Crimson pertama menatap kembarannya
Memandang ke bilik Pentacle
Menyelami sang mantan Sapphire
Dan imaji berputar di pecahan takdir
.
"Yeah, you are alive.
But not as a human. As a demon."
.
.
Break The Faith
Chap 1: That Butler, Return
Disclaimer: Kuroshitsuji from Yana Toboso
Warning:OOC (tidak akan lepas di fiksi ini), Typo, Canon Modified, position bender. Shounen-ai if you mind that. Don't Like Don't Read!
Break The Faith: 2011: M. Gabriella
~00F417H00~
"You made me laugh a while,
Sebastian."
~00F417H00~
MANOR HOUSE, LONDON. 7:00 P.M
CIP CIP CIP
SREK
"Good morning, Master."
Cahaya matahari menerobos melalui celah gorden. Yang sedari tadi dibuka oleh sosok berpakaian hitam. Kelabu mendominasi bagian kepala sang pembuka gorden. Penyapa dingin sang master yang bergerak dari tidur di ranjang mewahnya,
"Ya," jawab pelan dan singkat dari sang master. Pemuda seusia enam belas tahun yang berambut sekelam malam. Mata crimson miliknya menyusuri meja mini di sebelah kasurnya. Menggapai eyepatch penutup tanda di mata kanannya.
Sebuah pentacle.
Tanda kontrak.
Dan yang lebih penting, kontrak dengan demon. Lalu di mana demon itu?
"Hari ini saya menyediakan earl grey pengiring pagi anda. Selamat menikmati," ucap bocah―pemuda usia tiga belas― yang berambut kelabu tadi. Pakaian khusus miliknya berkibar pelan.
"Apa jadwal hari ini?" ucap sang pemilik crimson yang bergegas melakukan ritual paginya. Meminum teh yang telah disiapkan butler miliknya. Ya. Pemuda bermata sapphire tadi.
"Yang jelas, tidak ada yang spesial," ucap sang pemilik sapphire di hadapan masternya. Jawaban singkat yang menjurus ke kepergiannya. Menuju pintu dan membiarkan sang tuan muda mengganti pakaiannya. Trolly makanan yang butler shota ini bawa segera ia derek bersamanya.
.
Sebelum berhasil mencapai pintu, sang tuan muda menggumam pelan―
.
.
"Kelihatannya, kau cukup berbakat jadi butler, Ciel Phantomhive."
.
.
―dan setelah tutupan pintu, terdengar balasan pelan.
.
"It's our contract, Sebastian Michaelis."
.
"Baka akuma."
.
PRANG!
DOR!
BUM!
Hahaha... Rasanya kebiasaan tiga servants ini tak pernah berubah. Bunyi tidak mengenakkan mendominasi tiga wilayah. Dapur oleh Bard, Rak piring oleh Maylene, dan pastinya kebun oleh Finnian. Untunglah sang tukang minum teh cukup ber-hohoho ria.
"Tch, cukup diam saja, bisa?" ucap butler bermata sapphire yang kebetulan lewat. Well, bukan kebetulan. Keharusan.
"Ma-maaf Ciel," ucap Maylene pada sang pemuda pendek ini. Hanya ditanggapi putaran mata yang menambah rasa bersalah housemaid satu ini.
"Hei hei, kau ini. Tak perlu menghadiahi kedinginan kepada mereka, bukan?" potong sosok tuan muda rumah. Pemilik mata crimson yang telah selesai berpakaian ini menyusuri lorong besar mansion miliknya. Menemukan pertengkaran sehari-hari.
"Tapi―"
"Tapi mereka memang mengganggu, yah," ucap sang tuan muda dengan wajah datar. Memotong dan menanggaapi butlernya dengan baik. Yang dihadiahi senyum dingin pemilik sapphire itu.
Yah, sadar atau tidak, dunia serasa menjadi dingin sejenak. Tiga pelayan aneh plus butler tua tukang minum teh saja ikut diam. Biarkanlah mereka...
.
―Sebelum akhirnya keheningan pecah...
.
"Do it as you want, Ciel."
"Yes, My Lord."
MANOR HOUSE, LONDON. 5:00 P.M
TOK TOK TOK
"Masuk."
Panggilan dari dalam ruang kerja tuan muda Michaelis membuktikan sang butler dapat masuk. Kerja sang tuan muda terhenti sejenak. Menanti kabar yang akan dibawa oleh butler kecilnya itu.
"Ada kabar dari Ratu," ucap sang butler yang membawa surat bercap khusus dari kerajaan. Kelabu miliknya bergerak perlahan tertiup angin. Sapphirenya memandang lurus pada master di hadapannya.
"Ya. Kubaca segera," ucap sang tuan muda. Crimson miliknya bergerak seiring dengan tangannya yang membuka segel khusus kerajaan. Membaca perrlahan dengan gerak teratur. Gestur pelan dari kepalanya menggerakkan rambut ebony hitam miliknya.
"Kurasa ada kasus baru, Master. Apa akan segera diselidiki?" tanya sang butler. Senyum dingin menghiasi wajahnya. Senyum palsu. Membawa sedikit seringai pelan ―palsu― tentunya.
"Ya. Dan bisakah kau hentikan senyum dinginmu, Ciel? Aku cukup muak melihatnya," ucap datar sang tuan muda. Well, rasanya sesekali membalas perlakuan kaku butlernya itu memang perlu.
Dan suasana menghening saat sang tuan muda menggerakkan mata kirinya membaca surat sang Ratu Inggris.
.
.
"Jadi, bagaimana, Master?" tanya sang butler. Ukuran tubuhnya yang jauh lebih kecil dari Master yang ia layani cukup dipertanyakan. Sudah banyak orang mengira kalau sang butler sapphire di hadapannya adalah adik dari kepala keluarga Michaelis sekarang.
"Jack The Ripper. Dongen lama Inggris Kuno yang jadi kenyataan. Dan kau tahu apa yang harus kau lakukan, Ciel," lanjut sang tuan. Pekerjaan yang telah ia selesaikan segera ia kesampingkan ke sisi mejanya. Bersiap dengan mantel yang diambilkan butler miliknya barusan.
"Kau benar-benar seperti anjing bila mengenai urusan Ratu," seringai sang butler. Sebelum akhirnya mendapat lirikan tajam dari tuannya itu. Tuan kontraknya. Dan wajah datar kembali terpasang di wajah yang sebenarnya cukup terbilang imut.
"You know what will you do, Ciel," ujar sang master. Crimson menuntut kesetiaan dan kejujuran Sapphire. Yang mengaku tak akan pernah berbohong layaknya manusia.
"Of course my Lord," jawab butler kelabu ini. Mengekor di belakang tubuh tegap di hadapannya. Bersiap dalam segala kemungkinan yang melanda sang master. Mengingat posisinya di dunia depan dan dunia belakang.
"Jadi, apa yang kau tunggu? Ayo pergi, Ciel!" perintah sang master. Memerintah dengan senyum yang seperti dibuat-buat ―palsu― pada butler miliknya. Ya. Kepada butler yang sedang mengenakan kalung lehernya.
"Yes, My Lord."
.
.
Dan pintu tertutup seiring dengan kepergian dua makhluk berbeda. Crimson hitam yang diikuti sapphire kelabu. Layaknya bayangan sang tuan. Dan keduanya sadar, semua palsu. Palsu. Hanya sebuah kepalsuan dunia. Hingga waktu yang ditetapkan. Waktu yang ditetapkan untuk pembayaran. Pertukaran kontrak. Penyelesaian perjanjian.
.
Tiga tahun lalu menjadi titik balik dari semuanya. Kebakaran Mansion Michaelis menghapus senyum tulus dari sang tuan muda. Sebastian Michaelis.
Anak yang tersisa. Dari kebakaran yang entah bagaimana terjadi. Menyisakan insan muda yang menjadi makanan sehari-hari dunia belakang.
Siksaan dan darah mewarnai saat yang ―seharusnya― menjadi saat terakhir sang tuan muda.
Namun, Michaelis muda mengubah takdir. Memecahkannya. Menghancurkan roda dan rantai takdir.
Menurunkan sosok dengan mata sapphire dan rambut kelabu bersayap hitam. Dan satu-satunya yang diingat sang Michaelis muda, hanyalah seringai kelaparan sang makhluk.
"Wah, tuanku ternyata seperti ini. Tak kusangka kalau pada usia ini kau memanggilku."
Dan apa yang dilanjutkan oleh sang tuan muda sungguh merubah takdirnya. Menghancurkannya.
"It's an order. Kill them all!"
Darah penghinaan tak pernah lepas dari ingatan Michaelis muda. Namun yang ia ingat kini, adalah penghinaan yang dia berikan kepada orang yang telah menghancurkan senyumnya.
Dan menggantinya dengan sesuatu yang lain. Yang tak pernah dikenalnya sebelumnya.
Bukan kesedihan. Bukan kedukaan. Sesuatu yang lain.
Kepalsuan.
Dan cukup dengan tiga kata, takdir telah dirubah Sebastian Michaelis. Pemuda usia tiga belas tahun yang memberi seorang iblis eksistensi atas nama Ciel Phantomhive.
Dengan sebuah bayaran.
Price: Your soul.
"Yes, My Lord."
.
~suite~
A/N: Ha? Makin gaje aja. Lagi banyak ide di fandom ini. Anak fandom sebelah yang pada nyariin apdetan saya pasti bingung, saya ke mana rimbanya :p. Main bentar ah di sini! Hehe.
.
Maaf kalau pendek seperti JEMPANG ala 9D! Karena ini baru prolog. Hehe... #plak! Dan misterinya terasa? Minta maaf atas segala ke-OOC-an di sini. Saya sudah berusaha se-IC mungkin (_ _)a. Dan rasanya ini akan saya campur-campur antara anime dan manga. Suka-suka saya, kasusnya mau apa :p. Dan kuperingatkan, mungkin fict ini akan panjang. Tapi endingnya sudah pasti .
.
Kalo boleh, Review dibanyakin? Saya 'kan masih baru... #plak!
.
Akhir kata, REVIEW!
