihat seperti ruangan seorang pengedar obat-obatan terlarang.
Mata kelabunya menangkap keterunannya yang sedang membungkus diri dengan selimut membelakangi dirinya, persis seperti sikap seorang remaja yang sedang mogok bicara.
Pria itu kemudian menghampiri keturunannya, mengambil tempat duduk pada pinggiran ranjang, mengelus sayang helaian rambut yang sewarna dengannya, namun yang ia dapatkan adalah si kecil yang telah memejamkan mata. Entah anaknya itu benar-benar telah bertualang dialam mimpi atau itu adalah sebuah akal-akalan anaknya yang tak ingin diajak bicara?
"Did you remember? You already visited South Korea when you're five years old. I still remember that you are refused to come back when you're playing with your cousin. Is that great if tomorow you will meet him again?"
Anaknya yang tidak sopan itu masih memejamkan mata, berpura-pura terlelap saat ayah kandungnya mengajak dirinya untuk mengenang kembali memory masa kecilnya yang entah kenapa terdengar begitu membosankan, jadi si pirang kecil lebih memilih untuk menulikan pendengarannya dan menganggapnya sebagai sebuah dongeng sebelum tidur yang akan mengantarnya pada sebuah mimpi yang panjang.
Si ayah kembali mengusap lembut rambut pirang anaknya, salah satu cara manusia untuk menyalurkan perasaan sayang mereka.
"You know we love you so damn much sweetie. Have a nice dream."
Mata kelabu itu menatap kedua mata anaknya yang terlelap, anaknya menolak membuka mata saat dia berniat mengajaknya berkomunikasi, akhirnya pria itu mengakhiri usapan yang mewakili rasa sayangnya pada si anak. Diakhir ia memberikan sebuah kecupan singkat pada pemilik kepala yang sedang terpejam, ciuman selamat malam yang selalu ia berikan bahkan saat anaknya telah beranjak dewasa. Pria yang menjadi dominan rumah tangga itupun akhirnya melenggang keluar kamar anaknya dan menutup pintu yang segera direspon dengan sepasang mata yang terbuka diatas kasur.
"Then why you send me there dad?"
-A Half Life -
Rio de Janeiro, Brazil.
Manusia menjadi tuli, manusia menjadi lupa diri, manusia menjadi berengsek sejati saat mereka berada ditempat yang didominasi dengan dentuman musik dan sebuah lampu sorot warna warni. Manusia dengan kelamin berbeda saling menyatukan diri mereka dan meliukkan badan saat irama musik yang meningkatkan gairah mereka terdengar oleh telinga.
Saling meraba dan bercumbu.
Merasakan kehadiran masing-masing dengan sebotol minuman keras digenggaman tangan. Bergoyang nikmat saat irama musik terdengar semakin kencang dibarengi lampu yang menyorot pada kehadiran seorang wanita yang tengah berdiri disebuah meja dengan tiang yang tertancap ditegah-tengahnya.
Sorakan riuh semakin terdengar saat wanita itu bergerak seksi mengalungkan sebelah kakinya pada tiang dan menggesekkan kelaminnya pada tiang yang mengkilap saat terkena cahaya lampu.
Entah mengapa hal itu membuat setiap lelaki semakin lupa diri dengan tonjolan yang tercipta di balik celana.
Tak banyak dari mereka yang ingin melampiaskan hasratnya dengan mengeluarkan beberapa lembar uang, berharap si wanita akan menghabiskan malam mereka dengan berbagi ranjang bersama. Tak berhenti disana, wanita yang hanya mengenakan bra dan celana dalam tipis itu kemudian menghimpitkan belahan payudaranya pada tiang dan menjulurkan lidahnya menelusuri tiang berwarna silver mengkilat dengan begitu menggoda, memanjakan dirinya sendiri membuat setiap manusia disana tidak bisa menahan rasa yang menyiksa milik mereka, beberapa diantaranya memilih untuk meraih orang asing yang berada didekatnya lalu meluapkan hasrat mereka dengan menggesekkan organ intim masing-masing.
Badan seksi itupun berhenti bermain dengan mainannya saat ia melihat mangsanya duduk disalah satu kursi.
Dentuman musik tidak pernah berhenti, si wanita penari tiang itu kemudian melangkah menghampiri sebuah meja dengan usapan-usapan nakal yang ia terima diseluruh tubuhnya saat ia berjalan melewati para serigala lapar dengan uang tebal disetiap dompetnya.
Akhir langkahnya berhenti pada sebuah meja dengan barisan botol wine yang menemani malam seorang lelaki.
"Look what I got in here."
Si penari tiang itu kemudian mendudukkan dirinya pada meja bersama beberapa botol minuman alkohol lainnya. Lelaki yang sudah menjadi incarannya sejak ia memamerkan lekuk indah tubuhnya masihlah tidak bereaksi seperti yang ia lihat pertama kali.
"Need me to accompany you tonight babe?"
Kedua kakinya terbuka, terulur untuk meraba bagian atas tubuh incarannya yang masih tidak bereaksi, berusaha menggoda dengan menggerakan bagian tubuhnya, hingga ujung jari kakinya berhenti pada sebuah tonjolan diantara paha si lelaki, lelaki yang terdiam kemudian memamerkan sebuah serigaian yang terlihat mengerikan namun menantang.
"Sure. Shall we?"
Seringaian ditengah-tengah riuhnya dentuman musik dengan telapak tangan yang mengelus paha telanjang itu membuat wanita yang terduduk diatas meja merinding. pergesekan kulit tangan si lelaki pada bagian tubuhnya memberi sensasi aneh yang membuatnya seolah-olah tersengat listrik.
"Get a room and wait for me honey."
Wanita berambut coklat itu kembali mendengar suara berat milik si lelaki, ia kemudian tersenyum senang dan segera turun dari meja, sedikit memberikan elusan nakal pada adik si lelaki yang akan menjadi teman barunya sebelum ia pergi untuk mencari sebuah kamar kosong seperti yang lelaki itu perintahkan.
Suara kenikmatan itu tetaplah terdengar bahkan saat mereka menutup pintu dengan dinding berlapis tebal sebagai ruangan kedap suara. Beberapa manusia sepertinya memiliki pita suara yang sangat nyaring hingga desahan-desahan itu tetap terdengar disepanjang lorong kamar,
Sebuah kartu diletakkan dan satu pintu ruangan dengan otomatis terbuka. Sebuah teknologi maju yang manusia ciptakan sehingga kini bentuk kunci terus berevolusi. Wanita minim pakaian itu akhirnya memasuki ruangan yang berhasil ia pesan. Ruangan dengan luas sama disetiap kamarnya menjadi favorit setiap orang yang manusia sebut sebagai surga duniawi.
Si wanita kembali membiarkan pintu tertutup lalu menatap pantualan bentuk tubuhnya yang begitu mengugah gairah setiap kaum adam pada sebuah cermin. Ia rasa ia akan memiliki malam yang hebat dengan lelaki Asia yang ia temui beberapa menit lalu.
Ya. Sepertinya lelaki itu orang Asia meski matanya tidak terlalu sipit, namun ia cukup tau jika yang akan memberinya kenikmatan malam ini bukanlah orang Timur.
Sebuah perasaan mengganjal wanita itu rasakan, ia merasa seperti sedang diperhatikan, maka dari itu ia segera berbalik dan mendapati si lelaki Asia tengah menyeringai dibalik pintu yang sepenuhnya tertutup.
"Gosh! I thought it was a ghost!"
Wanita bule itu mengusap dada dengan kedua payudaranya yang mengembang dan mengempis akibat terkejut,
"I'm sorry. Did I surprise you? I think I'm too good at sneaking."
"A little surprised. I didn't hear the door open."
Karna nyatanya wanita itu memang tidak mengunci pintu, tapi wanita itu jelas ingat jika ia menutup rapat pintunya.
"Maybe it because you're too focus with that beautiful body."
Lelaki tinggi itu kemudian berjalan mendekat dengan tatapan intimidasi disetiap langkahnya, rasa takut mulai menguasai si wanita bule, namun perasaan takut itu menguap saat merasakan sebuah belaian lembut di pipi kemudian turun hingga menyentuh lehernya yang jenjang. Matanya terpejam merasakan setiap usapan lembut di permukaan kulitnya yang entah kenapa menjadi begitu sensitif, seolah tubuhnya menginginkan lebih dari sebuah usapan yang diberikan oleh lelaki yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
"Should we start now?"
Suara yang terdengar semakin berat dari sebelumnya kembali memberikan efek aneh pada si wanita, ia membuka mata dan melihat sepasang mata kelabu yang begitu indah menatap tapat didepan wajahnya. Suara yang terdengar begitu lelaki itu seperti menghipnotis dirinya untuk segera mengangguk. Ia menerima sebuah kecupan ringan pada bibir berlapis lipstick semerah darah,
Ini aneh. Wanita itu benar-benar merasakan sebuah kenikmatan yang bisa membuatnya terbang. Ia bahkan tidak tau bagaimana mereka bisa pindah keranjang dengan sisa pakaiannya yang telah kandas digantikan dengan kedua kakinya yang telah mengangkang.
Sebuah dorongan yang terasa begitu nikmat menerobos kedalam dirinya. Terasa begitu besar dan sesak hingga ia berhasil mengeluarkan sebuah desahan yang begitu panjang.
"Aaahhh.."
Tubuhnya melengkung saat ia merasakan sesuatu didalam dirinya terus memberikan kenikmatan yang tidak bisa ia ungkapkan. Kedua matanya setengah terpejam dengan bibirnya yang terbuka dan terus menerus mengeluarkan sebuah lenguhan sarat akan kenikmatan,
Mata birunya menatap lelaki bermata kelabu yang terus menyeringai diatasnya, memberikan setiap tusukan konstan yang entah bagaimana membuat seluruh sendi-sendi tubuhnya melemah tak berdaya.
"You're so fuckin goodh, ahhh.. how can you do this to meh?"
"It's easy, I give you what you want, and you give me what I need. Just moan for me."
Entah terlalu banyak mengeluarkan tenaga saat mendesah atau memang kini wanita itu merasa pasokan udara didalam paru-parunya menipis seiring kenikmatan yang akan segera ia dapatkan?
Keringat membasahi setiap inchi tubuhnya, kenikmatan menguasi dirinya bersamaan dengan rasa lemas yang entah mengapa semakin mendominasi.
Sosok itu terus melekat pada benaknya hingga saat dorongan terakhir yang ia dapatkan, ia mengangkat kepalanya lalu menghempaskannya pada empuknya kasur hingga semuanya berubah menjadi gelap.
Satu-satunya jendela pada ruangan itu terbuka dibarengi angin malam yang berhembus masuk dengan sebuah tarikan nafas dalam dihirup oleh si lelaki.
Tubuhnya terasa segar dengan tenaganya yang terasa penuh. Mata yang terpejam itu kemudian terbuka, menampilkan sebelah mata kelabu nya yang kini berubah menjadi merah terang.
Lelaki Asia itu segera bangkit dan melepaskan penyatuan tubuhnya dengan wanita bule yang kini tak bernyawa.
Dalam satu kedipan mata, lelaki itu telah kembali berpakaian lengkap dan rapih. Detik berikutnya lelaki itu telah berada diatas pagar pambatas antara ruangan yang ditempatinya dengan daratan dibawahnya. Wanita telanjang dan tak bernyawa itu tergeletak tak berdaya dipundaknya. Kamar yang ia tempati untuk bersenang-senang terlihat begitu rapih seperti tidak pernah tersentuh sebelumnya, merekam dan menjadi saksi bisu adegan dimana seorang manusia kehilangan nyawanya setelah melakukan kegiatan bercinta.
Satu hembusan angin malam kembali berhembus bersamaan dengan hilangnya lelaki Asia yang tengah memanggul seorang mayat manusia.
Tidak mungkin jika lelaki Asia itu memutuskan untuk meloncat dari lantai dua puluh tiga dan memilih untuk mati bukan?
Sebuah tempat terlihat lebih sunyi tanpa lampu-lampu yang menyala disetiap sisi jalan dengan kendaraan yang terus bertambah disetiap jamnya menjadi kunjungan selanjutnya yang didatangi lelaki Asia,
Sebuah hutan dengan danau luas ditengahnya.
Air yang terlihat begitu tenang itu memantulkan indahnya rembulan diatas langit.
Tidak ada manusia yang berani mendatangi tempat ini pada tengah malam. Sangat diragukan jika manusia biasa bisa dengan mudahnya mendatangi pegunungan ditengah lebatnya hutan gelap yang terasa begitu menyeramkan,
Seorang mayat wanita dibiarkan tergeletak pada permukaan tanah dipinggiran danau,
Keadaannya bisa dibilang mengenaskan meski tidak ada luka tusuk atau darah yang mengalir keluar dari tubuhnya, wanita itu dalam keadaan telanjang, tidak ada tanda-tanda kekerasan ataupun lebam yang menghiasi tubuh moleknya, hanya meninggalkan sisa cairan yang mengalir membasahi pahanya akibat acara bercintanya dengan lelaki asing.
Cairan yang merupakan miliknya sendiri mengalir akibat hasil dari pencapaian rasa nikmat yang kini malah membuatnya kehilangan nyawa.
Si pelaku utama kembali tidak bereaksi dan hanya menatap tak minat pada sebongkah tubuh polos yang kembali ia buat tak bernyawa.
Lelaki Asia itu menatap galapnya langit yang dihiasi rembulan.
Bulan masih dalam bentuk setengah, namun entah kenapa ia kembali merasakan sebuah rasa haus yang begitu menyiksa.
Kembali ia menatap korbannya yang tak bersalah dengan sebelah mata merahnya yang terlihat begitu menyala akibat cahaya rembulan.
Suara beberapa binatang liar membuat keadaan disekitarnya semakin terasa mencekam, namun sepertinya lelaki itu enggan untuk melangkahkan kakinya, meski ia yakin tidak akan ada yang menemukan mayat yang ia buang ditempat ini,
Namun bukti tetaplah bukti.
Ia harus melenyapkan bukti yang akhir-akhir ini terus bertambah akibat ulahnya.
Sebuah api yang entah dari mana asalnya tercipta pada talapak tangannya yang besar. Ia lemparkan api itu pada tubuh tanpa nyawa dan dalam hitungan detik, api itu semakin besar menyantap makanannya. Api yang sangat panas itu melahap habis tubuh seorang wanita. Kobaran api yang begitu besar tak membuat lelaki itu memindahkan langkahnya dengan wajah datarnya yang tak sirat akan perasaan bersalah.
Tidak membutuhkan waktu lama hingga tubuh wanita yang telah menemani malam nikmatnya itu musnah menjadi sebuah debu, tertiup angin malam dan melebur menjadi bagian heningnya riuk air danau.
Satu bukti telah musnah.
Setidaknya itulah yang harus ia lakukan agar sekelompok manusia tidak usah repot-repot mencari keberadaan orang hilang. Kejahatan sudah menjadi angka yang tinggi ditempat yang ia kunjungi sekarang. Hilangnya satu gadis penghibur tidak akan manimbulkan masalah yang besar bukan?
Kembali ia menengadahkan kepala, menatap rembulan yang menjadi satu-satunya cahaya alami yang menemaninya ditempat sunyi dan gelap ini. Jika dipikir-pikir lagi, ia sudah menimbulkan perbuatan onar yang mebuat manusia kewalahan dengan ditemukannya beberapa gadis yang tak bernyawa akibat kasus pemerkosaan.
Pemerkosaan.
Begitulah manusia menyebutnya.
Mungkin ia memang membuat onar didunia manusia, tapi percayalah, seberapa hebat pun manusia mencoba mencari pelakunya, mereka tidak akan bisa menemukan dirinya. Semuanya terlihat begitu sempurna tanpa adanya bukti yang tertinggal. Manusia itu akan terus menyelidiki kasus yang mereka yakini sebagai kasus pemerkosaan dan akan menemukan jalan buntu sebagai jawabannya.
Namun kasus pemerkosaan itu kian meningkat akhir-akhir ini. Entah apa yang salah dengan dirinya, bulan penuh masihlah lama, namun sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan kembali menghantam dirinya yang membuatnya begitu tersiksa.
Seperti sebuah pemula yang begitu amatir, ia tidak bisa menahan hasratnya untuk menghisap habis sari-sari manusia yang akan menjadi penguat dirinya. Maka dari itu ia mencari destinasi lain untuk menuntaskan rasa hausnya dengan mendapatkan minuman segar yang akan membuatnya seperti seseorang yang kembali dilahirkan.
Los Angles, California.
Matahari menguasai bumi.
Hari yang cerah, sangat cocok untuk mengirim anggota keluarga ke negeri orang. Dua buah koper berukuran raksasa yang digunakan manusia untuk menyimpan pakaian mereka diseret dengan pasti oleh seorang pria berambut pirang, dan berbadan tegap.
Tiga orang yang berada disana berhenti pada bagian departure, menunggu jam penerbangan salah satu diantara mereka tiba. Kurang lebih terisisa satu jam lagi sebelum akhirnya mereka melepaskan anak kandung mereka untuk selanjutnya akan diurus oleh pamannya di negeri sebrang.
Manusia yang paling muda enggan membuka mulutnya. Pakaiannya terlihat seadanya, tidak seperti seseorang yang akan melakukan perjalanan keluar negeri, karna pada dasarnya anak itu berpikir ia tidak perlu mengenakan pakaian keren saat dirinya ditendang pergi.
Yah, anak itu lebih senang menyebut kepergiannya dengan sebutan ditendang pergi daripada menggunakan bahasa yang lebih sopan yaitu dipindah asuhkan. Yang ia sebut sebagai orangtua bahkan tidak memberitau sampai kapan ia harus menetap di negeri yang bahkan tidak ia kuasai bahasanya,seharusnya mereka semua menghabiskan waktu bersama dengan saling berpelukan untuk melepas rasa sedih, tapi keadaan yang lebih tepat sekarang adalah terciptanya suasana canggung diantara keluarga kecil itu.
Yang menjadi ibu rumah tangga menatap putri yang sebenarnya sangat berharga baginya, putrinya itu terduduk dengan muka masam sejak dirinya membuka mata di pagi hari ini. Putrinya memang tidak mengucapkan sepatah kata apapun, tapi entah bagaimana caranya, manusia bisa mengerti beberapa keadaan dimana mereka tidak akan bertanya seolah-olah mereka tau untuk tidak mengganggu waktu seseorang,
Mata sipit yang ia turunkan pada anaknya itu kemudian melirik pada suami sekaligus pemimpin rumah tangga mereka, suaminya melakukan hal yang sama seperti dirinya, tidak mengucapkan sepatah kata dan saat pandagan mereka bertemu, pria tampan itu memberikan sebuah senyum yang bisa menenangkannya.
"Hot coffee?"
Satu lagi sinyal yang entah bagaimana manusia menciptakannya, suaminya itu seolah memberikan kode dengan menawarkan segelas kopi panas untuk memberikan waktu privasi bagi anak dan ibunya.
"Yes please."
Wanita keturunan Asia itu kemudian tersenyum dan mengerti apa yang harus ia lakukan selanjutnya, saat suaminya melenggang pergi, ia kemudian menggerakkan tubuhnya merapat mendekati anaknya yang bermuka masam.
"Sleep well?"
"I guess so."
Si ibu terkekeh mendapatkan jawaban kecut dari anaknya, sepertinya anaknya ini benar-benar kesal dibandingkan sedih saat ia akan dikirim menjauh darinya.
"Well, daddy will gives us some coffee for that.
Tidak ada hubungannya memang, namun entah kenapa ibu ini ingin berhati-hati dalam setiap perkataannya agar anaknya yang tidak sopan itu tidak akan menyesal karena memiliki perpisahan yang cukup buruk dengan orang tuanya.
"Do you remember when you're tell me that you wanna have a brother so you can show it to your classmates?"
Sang ibu akhirnya mendapatkan sebuah ide bagus yang akan seratus persen membuat wajah masam anaknya berubah menjadi seorang bocah yang antusias.
"You said that when you're five years old. After we back from Korea, you keep talking about your cousin and ask me and your dad to take him in here so you will have a big brother."
Sang ibu kembali terkekeh saat ingatannya memunculkan kembali kilasan masa lalu dimana putri menggemaskannya merengek tanpa henti agar sepupu laki-lakinya turut dibawa pulang ke Amerika agar ia memiliki kakak laki-laki yang bisa dipamerkan pada teman sekelasnya,
"Its threeteen years ago. I don't want it anymore."
Akhirnya si anak menyuarakan sebuah kalimat. Meski raut wajah masam itu belum sepenuhnya berubah, sang ibu merasa senang karna secara perlahan anaknya bisa diajak bicara.
"So what's the different hm? You will have a real brother soon, is that great?"
Satu rangkulan wanita itu berikan layaknya memberikan semangat pada temannya yang tengah kehilangan semangat. Namun anak manusia itu tetaplah menolak untuk merespon usaha ibu kandungnya yang sedang berusaha menghiburnya.
"I don't want to go."
Satu kalimat yang telah ribuan kali diucapkan sejak ia menerima berita bahwa ia akan dikirim ke negeri orang itu terus terucap dan terus mendapat penolakan, bahkan hingga ia berada di puncaknya, anak manusia itu tau jika ia akan kembali mendapat penolakan, namun tetap saja kalimat yang terus muncul didalam hatinya itu berteriak memohon untuk tidak diberangkatkan.
Sebuah helaan nafas panjang akhirnya keluar.
"Honey.. you know this is the best for you.."
Suara seorang ibu itu melembut dengan sebuah elusan sayang pada rambut pirang anaknya, entah bagaimana wanita yang telah melahirkan anaknya itu menjelaskan jika memang inilah yang terbaik untuk anaknya,
Orang dewasa memang lebih tau mengenai segalanya, atau lebih jelasnya,
Mother knows best.
"By sending me there?"
"Its not sending honey, we want you to stay in there with your uncle so they can give more attention to you.."
"They just my ucle, not my parents."
"I know, he's my brother, but I trust him. They will take care of you more than us as your parents. We feel so bad because we made a big mistake that should make you stay in there as the way out, just for a while honey, after everything doing well, we will pick you up.."
"Until when?"
"Until that day. So be a good girl for mommy and daddy, one day, you'll understand with our decision, can you do that for us hm?"
Nyatanya anak manusia itu tidak lain dari perwujudan seorang bayi cengeng yang pada akhirnya memilih untuk menangis saat akan ditinggal oleh ibunya.
Pelukan haru itupun tercipta antara ibu dan anak yang saling mencintai namun terlalu rumit untuk bersama. jalan keluar yang tidak bisa diterima oleh salah satu pihak meski itu adalah jalan yang terbaik, membuat mereka larut dalam perasaan berasalah yang tiada ujungnya.
"You really love me, don't you?"
"Ofcourse honey.. ofcourse we do."
"Promise me if you will pick me up."
"I swear."
Bentukan mata yang sama namun berbeda warna itu akhirnya saling bertatapan dengan genangan air mata disetiap kelopak matanya.
"I love you, I really do."
"Me too."
Suara yang lebih berat menginterupsi acara haru ibu dan anak, saat mereka melihat siapa pemilik suara, itu ternyata adalah suami sekaligus ayah dari anak mereka dengan dua gelas kopi panas dikedua tangannya.
Si anak cengeng kemudian mengusap air yang berasal dari matanya dan terkekeh karena kini keluarga kecilnya entah kenapa terasa begitu lengkap.
"Hey, my princess is never crying just because her daddy leaving for some cup of coffee."
Kalimat jenaka yang sang ayah lontarkan membuat suasana semakin membaik, sebelum akhirnya satu pelukan lain ia terima, kini dari ayahnya.
"Its oke.. you don't need to cry, everthing will gonna be allright. You just need to stay in there for a while, anyway.. you have your cousin in there right?"
"Dad.. I don't even remember his face."
"He's handsome ofcourse."
Keluarga kecil itu kemudian tertawa bersama, akhirnya mereka bisa melewati detik-detik perpisahan mereka dengan suasana yang menyenangkan. Mata si ibu kemudian melirik keberadaan sebuah benda yang melingkar dengan indah diperpotongan leher anaknya,
Benda sakral yang diturunkan turun-temurun dari leluhurnya itu kini dikenakan oleh anak perempuannya.
Sebuah kalung dengan bandul bulat berwarna merah terang menghiasi leher putih anak perempuannya, kalung yang secara turun-temurun diwariskan untuk setiap anak perempuan di keluarga mereka akan mengenakannya. Leluhur mereka percaya jika kalung itu sangat suci dan bisa melindungi keluarga mereka. Atau pada zaman sekarang, manusia menyebutnya sebagai jimat.
Sang ibu merasa senang karna dalam keadaan apapun, anaknya tetap mengenakan kalung yang diwariskan padanya, meski anak itu selalu menolak kepercayaan leluhur keluarga ibunya jika kalung itu bisa melindunginya, sebuah kalung dengan bandul bulat berwarna merah semerah darah, terang seterang permata tetaplah dikenakan oleh dirinya. Dia tau, jika anaknya yang nakal dan tidak sopan itu tetaplah menjaga pesan yang dititipkan padanya, dan secara tidak langsung itu membuktikan jika anak nakalnya itu sangatlah menyayanginya.
Suara yang keluar dari mesin pengumuman memberitaukan jika ini adalah saatnya untuk melepas anak mereka. Sudah saatnya anaknya itu menjalani perjalanan jauh menuju rumah barunya.
"Take care honey, your uncle will waiting you at the airport. You know his name right?"
"Yea, Uncle Myun. Right?"
"Yes he is."
Sang ibu kembali terkekeh mendengar panggilan special anaknya pada kakak kandungnya yang akan menggantikan menjaga anaknya kelak. Panggilan itu muncul karna anaknya bilang jika Junmyeon terlalu sulit untuk diucapkan. Maka Baekhyun yang berumur lima tahun menciptakan sebuah panggilan manis untuk pamannya.
Mesin penghasil suara kembali mengingatkan jika para penumpang harus segera menaiki awak pesawat kerena pesawat akan segera lepas landas sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Sepasang orang tua itu kembali menatap anak kesayangan mereka sebelum semuanya berakhir, mereka kembali berbagi pelukan dengan masing-masing orang yang menahan air matanya. Sebelah tangan sang ibu menangkup pipi kurus anaknya, mengusapnya dengan rasa sayang dengan perasaan berat yang menyelimuti hati kecilnya, lalu usapan tangannya beralih pada leher dan terakhir pada pundak sempit anaknya dibarengi sebuah remasan lembut yang menguatkan.
"They will protect you, it will protect you."
Jemari tangan itu kemudian menyentuh kalung kecil di leher sang anak, dirinya percaya jika leluhurnya akan menjaga anak mereka bahkan saat anak mereka berada jauh disana.
"Do not ever take it off. Got it?"
"Got it mom. Don't forget to text me whatever you have a time. I'm waiting for that."
"Got it sweetheart, now go."
Satu usakan terakhir pada rambut pirangnya ia dapatkan dari sang ayah.
Berbekal doa dan kepercayaan jika ini yang terbaik untuk dirinya, maka..
"Im gonna miss you.."
"Also we do.."
"I love you."
"We love you so much more."
Anak cantik mereka kemudian tersenyum haru dan perlahan berjalan mundur menjauhi kedua orang taunya, kini ia melihat ibunya mengusap beberapa kali lelehan air mata yang pada akhirnya tidak sanggup ditahan saat anak kesayangan mereka perlahan pergi menjauh meninggalkan mereka.
Sang ayah merangkul pundak bergetar istrinya untuk menenangkan. Ia menciptakan sebuah senyum untuk menyemangati anaknya dibarengi dengan sebelah tangannya yang ia lambaikan.
"You can go home now!"
Si anak berteriak tanpa rasa malu pada kedua orangtuanya yang masih enggan beranjak sebelum keduanya benar-benar tidak bisa melihat lagi anak kesayangan mereka. Akhirnya si gadis pendek itu pergi memasuki pesawat dengan dua koper raksasa disisi kiri dan kanannya. Menyisakan sepasang suami istri yang menangis tersedu tidak percaya jika mereka melakukan hal ini pada anaknya.
"Its oke. She's gonna be alright."
"Im gonna miss her.."
"Me too. So lets go back and make everything done so we can meet her as soon as possible."
Si istri megangguk kemudian mereka beranjak pergi kembali ke kediaman mereka dengan segunung pekerjaan yang harus dikerjakan. Mereka akan segera menyelesaikannya, agar mereka bisa segera mengurus kepindahan mereka untuk menyusul keberadaan anak mereka di belahan lain bumi.
- A Half Life -
Seoul, South Korea.
Setelah berada diatas langit dengan benda yang bisa membawa manusia kebelahan lain bumi, gadis berambut pirang dengan mata kelabu kembali menyeret dua koper raksasanya keluar disebuah tempat lain dengan orang-orang yang cukup berbeda dengannya.
Pemandangan baru yang ia lihat adalah segerombolan manusia yang berlalu lalang mencari seseorang yang menyambut kedatangan mereka. Baekhyun masihlah merasa asing dengan orang-orang Asia disekitarnya. Mereka memiliki rupa yang hampir serupa, dengan sebuah bahasa asing yang mereka gunakan untuk berkomunikasi.
Terdengar aneh dengan aksen yang mereka gunakan, dan Baekhyun sama sekali tidak mengerti apapun yang mereka ucapkan. Semuanya terdengar sama saja tanpa arti yang bisa ia cerna. Maka dari itu sepertinya ia harus segera menemukan kerabat manusia lainnya yang ditugaskan untuk menunggunya saat ia sampai di negeri yang akan menjadi rumah barunya ini.
Mata sipitnya menangkap sebuah selembaran kertas dengan huruf kapital bertuliskan namanya. Sedikit ragu namun Baekhyun kemudian menghampiri seorang lelaki berkulit putih dan bermata sipit seperti dirinya dan orang-orang lain yang berada disekitarnya.
"Uncle Myun?"
Lelaki yang cukup diingatnya itu tersenyum dengan raut wibawa karna pada akhirnya setelah tiga belas tahun lamanya ia kembali bertemu dengan keponakannya dengan tampilannya yang terlihat err..
Dewasa?
"Look who is this? My little niece!"
Lelaki yang baru saja Baekhyun temui itu kemudian merentangkan kedua tangannya bermaksud untuk memberikan sebuah.. pelukan?
Baekhyun terdiam untuk beberapa saat, mencerna maksud dari manusia yang ternyata adalah pamannya saat melihat laki-laki itu merentangkan tangan. Namun pada akhirnya baekhyun memilih untuk tidak berpikir panjang dan berbagi pelukan.
"Hahaha, that's how you greet someone in there right?"
Paman manusianya itu berujar riang seolah yang barusaja ia praktekan itu adalah salah satu cara yang dilakukan orang-orang saat bertukar sapa, atau mungkin mereka mengenalnya dengan sebutan American Style?
"We.. don't hug each other when we meet someone."
"Hahaha well, let's just say it's a hug from uncle for his niece."
"Uhm baiklah, menyenangkan karna kau bisa berkomunikasi menggunakan bahasa ku."
"Aku telah berlatih jauh-jauh hari untuk ini, bukankah itu keren?"
Manusia yang kembali bertemu setelah tiga belas tahun lamanya itu terlihat semakin akrab dalam beberapa menit saja, sepertinya manusia memiliki sesuatu penghubung tak kasat mata yang bisa membuat mereka akrab satu sama lain meski hal itu merupakan pertemuan pertama mereka.
"Jadi, haruskah kita pulang menuju rumah barumu?"
Kerabat manusianya itu sangatlah baik. Dengan gentle ia membawa alih koper-koper berat itu untuk dipindahkan kedalam mobilnya. Entah apa yang terjadi tapi si anak nakal kini berubah menjadi pendiam. Entah karena lelah, atau karena ia tidak bisa berbuat susuatu lain dinegeri orang yang tidak ia mengerti bahasanya, atau karna ia sudah merindukan kedua orang tuanya yang jauh disana?
"Kau sudah meberitau ibumu jika sudah sampai dan bersamaku?"
"Hm. mereka segera membalas pesanku kurang dari satu menit, tidak seperti biasanya."
Lelaki yang sedang mengemudikan alat transportasi manusia itu tersenyum melihat keponakannya yang terlihat begitu berbeda sejak terakhir kali mereka bertemu, keponakannya itu tumbuh dengan sangat baik. Menjadi seorang gadis cantik, dengan rambut pirang yang panjang, dengan dua mata kelabu yang indah. Keduanya ia dapatkan dari sang ayah yang menikah dengan adik kandungnya. Namun ia masih bisa melihat raut wajah sang anak yang memiliki kemiripan dengan sang adik. Membuat Baekhyun tumbuh begitu mempesona dengan parasnya yang sedikit blasteran.
"Apa semua orang berbicara sepertimu?"
"Hm? Maksudmu?"
"Yah.. mereka mengguanakan bahasa yang tidak aku mengerti, tapi kau bisa berbicara bahasa Inggris, meski terdengar sedikit aneh, tidak seperti ibuku."
"Hahaha. Ya, memang itulah bahasa kami. Ibumu telah fasih berbahasa Inggris karna dia sudah lama tinggal disana, aku hanya mengerti dan menggunakannya pada saat-saat tertentu, jadi mungkin terdengar sedikit aneh saat aku berbicara bahasa Inggris dengan aksen Hangul."
"Tak masalah, selama aku bisa mengajak kalian berkomunikasi, itu sudah menjadi berkah untukku. Apa semua orang dirumah bisa berbahasa Inggris pula?"
"Mereka bisa, mereka sudah berlatih sejak jauh-jauh hari."
Baekhyun sedikit membeo karna tidak percaya, apa benar mereka malakukan itu agar bisa berkomunikasi dengannya?
"Just kidding. They know how to speak in English, don't worry about that."
Baekhyun tidak terlalu mengingatnya, tapi apa memang pamannya ini senang bercanda?
"So, tell me. Where's a fun place I can visit at night?"
"There is no fun place at night when you're under my watch sweetheart."
"Oh comeon! Im eighteen!"
"Even you're eighteen and half, I'll not let you."
Kini yang Baekhyun ingat adalah, mungkin memang benar jika paman dan ibunya ini kakak beradik. Mereka berdua sama-sama memiliki sikap mengatur dan berkuasa.
Apa jadinya jika dia tidak bisa pergi bermain disetiap malamnya jika yang ia hadapi kali ini adalah lawan yang lebih berkuasa dari ibu kandungnya?
Lelaki bernama lengkap Byun Junmyeon itu kemudian melirik keberadaan kalung dengan bandul merah yang terlihat menyala, tersenyum karna keponakannya ini akhirnya mewarisi harta leluhur mereka dan menjaganya dengan baik. Ia tau asal usul kalung yang diberikan turun temurun itu, hingga ia teringat akan hal yang sepertinya harus ia beritau pada keponakan yang seterusnya akan tinggal dirumahnya untuk waktu yang sangat lama.
"Lagipula, kau harus mengetahui sesuatu. Kami memilki kisah mitos, dimana setiap gadis perawan dilarang untuk pergi meninggalkan rumah saat fajar tenggelam. Saat bulan penuh, sesuatu yang berasal dari langit datang kebumi untuk mencari benda yang dipercaya bisa membuat sesuatu menjadi abadi. Mereka menculik beberapa gadis dan menghisap habis sari manusia. Bahkan sampai sekarang manusia belum mengetahui kebenarannya, namun yang lebih menyeramkan adalah, mereka yang telah kembali. Beberapa bulan kebelakang kasus hilangnya beberapa gadis semakin meningkat, selalu gadis perawan yang menjadi korban, dan mereka semua ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dan tanpa busana."
Baekhyun terlihat sangat fokus mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut pamannya. Kisah yang terdengar cukup menyeramkan itu terdengar begitu nyata dan meyakinkan.
Tapi..
"You mean all of the girls is found in a raped state?"
"Yah, kurang lebih seperti itu."
"So the problem is they are kidnapped and raped? Its clear. No mythical creature there."
"Mungkin memang tidak ada. Dan aku ingin kau tidak keluar saat malam hari. Got it princess?"
"Why you always call me princess?"
"Karena dulu kau sangat senang menjadi seorang putri, dan sekarang kau akan segera bertemu dengan pangeranmu."
"Stop it!"
Junmyeon kembali tertawa, entah kenapa ia senang sekali mengerjai keponakan nya yang berasal dari Amerika itu. namun bukan tanpa alasan, semua itu ia lakukan agar ia bisa semakin dekat dengan keponakannya, berharap keponakannya itu tidak larut dalam kesedihan dan betah untuk tinggal berasama keluarganya.
Mobil itu kemudian berhenti. Kaca mobil terbuka dan mata kelabu milik Baekhyun melihat keberadaan sebuah rumah seperti bentuk pada umumnya. Hembusan nafas keluar dari kedua belah bibir tipis Baekhyun. Inilah akhir pemberhentiannya untuk waktu yang sangat lama. Pamannya memperhatikan keponakannya dari kursi kemudi, memandang keponakannya yang kini akan tinggal bersama keluarga kecilnya. Sedikit tidak menyangka karna akhirnya adik perempuannya memilih jalan akhir seperti ini. Tidak sedikit memang yang diketahui olehnya, sejak awal pekerjaan adiknya itu memang memakan waktu yang sangat banyak, tidak menyangka adik bungsunya itu pindah ke belahan bumi Barat Amerika, memiliki keluarga dan semakin sibuk. Terakhir kali adiknya melakukan panggilan dan saat itulah adiknya menangis atas kejadian yang terjadi menimpa anak mereka satu-satunya.
Junmyeon tersenyum setidaknya kini ia bisa sedikit membantu permasalahan adiknya, karna bagaimanapun itu tetaplah kewajiban dirinya untuk menjaga dan membantu adik kandungnya, meskipun ia harus menerima kehadiran baru ditengah-tengah keluarganya, selama itu bisa dilakukan olehnya, ia akan melakukannya.
"Ingin masuk?"
"Meskipun aku menolak, aku tetap akan masuk kesana bukan?"
Junmyeon kembali tersenyum lalu mengangguk. Keponakannya itu sepertinya memang harus lebih diperhatikan, perkataan manusia yang lebih muda darinya itu setidaknya menggambarkan jika sosok Baekhyun adalah sosok yang mengeluarkan perkataan tanpa disaring sebelumnya.
Kembali paman manusia yang baik itu membawa dua koper tempat keponakannya meletakan semua pakaiannya dari Amerika, Baekhyun memandang rumah yang akan dihuninya dari luar, sebelum akhirnya mengikuti langkah paman Asia-nya memasuki pelataran sebuah rumah mewah. Sebelum Baekhyun mengetahui lebih dalam isi rumah besar itu, mata kelabunya menangkap penampakan rumah kecil yang menarik perhatiannya.
"You have a puppy?"
"Yes, My son has that."
Junmyeon kembali tersenyum, satu garis senyum dibibirnya yang terlihat begitu berwibawa membuat Baekhyun merasa dia berada disisi orang tepat yang akan melindunginya selama dirinya berada dinegeri asing ini.
Pintu dibukakan dengan sopan oleh seorang maid, pemilik yang sesungguhnya memasuki rumah diikuti oleh gadis remaja berambut pirang.
Seketika bola mata kelabu itu memperhatikan setiap sudut ruangan berlapis cat warna karamel.
"Bukankah seharusnya mereka sudah sampai?"
"Mungkin sebentar lagi bu, bisa saja pesawatnya mengalami delay."
Terdengar orang lain saling berbincang disisi lain ruangan dengan bahasa komunikasi yang tidak Baekhyun mengerti percis seperti yang dia dengar saat mendarat di Korea Selatan beberapa saat lalu.
"They're preparing for breakfast, lets meet them."
"Aunty Xing?"
"Yes, and your prince ofcourse."
Baekhyun berhenti melangkah, kakak tertua ibunya ini hanya memiliki kenangan semasa kecilnya dimana Baekhyun kecil gemar sekali mengajak sepupu laki-lakinya untuk turut serta masuk kedalam imajinasinya dalam bermain peran kerajaan dimana Baekhyun yang akan menjadi seorang putri dengan mahkota kecil dipucuk kepalanya, dan sepupu laki-lakinya yang akan menjadi pangeran sebagai takdir sang putri menuju kehidupan yang bahagia selama-lamanya.
"Uncle Myun, its already threeteen years ago. I didn't play that game anymore."
"Why? Your prince is waiting for you. It is a perfect time to do a wedding ceremony, isn't it?"
"Stop it!"
"Hahaha, its a joke sweetheart, lets meet them, Im sure they will be surprised when they see you again for a long time."
Paman Myun tersenyum, putri kecil yang menggemaskan kini telah beranjak dewasa menjadi seorang gadis dewasa dengan tampilan fashion yang mengikuti kemajuan zaman.
"Keluarga baru kita telah tiba, Mrs Petterson akhirnya bisa bergabung bersama kita."
Perawakannya adalah seorang wanita dengan setelan rumah dan sebuah celemek melingkar di tengkuknya.
Yang satu lagi adalah seorang lelaki yang membelakangi, tubuhnya terbilang tinggi, bahunya sangat lebar dan tegap, kedua manusia itu berbalik dengan waktu yang hampir bersamaan, menampilkan dua wajah yang hampir serupa antara ibu dan anaknya.
Kelopak mata berwarna abu-abu sedikit mengedut saat mendapati si pangeran masa kecilnya kini berubah menjadi sosok pangeran dalam kehidupan nyata.
"Gosh! Baekhyunnie?"
Sang ibu bertanya dengan intonasi terkejutnya, lengkap dengan ekspresi yang memperlihatkan jika manusia yang telah berumur itu terkejut dengan munculnya sosok boneka barbie di kehidupan nyata.
"Wow, look who is this, still remember me?"
Pangeran dalam kehidupan nyata itu bertanya menggunakan bahasa yang bisa dimengerti olehnya. Sedikitnya, Baekhyun masih bisa mengingat senyum manis lelaki yang kembali ia temui setelah tigabelas tahun lamanya, senyum menggemaskan pangeran kecilnya kini telah berubah menjadi senyum menawan seorang lelaki yang mungkin sering digunakan untuk mengikat hati seorang gadis.
"Sure, Prince Hun."
"You look definitely different My Princess, you look so hot."
Yang berucap kembali menelisik penampilan bule yang baru saja sampai di kediamannya. Dia kenal gadis itu, gadis dengan tubuh ramping mengenakan sebuah tanktop hitam dibalut kemeja kotak-kotak ukuran besar lalu sebuah celana jeans dengan beberapa sobekan sebagai model nya, mata kelabunya semakin terlihat indah dengan rupa natural yang hanya dipoles lipstick merah muda.
Kini Baekhyun bukanlah seorang putri kecil yang gemar mengenakan gaun dengan rok mengembang dan mahkota yang tersemat rapih dihelaian rambut pirangnya, rambutnya tetaplah berwarna pirang, panjang hingga mencapai punggung, sedikit bergelombang masih sama seperti yang diingatnya dulu.
"Too hot to shock you My Prince?"
Yang dipanggil sebagai pangeran itu kembali tersenyum, melangkah melewati perawakan Baekhyun diikuti dengan lirikan mata kelabu yang tetap memusatkan perhatiannya pada pangeran tampannya.
Lelaki itu kemudian kembali dengan segelas air dingin yang berhasil ia dapatkan dari sebuah mesin hasil ciptaan manusia sebagai tempat menyimpan stok makanan mereka.
"Cold water for your arrived."
Segelas air dingin segera diteguk memberikan rasa segar pada kerongkongan gadis bule yang baru saja tiba dari Amerika.
"You must be tired right? Lets have some eat first, I make a special dish to welcome you."
Wanita sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga itu terlihat kembali pada aktivitas sebelumnya yaitu memindahkan beberapa mangkuk yang berisi makanan pada meja yang lebih besar. Beberapa hidangan makanan terlihat asing bagi Baekhyun, namun tidak mengelak jika isi perutnya bergetar untuk segera diisi. Ransel hitamnya kemudian disimpan pada sebuah kursi, Baekhyun ikut bergabung untuk pertama kalinya makan bersama keluarga barunya. Makanan telah disajikan, keluarga baru Baekhyun duduk menemani, melingkar mengikuti bentuk meja makan.
Baekhyun sedikit terdiam saat paman Asia nya mengambil dua buah stik yang kemudian benda panjang dari logam itu digunakan untuk mengambil nasi dan lauk,
"You guys use that stick to eat?"
Yang menikmati hidangan makanan menghentikan gerakannya dan menatap si bule yang terlihat kebingungan,
"Its chopsticks honey, we usually use this for eat, its like a tradition in here."
Paman Myun menjelaskan dengan maklum, beserta senyuman ketika melihat keponakannya bingung dengan kebiasaan makan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
"I can't use that."
"You'll used to use that later on, your prince will teach you how to use that."
Mata kelabu yang cantik itu kemudian melirik keberadaan lelaki yang berbeda dua tahun darinya, lelaki yang tengah menggunakan sumpit untuk makan itu membalas lirikan si mata kelabu lalu tersenyum,
"Just Sehun, my dad always tease you, just ignore that if you dont like it."
"Hm okay then, Sehun."
Manusia berambut pirang kemudian tersenyum, perasaan aneh muncul saat ia ingat jika sampai saat ini dirinya terus memanggil sepupunya itu dengan sebutan pangeran seperti yang selalu ia teriakkan saat berumur dirinya berumur lima.
Tidak sulit bagi sirambut pirang untuk ikut berbincang-bincang saat menyantap jamuan makan, karna semua orang yang duduk dimeja makan itu fasih dalam menggunakan bahasa internasional seperti yang dikuasai olehnya. Perbincangan nya masih seputar hal-hal biasa yang membosankan, Baekhyun kerap ditanyai seperti bagaimana kabarnya selama tigabelas tahun terakhir hidup di Amerika, bagaimana dia menjalani sekolahnya, bagaimana hubungan bersama teman-temannya dan masih banyak lagi layaknya Baekhyun adalah seseorang yang harus diwawancarai sebelum diterima disebuah intansi perusahaan.
"Uncle Myun says that you have a pet. Can I have it?"
Sebuah topik yang sangat ditunggu-tunggu oleh Baekhyun akhirnya berhasil ia tanyakan, Sehun selesai dengan seperangkat alat makannya kemudian memulai fokusnya yang baru pada Baekhyun yang membicarakan peliharaannya.
"You mean Vivi?"
"His name is Vivi?"
"Yes, his a Bichon Frise."
"Itu keren, bolehkah aku memilikinya?"
Anak anjing itu sepertinya menjadi satu-satunya perhatian yang bisa menarik minat Baekhyun, entah kenapa gadis rambut pirang itu terlihat benar-benar ingin memiliki anjing peliharaannya, Vivi.
"Tentusaja, kau bisa memilikinya. Lagipula Vivi membutuhkan seorang ibu. Terkadang aku terlalu sibuk hingga tidak bisa mengajaknya jalan-jalan."
"Kalau begitu anjing itu sudah menjadi milikku mulai dari sekarang."
"Kita bisa mengurusnya bersama-sama jika kau mau."
"Tidak, itu sudah menjadi milikku mulai sekarang."
Junmyeon dan juga istrinya saling bertukar pandang dalam diam, keponakannya itu sepertinya menginginkan sesuatu yang selanjutnya harus manjadi hak paten bagi Baekhyun,
"Baiklah, kalau begitu Vivi menjadi milikmu mulai dari sekarang."
Sudah seharusnya meskipun Baekhyun bukan adik kandungnya, Sehun harus menjadi pihak yang mengalah mulai dari sekarang, dan mungkin hingga seterusnya, membuatnya menjadi seorang kakak bagi seorang gadis remaja berumur delapan belas tahun berasal dari Amerika.
Baekhyun menatap layar ponselnya, sang penguasa fajar telah berganti menjadi rembulan yang masih dalam bentuk setengahnya yang cantik. Telunjuk lentiknya mematikan layar ponsel, mata kelabunya kini beralih pada langit-langit kamarnya dengan lapisan cat yang berbeda seperti kamarnya yang dulu. Tidak ada tempelan potret sang idola maupun lampu-lampu yang menempel menghiasi setiap sudut kamar, Baekhyun tidak terbiasa dengan tampilan kamar yang ditempatinya tampak polos tanpa hiasan.
Angin malam berhembus melalui celah-celah jendela kamar barunya. Manusia yang belum terlelap itu beranjak menghampiri bingkai jendela dan membuka bingkai persegi panjang itu hingga hembusan angin malam terasa menerpa permukaan kulit putihnya. Langit Seoul terlihat sama saja seperti langit Amerika. Hanya hamparan langit hitam tanpa bintang, luasnya langit hanya dihuni oleh si raja malam yang masih dalam bentuk setengah. Objek yang dilihatnya kini membuat manusia yang menyimpan kesedihan itu merenung dalam diam,
Baekhyun merindukan orang tuanya.
Ada perasaan sesak yang mendesak dalam dirinya untuk dikeluarkan, namun pada akhirnya hanya ada satu helaan nafas panjang yang dihasilkan.
Satu malam telah berlalu dengan cepat, Baekhyun terlelap dengan nyenyak melewati malamnya di tempat baru. Tidak ada hal spesial yang harus ia kerjakan sekarang, karna untuk seterusnya adalah Baekhyun yang pindah setelah lulus sekolah menengah atasnya sehingga ia tidak memiliki kewajiban untuk kembali bersekolah dipagi hari.
Satu kebiasaan yang ia bawa dari Amerika adalah dirinya yang gemar bangun pagi untuk berolah raga. Maka pagi-pagi sekali gadis berambut pirang itu sudah siap dengan rambutnya yang dikuncir, bagian atas tubuhnya hanya ditutupi oleh sebuah tanktop dan jaket supreme dengan sebuah celana olahraga pendek yang membungkus seperempat pahanya. Gadis berkuncir itu kemudian mendatangi dapur rumah pamannya untuk membuat secangkir susu panas. Aroma lain tercium dari dapur, Baekhyun berhenti mengaduk susu panasnya dan membiarkan asap yang mengepul dari permukaan susu itu menyatu dengan udara, sosok lelaki beraroma segar muncul dengan sebuah siulan saat menyadari jika lelaki itu tidak sendirian di dapur.
"Kau akan pergi kemana pagi-pagi sekali?"
"Jogging."
"With those cloth?"
"Yea, am I wearing something wrong?"
"Actually.. No."
"So?"
"Some people in here usually not wearing those cloth for jogging."
Si rambut pirang hanya mengangkat kedua pundaknya tak peduli kemudian meminum susu pagi harinya yang telah menghangat.
"I don't even care."
Sepupu laki-lakinya itu hanya bisa diam memperhatikan adik barunya yang tampak acuh bahkan saat ada orang yang memperhatikan gerak-geriknya. Bocah kecil itu hanya mendelikkan mata kelabunya saat penglihatannya melirik sosok lelaki yang hanya diam dan memperhatikan dirinya.
"Ingin kutemani?"
"Tidak perlu. Aku sudah memiliki janji dengan Vivi, urus aja urusanmu pangeran Hun."
Bocah tidak tau malu kemudian melenggang melewati pangeran tampan dengan tenang, menyimpan gelas cucian kotor pada wastafel tanpa mencucinya terlebih dahulu. Rambut pirang yang terkuncir itu kemudian pergi meninggalkan rumah, berjongkok didepan rumah peliharaan barunya dan menyapa seokor anak anjing berbulu putih.
"Hello there, from now you'll be my son and we'll playing together for a long time."
Baekhyun tersenyum tak seperti biasanya, sepertinya terlihat lebih menyenangkan berbicara dengan seekor anjing ketimbang dengan sosok manusia yang bisa merespon saat diajak bicara.
Seutas tali panjang dikaitkan pada sesuatu yang melingkar di leher anak anjing, benda yang manusia ciptakan sengaja untuk mengajak peliharaan mereka berjalan-jalan, bule itu kemudian mengajak mainan barunya untuk sekedar berjalan-jalan mengenal lingkungan baru yang dihuninya. Baekhyun membiarkan anjing berbulu putih untuk memimpin jalan, sepertinya hewan bergonggong itu sudah tau harus pergi kemana karna yang didatangi si gadis bule sekarang adalah sebuah lapangan dimana orang-orang melakukan berbagai kegiatan salah satunya berolah raga. Beberapa mata asing menelisik kehadiran Baekhyun ditengah kerumunan, orang-orang terlihat asing dengan kemunculan Baekhyun yang terlihat 'sedikit' berbeda dari orang-orang yang berada disana. Namun gadis itu seolah tak peduli dan memutuskan untuk melepaskan tali yang melingkar dileher anjing kecil, gadis itu kemudian menyumbat telinganya dengan sebuah alat bernama earphone, alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain. Anjing kecil mulai berlari mengikuti majikan barunya yang menggerakkan kakinya untuk mengelilingi lapangan. Tempatnya indah, udaranya segar, dan Baekhyun cukup senang karna lapangan ini tidak jauh dari kediaman pamannya.
Setengah lingkaran sudah terlewati, sebelum pada akhirnya Baekhyun merasakan keringat mulai mengucur membasahi perpotongan lehernya, yang juga mengalir membasahi keningnya. Anjing yang dengan setia mengikuti majikannya berhenti saat si gadis memilih untuk membeli sekaleng minuman yang menyegarkan.
Kembali netra kelabu itu melirik tempat yang sedang ia kunjungi, gadis itu memperhatikan beberapa orang yang asik berinteraksi dengan orang lain, setengah air yang berada dalam kaleng minumannya telah hilang, Baekhyun memilih untuk duduk dan bersantai dirumput lapangan, rumputnya hijau, dan yang terpenting cuacanya tidak terlalu panas.
Rasa geli mengelitik pahanya yang tidak tertutup kain celana, ternyata si anjing kecil mengenduskan hidungnya disana, memberikan sebuah kode untuk menarik perhatian majikan cantiknya. Anjing putih itu diangkat kemudian diletakan pada pangkuan paha putihnya, jemari lentiknya ia usapkan pada bulu-bulu lembut si anak anjing. Lapangan ini sepertinya masuk pada daftar tempat yang mungkin akan sering dikunjunginya dikemudian hari, terkadang Baekhyun senang berada ditempat dimana tidak ada seorangpun yang mengenal dirinya. Menikmati angin yang berhembus dipagi hari, Baekhyun merebahkan dirinya pada hamparan rumput hijau ditemani Vivi yang berkeliaran senang disekitarnya. Orang-orang disana tampak tak begitu peduli dengan perilaku Baekhyun, karna selain dirinya, tak banyak manusia lain yang melakukan hal yang sama, bahkan diantara mereka ada yang menggelar kain untuk menikmati bekal makan bersama keluarga besar mereka.
Enam puluh menit terasa begitu cepat saat Baekhyun secara samar-samar merasakan ponselnya bergetar dan berdering didalam saku jaketnya setelah ia memejamkan mata untuk beberapa saat, ketika dilihat tertera nomor tak dikenal dengan kode negara yang berbeda, tak pikir panjang Baekhyun segera mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal dan yang ia dengar pertama kali adalah suara seorang lelaki disebrang sana.
"Hey, where are you right now?"
"Who's this?"
"You don't save my number? Its your prince, Sehun."
"Oh."
"Oh?"
"What?"
Hening terdengar setelah Baekhyun berucap terakhir kali, lelaki disebrang sana tidak langsung berucap kata untuk selang beberapa detik,
"Apa semuanya baik-baik saja? Kau tidak kembali setelah satu jam keluar untuk joging, apa kau tersesat? Nyalakan GPS di ponselmu, aku akan segera menjemputmu sekarang."
"Untuk apa? Aku baik-baik saja, aku berada disebuah lapang dekat rumah, Vivi bersamaku, tidak perlu datang, aku akan pulang sekarang."
"Kau yakin? Tunggulah, aku akan segera kesana."
"Tidak perlu, aku tutup."
"Baek-"
Tidak menunggu hingga namanya benar-benar diucapkan, Baekhyun lebih dulu mengakhiri panggilannya lalu segera bangun dan duduk ditemani dengan suara gonggongan kecil dari Vivi menyambut majikannya yang kembali terbangun setelah sebelumnya Baekhyun tidak sengaja tertidur dilapang.
"Apa kau menunggu lama?"
Pertanyaan itu dijawab oleh satu gonggongan dengan ekor yang dikibaskan, Baekhyun tersenyum dan memberikan sebuah usakan pada kepala si anjing,
"Oke then, get up now, we're going home now, they already missing us."
Tubuh ramping itu segera berdiri diikuti dengan anjing kecilnya yang berlarian kecil memutari dirinya, kembali seutas tali Baekhyun kaitkan pada kalung si anak anjing sehingga ia bisa mengajaknya untuk kembali pulang, dengan patuh si anak anjing menunjukkan jalan agar pemilik barunya tidak tersesat.
Angin pagi kembali berhembus sedikit kencang dari sebelumnya, Vivi kembali bergonggong entah karena apa, namun tidak jauh dari pandangannya, Baekhyun melihat seorang lelaki berpakaian olahraga sama seperti dirinya, lelaki itu membawa peliharaannya, seekor anak anjing pudel dengan bulu warna hitam yang terlihat keriting,
Semakin dekat Baekhyun semakin jelas melihat perawakan lelaki yang berjalan berlawanan arah dengannya, Vivi semakin sering menggonggong, mungkin karna peliharaan itu berpapasan dengan species yang sama dengannya, namun yang anehnya adalah, sang pemilik anak anjing yang terus memusatkan pandangannya pada Baekhyun, lelaki itu memiliki perawakan yang tinggi, tidak seperti orang Asia pada biasanya, semakin dekat, Baekhyun bisa melihat jika lelaki itu memiliki warna iris yang sama sepertinya, kelabu. Rambutnya berwarna cokelat dengan bagian dahinya yang setengah tertutup rambut, lelaki itu mengenakan sebuah oversize hoodie berwarna hitam dengan celana training panjang, tidak ada alasan lain bagi Baekhyun untuk terus menatap orang asing yang hanya berpapasan dengannya, maka saat dua pasang mata kelabu itu bertatapan, Baekhyun segera memutus kontak mata pada detik kedua, menghiraukan orang yang selanjutnya berjalan melewati dirinya dan memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih lanjut.
Namun saat Baekhyun melanjutkan kembali langkah kakinya yang kelima, sebuah tangan lain menggenggam pergelangan tangannya yang tengah memegang dog leash, membuat Baekhyun tidak bisa melanjutkan langkah kakinya dan segera berbalik untuk melihat siapa orang yang menahan tangannya, dan saat ia menolehkan kepalanya, si lelaki bermata kelabu adalah pelakunya.
Lelaki yang barusaja berpapasan dengannya adalah orang yang menahan langkahnya, Baekhyun kembali melihat sosok itu lebih jelas dari beberapa detik yang lalu, raut wajah lelaki yang tak berekspresi dengan tatapan tajam dari mata kelabunya, matanya sedikit bulat, hidungnya mancung, bibinya terlihat penuh dengan belahan bibir bawahnya yang terlihat begitu sexy, kulitnya putih, secara keseluruhan paras itu terlihat rupawan dan tampan. Perawakannya bisa dibilang sangatlah tinggi bahkan mengalahkan tinggi badan sepupunya dirumah, angin pagi kembali berhembus terasa lebih kencang dari biasanya, Baekhyun terlalu bingung dengan situasi dan tatapan mata yang seolah-olah sedang mengunci dirinya, tidak ada yang berucap diantara keduanya, bahkan Vivi berhenti bergonggong tidak seperti sebelumnya, Baekhyun melakukan hal yang sama dengan si lelaki asing, rambut pirangnya tertiup angin, mata sipitnya menelisk, mewanti-wanti apa yang akan lelaki asing ini lakukan selanjutnya, namun suara berat yang tercipta dari kedua belah bibir sexy lelaki asing itu berhasil membuat Baekhyun bergetar dalam pendiriannya,
"Byun Baekhee?"
- To Be Continue –
Test!
Hallo semua! Biku is back!
Belum sepenuhnya back sih, sebenernya biku sekalian mau ngasih tau, biku sekarang lagi hiatus dikarenakan biku sedang menjalankan tugas yaitu mengabdi pada masyarakat atau bahasa kecenya itu KKN, sudah dari tanggal lima sih sebenernya, dan biku itu superrrrr sibuk, bahkan biku gasempet buka hape setiap harinya. Sekarang biku lagi pulang izin kerumah dan jujur biku udah gatel pengen ngetik cuman gaada waktu.
Jadi gimana? Ini ff baru pengganti BMWM yang sementara dipause dulu ya :
Biku gabisa lama-lama cuap-cuapnya, karna biku harus bobo, intinya pada mau dilanjut gak nih? Pusingkah? Ayo tinggalkan review mengenai pendapat kalian mengenai ff baru ini ~
Poster ff nya seperti biasa biku post di ig, sekalian follow yaa wkwk
IG: biikachu_
Doain biku sukses KKN nya, see you soon guysss, miss yaaa!
Sorry typo bertebaran, minim edit, penggunaan dan penulisan bahasa inggris masih acak-acakan :
See you soon setelah biku beres KKN teman-teman! 3
