My Adorable Boy
Cast:
Kim Ryeowook
Kim Jongwoon
And friends
Disclaimer: semua character punya TYME dan saya Cuma pinjem nama doang
Warning: OOC, BL, BxB, YAOI, Shou-ai, Miss Typo(s) berceceran. Silahkan keluar dari halaman ini jika tidak suka dengan PAIR yang ada. Tidak ada unsur pemaksaan untuk membaca cerita ini.
DON'T LIKE DON'T READ!
Happy Reading^^
.
.
.
"Hey Kim Ryeowook, ini kan hari libur. Setidaknya keluarlah untuk sekedar jalan-jalan."
Seorang pria dengan penampilan rapi –siap untuk pergi- berujar pada sosok lain di ruang tengah rumahnya. Sosok lain itu, Kim Ryeowook, tidak menanggapi. Hanya mengangkat bahunya acuh dan melanjutkan acara membacanya. Orang lain di ruangan itu, Hyungnya, menurutnya tidak lebih penting dari buku di tangannya.
"Ini kan liburan musim panas Wook. Setidaknya kau kan bisa pergi dengan Kibum atau Sungmin. Dari pada kau di rumah terus seharian."
Sang Hyung, Kim Jaejoong, berujar lagi. Kali ini tubuhnya sudah duduk di sofa tepat di samping adiknya.
"Kenapa aku harus? Lagi pula, karena ini musim panas, di luar sana pasti sangat panas. Lebih baik di rumah. Tidak akan membuatku kepanasan." Ryeowook berujar tak terlalu peduli.
"Ck. Setidaknya, sekali-kali kau juga harus pergi keluar. Bersenang senang sedikit. Eomma dan appa mencari uang bukan hanya untuk ditimbun di bank, kau tahu. Manfaatkan sedikit uang mereka yang menggunung sebagian di kartu atm-mu."ujar Jaejoong ngelantur.
"Yeah. Kau tidak lihat tumpukan buku di lemari buku di kamarku, Hyung? Aku sudah memanfaatkan sebagian uang mereka yang ada di atm-ku kan."
Dan Jaejoong benar-benar ingin menggetok kepala adiknya yang cuma satu itu.
"Tsk, kau ini. Atau setidaknya, ajak sesekali temanmu kemari. Eomma sampai berpikir apa kau ini tidak punya teman karena kau tidak pernah terlihat membawa teman kemari."
"Mereka hanya akan membuat rusuh kalau kuajak kemari, Hyung. Lagipula, itu karena memang eomma yang tidak tahu kalau aku terkadang juga pergi bersama teman-temanku. Sudahlah Hyung. Hyung juga lihat sendiri kan kalau aku masih punya teman. Lagipula bukannya Hyung mau pergi? Mau sampai kapan duduk disana? Dan aku akan pergi nanti. Tenang saja." Ryeowook menjelaskan dengan panjang lebar.
Jaejoong hanya bisa menghela nafas setelahnya. Kalau adiknya sudah bicara sepanjang itu, berarti dirinya memang sedang tidak ingin diganggu. Jaejoong sendiri heran dengan adiknya tiu. Dia bukan seorang introvert. Tapi kadang kelakuannya seperti seorang introvert. Ibunya bahkan sampai heran sendiri dengan kelakuan anaknya yang satu itu.
Dia ini kan masih duduk di tingkat dua senior high school. Biasanya, anak seumurannya itu suka bersenang-senang di waktu luang mereka. Pergi ke game center dan bermain sampai puas. Atau nongkrong ramai-ramai di café. Atau yeah, hal lain semacam itu. Kalau Ryeowook ini tidak. Dia mengikuti beberapa kegiatan club sekolah. Club seni yang terdiri dari beberapa cabang itu. Mulai dari seni music. Seni lukis. Belum lagi kelas drama. Ryeowook hampir setiap hari pulang sebelum jam makan malam. Mencoba menyaingi kesibukan orang tuanya. Ada beberapa saat dimana Ryeowook bahkan pulang setelah jam makan malam usai. Alasannya, kalau tidak kegiatan club ya berdiam diri dengan beberapa buku di sampingnya di perpustakaan kota. Dan akan berada di rumah seharian di hari libur.
"Baiklah, Hyung pergi dulu. Semoga harimu menyenangkan, Wook-ah." Jaejoong bangkit setelah mengucapkan kalimatnya.
"Yeah. Semoga harimu juga menyenangkan, Jae Hyung." Ryeowook membalas setelah Jaejoong meninggalkan ruangan tempatnya berada.
Ryeowook menghela nafas sebentar dan melirik jam tangan putih di pergelangan kirinya. Jam sebelas lebih dua puluh lima menit. Menatap datar ke depan sebelum menutup buku yang tadi di bacanya dan beranjak ke lantai dua menuju kamarnya berada. Mengganti bajunya yang santai dengan sebuah celana jeans hitam lalu kaos putih polos dan sweater bergaris hitam putih. Meraih tas punggungnya yang berwarna putih gading, lalu memasukkan buku yang tadi dibacanya dan ponsel beserta dompetnya. Ryeowook langsung pergi keluar dengan motor hitamnya setelah mengenakan helmet dan sneakers hitamnya. Meninggalkan sang bibi pengurus rumah yang menatapnya heran.
"Tumben sekali tuan muda Ryeowook keluar di hari yang panas begini?"gumamnya pada dirinya sendiri.
.
.
.
Ryeowook memang pergi keluar. Tapi tujuannya tetap tidak jauh-jauh dari kata 'menyejukkan' di siang yang panas ini. Karena disinilah Ryeowook berada sekarang. Di perpustakaan kota yang mewah dan ditemani dinginnya air conditioner. Bukan hal buruk, menurut Ryeowook. Ryeowook memilih untuk duduk di salah satu kursi yang ada di dekat jendela. Sejuknya air conditioner yang tidak jauh darinya dan cerahnya sinar mentari yang menembus jendela di sampingnya itu membuat Ryeowook semakin khusyuk membaca buku yang membahas tentang mitologi dewa yunani kuno di tangannya.
Greekkk
Bunyi bunyi bangku yang ditarik dengan pelan tidak membuat Ryeowook mengalihkan pandangannya. Nyatanya, bangku yang ditarik barusan itu tepat berada di seberangnya. Tubuhnya masih menyandar pada punggung kursi yang sudah tertimpa tas dan sweaternya sebelumnya. Kepalanya sedikit tertunduk menekuri tiap kata yang tercetak dengan tinta hitam diatas kertas berwarna sedikit kecoklatan itu, membuat helaian coklat rambutnya yang sedikit panjang menutupi dahinya. Pria lain yang duduk di seberang Ryeowook mengamatinya sebentar lalu tenggelam pula dalam buku seni di tangannya.
13:22
Ryeowook mengernyitkan dahinya sedikit setelah melihat angka yang ditunjukkan oleh jam tangan putih di pergelangan tangan kirinya. Berpikir sudah berapa lama dirinya duduk di sana. Menganggukkan kepalanya ketika telah menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri lalu menutup bukunya dan merenggangkan sedikit otot tangannya yang terasa sedikit kaku. Setelah menurunkan tangannya yang baru diangkatnya, Ryeowook jadi sedikit salah tingkah. Seorang pria duduk di hadapannya –seberangnya lebih tepatnya- dan tampak memperhatikannya dengan seksama. Biasanya Ryeowook akan mengabaikan orang yang memperhatikannya seperti itu. Bahkan meskipun orang yang memperhatikannya itu berubah jadi patung, Ryewoook juga biasanya tidak peduli. Tapi sekarang ini rasanya berbeda. Ryeowook merasa harus salah tingkah karena diperhatikan seperti itu. Dan ini untuk yang pertama kali dalam hidupnya.
"E-ehmm," Ryeowook berdehem pelan. Berusaha kembali seperti biasa. Juga mencoba, barangkali dehemannya mampu membuat pria di seberangnya itu berhenti menatapinya.
Dan hell.
Itu berhasil. Ini berita baik. Tapi berita buruknya, pria itu malah mengembangkan senyum yang sayangnya itu terlihat sangat mempesona. Bahkan Ryeowook yang tidak biasa dibuat terpesona dengan senyum orang lain kini malah jadi begitu terpesonanya karena senyum tipis –tidak terlalu tipis juga- yang sungguh memukau itu.
Ryeowook diam-diam kembali berdehem pelan dan membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering.
"Maaf, Tuan. Bisakah Tuan tidak memperhatikan saya seperti ingin menelan saya hidup-hidup seperti itu?"
Sejujurnya, Ryeowook tidak terbiasa membuka pembicaraan. Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada Jaejoong atau Ibunya kalau perlu. Bahkan Ibunya sampai dibuat bingung harus bicara apa kalau hanya sedang berdua dengan Ryeowook.
"Ah, maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman."
Lagi-lagi pria itu tersenyum. Ryeowook tiba-tiba dibuat gugup dengan itu.
"Gwaenchanha. Kalau begitu, saya permisi dulu."
Ryeowook membereskan buku yang belum selesai dibacanya dan kembali bersiap untuk pergi dari perpustakaan itu. Perutnya terasa lapar dan Ryeowook berpikir untuk pergi ke café langganannya setelah ini.
"Annyeonghasseyo."
Dan Ryeowook segera pergi dari sana setelah mengucap satu kalimat lagi untuk pria di depannya. Ryeowook memutuskan untuk meminjam buku yang belum selesai dibacanya itu dan memasukkannya ke dalam tas ketika seseorang menyentuh bahunya dari belakang. Ryeowook yang sudah hampir sampai di pintu itu menolehkan kepalanya sementara tangannya masih menutup resleting tas punggungnya.
"Oh?!"responnya terkejut.
"Hi,"
Oh! Ryeowook nyaris mengutuk suara baritone lembut yang terdengar berat itu. Tapi yang terucap dalam hatinya malah jadi pujian.
"Hi,"balas Ryeowook akhirnya setelah kembali menyandang tasnya dengan benar.
"Maaf, bisakah kalian tidak berdiri di depan pintu?"Pertanyaan berupa teguran itu menyadarkan keduanya kalau mereka masih berdiri di depan pintu yang tentu saja mengganggu untuk orang yang akan masuk ataupun keluar dari perpustakaan kota tersebut.
"Joeseonghabnida,"
Ryeowook meminta maaf dan segera menyingkir sementara pria satunya tampak menudukkan kepalanya tanda minta maaf dan mengikuti Ryeowook yang sudah hampir menaiki motornya.
"Hei,"
Ryeowook menghentikan kegiatannya dan menatap penuh tanya pada pria yang berdiri tepat di depan motornya.
"Boleh aku pergi bersamamu?"
Pria itu bertanya dengan tenang. Dan Ryeowook rasanya ingin menendang pria itu menjauh darinya. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan. Ryeowook menganggukkan kepalanya. Lalu pria itu segera pergi menuju motor sport-nya yang ternyata tidak jauh dari Ryeowook.
Motor merah pria itu mengiringi laju motor hitam Ryeowook sebelum kemudian kedua motor itu berhenti di depan sebuah café dengan cat merah yang tidak menyala dan ungu muda di sisi yang berbeda –kanan kiri pintu masuk-. Di atas pintu itu terdapat tulisan artistic 'Red Purple Café' dengan warna merah pada kata Red dan ungu pada kata Purple lalu hitam pada kata Café.
Sapaan manis terdengar ketika kedua pria itu baru saja melewati pintu masuk. Ryeowook memilih sebuah bangku untuk dua orang yang berada di pojok dekat jendela. Spot favorit Ryeowook, ngomong-ngomong. Setelah memesan milkshake coklat dan hot cappucinno, keduanya kembali terdiam. Sebenarnya, Ryeowook ingin sekali bertanya kenapa pria itu mengikutinya, tapi sekali lagi, Ryeowook tidak terbiasa memulai pembicaraan. Jadilah hanya kesunyian yang ada ditengah tengah mereka sekarang.
"Hai, namaku Kim Jongwoon. Kau?"
Tiba-tiba pria itu mengucapkan satu kalimat. Dan Ryeowook sudah tahu tujuan pria itu. Ingin berkenalan dengannya.
"Kim Ryeowook. Namaku Kim Ryeowook."balas Ryeowook dengan seulas senyum tipis.
"Kau mempesona, Ryeowook-ssi."
Untuk pertama kali dalam hidupnya. Baru kali ini ada seseorang yang mengatakan kalau Ryeowook mempesona. Bukan manis. Biasanya orang akan memujinya dengan kata laknat –menurut Ryeowook- itu. Ryeowook benci disebut manis karena menurutnya sendiri, dia itu tampan. Dilihat dari sudut manapun dirinya tetap pria. Jadi sudah pasti tampan. Padahal, yang benar memang begitu. Dilihat dari sudut manapun, Ryeowook tetap akan terlihat manis, cute, dan sebagainya. Hanya pada saat-saat tertentu saja Ryeowook bisa disebut tampan.
"Terima kasih, Jongwoon-ssi."balas Ryeowook dengan sebuah senyum tipis.
Sebenarnya, Ryeowook tidak tahu kalau kata memppesona itu memiliki banyak arti. Karena mempesona tidak berarti tampan kan meskippun itu ditujukan untuk seorang lelaki.
"Dan kau tampak cocok dengan suit-mu itu. Manis."
.
.
.
TBC
.
.
.
Hallllooooowwwww~~~ fict pertama Ichi di tahun 2014 . long time no see, guys. Miss u~~ * lol
Uffffff~ ini apaaaaaah? Omidat! Ichi gak tau ini tulisan macam apa. Jelek? Heeuuuu~~
Kalo jelek gak bakal Ichi lanjut deh. Huhuhu~
RnR?
Gak ada unsure pemaksaan untuk meninggalkan review. Hanya untuk yang bersedia dan sudi meninggalkan review buat Ichi aja. Isinya boleh berupa komentar atau kritik dan saran.
Pai pai~~~
