Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto seorang
Nani kore?
By kasumi Misuto
Summary: Dia memang clueless, polos dan tidak tahu menahu mengenai apa yang namanya cinta. Namun justru itu yang menjadi candu bagiku. Warning: yaoi + incest Sasusai.
.
.
.
Aku membuka mata dan mendengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin keras. Kurasa langkah itu berjalan menuju ke arahku (atau lebih tepatnya menuju ke kamarku). Aku segera menutupi seluruh tubuhku dengan selimut dari ujung kaki hingga ujung kepala. Bersiap-siap akan kejadian yang akan terjadi.
"Teme! Cepetan bangun! Mau sarapan nih!"
Aduh! Kepalaku hampir pecah ketika mendengar suara dari sang Naruto uzumaki yang merupakan tetangga asramaku. Gila! Aku jamin suaranya bakalan menggema di seluruh penjuru asrama laki-laki SMA Konoha.
"Iya! aku bangun!"
Aku segera bangkit dan berjalan dengan langkah gontai menuju ke kamar mandi umum. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul sempurna, aku segera membersihkan diri disana.
Aku berjalan menuju ke kamarku dengan hanya memakai handuk di pinggangku. Disini adalah asrama laki-laki. Jadi aku tidak khawatir jika terjadi hysteria mendadak. Bukannya sombong, tapi itu memang kenyataan.
Aku segera memakai seragamku dan ringtone handphone-ku berbunyi. aku segera menghampirinya dan menekan tombol 'call'. Suara yang muncul adalah suara Okaa-san yang sangat antusias. Kurasa hanya ada satu hal yang mampu membuat Okaa-san seperti itu.
"Sasuke, kau pulang sekolah nanti jemput Sai ya? Dia memutuskan untuk pulang dan Danzo-jisan juga memperbolehkannya."
Aku hanya menjawab 'hai'. Yah, karena alasan ekonomi kami harus 'berpisah'. Sai memang lebih memilih untuk tinggal di rumah Danzo-jiisan karena dia tidak mau membebani keluarga kami. Danzo-jiisan memang telah memberikan saran itu sebelumnya.
Itu terjadi ketika kami masih berumur dua belas tahun. Sekarang kami sudah kelas dua SMA. Aku segera bergegas menuju ke ruang makan. Disini terdapat delapan orang laki-laki (siswa) dan seorang guru bernama Hatake Kakashi.
Kami makan dalam diam. Yah, meskipun ada Naruto yang masih sibuk mengoceh mengenai tanda-tanda akan adanya penghuni baru asrama ini. setelah itu aku dan mereka segera berangkat ke sekolah.
Skip time
Saat ini aku sedang berada di bandara. Daritadi aku berputar-putar sambil menekan-nekan nomor telepon Sai namun tak ada jawaban. Aku masih saja berputar-putar hingga capek sendiri. Aku segera mampir ke tempat duduk di sekitar bandara dan menghempaskan tubuhku disitu.
Aku melihat ke arah jam digital di layar handphone-ku. Hingga terdengar sebuah pengumuman mengenai kedatangan sebuah pesawat dari Kumogakure. Kurasa itu adalah pesawat terakhir dari lima pesawat yang berasal dari tujuan yang sama. Aku segera bergegas lagi.
Aku sibuk berdesak-desakan dengan penjemput yang lain hingga aku merasa ada yang aneh….
Aku kecopetan!
Aku segera menoleh ke kiri dan ke kanan dan mendapati sang pelaku. Aku segera mengejarnya. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran hingga….
Brukkk!
"Aduh! Lepaskan aku bocah!"
"Niataneyo…"
Aku melihat tepat di depan mataku. Seorang remaja seumuranku yang sedang mengunci gerakan pencopet itu. aku memicingkan mataku melihat sosoknya yang familiar. Jangan-jangan dia adalah…..
"Onii-san…."ucapnya datar. Tangannya masih sibuk dengan pencopet itu namun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi yang berarti.
"Sai?"
….
"Sai….. okaerinasai….. kaa-san kangen sekali denganmu!"
Aku hanya tersenyum ketika Kaa-san memeluk Sai dengan sangat brutal. Sedangkan Tou-san hanya mengusap pundak Sai. aku merasa senang akhirnya keluarga kami bisa utuh seperti sediakala. Yah, perusahaan yang dibangun Tou-san dengan susah payah akhirnya memberikan buah yang manis.
Aku segera mohon pamit untuk kembali ke asrama. Mereka bertiga (Itachi-nii masih di luar kota untuk melanjutkan kuliahnya) segera melambaikan tangan ketika bus yang biasa aku tumpangi membawaku ke asrama.
Malam harinya…
Aku dikejutkan oleh suara ketukan dari arah luar. Karena sekarang adalah tugasku untuk 'jaga', maka aku segera berjalan menuju ke luar dan menemukan sai yang sedang berdiri sambil membawa sebuah koper. Aku memicingkan sebelah mataku. Ngapain dia disini?
"Aku mau sekolah sama satu asrama sama Nii-san….." ucapnya datar tanpa ekspresi….
He?!
"Kaa-san sudah setuju kok. Daritadi dia telepon dan sms tapi enggak kamu balas," ucapnya seraya menunjukkan handphone-nya. "Aku telepon juga enggak kamu balas."
"Gomen, tadi baterai handphone-ku low bat."
Tiba-tiba dia memeluk tubuhnya sendiri dan aku bisa melihat tubuhnya yang gemetaran. Aku segera menyuruhnya masuk ke dalam asrama. Karena seluruh penghuni asrama telah tidur, (termasuk Kakashi-sensei) maka aku menyuruhnya untuk tinggal di dalam kamarku dulu.
Aku menggelar futon di bawah untuk diriku sendiri dan aku menyuruh Sai untuk berbaring di atas tempat tidur. Dia hanya mengangguk dan segera melepas pakaiannya. Aku yang awalnya hanya berbaring sambil membaca buku mulai terkejut.
"Kenapa ganti baju?" tanyaku. Dia menoleh ke arahku sambil tersenyum.
"AKu mau ganti piyama."
"Oh…."
Dia berganti baju menghadap ke arah pintu. Yah, karena posisi kamar yang sempit membuatnya tidak ada jalan lain. Tempat tidur plus futon dan meja belajar beserta kursi yang dimasukkan ke dalam sudah membuat kamarku terasa penuh. Dia mulai membuka bajunya dan menghadap ke samping. Aku bisa melihat kulit putih susunya (yah, kulitnya sangat pucat seperti susu membuatku ingin mengulumnya).
Hey! Sasuke! Dia adikmu sendiri! Ngapain kau mikir yang begitu-begitu! Kau mau 'memakan' adikmu sendiri ya?!
Kali ini dia menarik kaosnya ke atas (hanya ada beberapa kancing di bagian atas kaos itu). memperlihatkan perutnya yang datar. tak ada tanda-tanda seperti otot perut bak lelaki biasanya. Ya tuhan… pikiranku mulai melayang lebih jauh…
Bagaimana jika aku melingkarkan tanganku di pinggangnya yang ramping? Menyesap bau khasnya lewat tengkuknya yang putih itu? lalu mendaratkan ciuman tepat di leher kanannya?
"hentikan!"
Aku terkejut mendengar ucapanku sendiri. Dia berbalik menatapku. Kedua tangannya menutupi bagian depan tubuhnya.
"Ngapain kamu nutupin tubuhmu begitu?!"
"Ano… tubuhku terlihat kurang laki. Jadi aku malu…. Kalau Onii-san mau lihat juga tidak apa-apa….." jawabnya innocent. Dia mulai merentangkan kedua tangannya. Aku segera menatap ke arah lain sambil melambai-lambaikan tangan kananku.
"Sudah cepat selesaikan ganti bajumu! Kau ini jadi laki-laki lemot sekali!" ucapku seraya menatap ke arah lain. Entah kenapa pipiku terasa memanas. Pasti karena efek 'kegiatan' yang kulihat tadi.
Dia segera mengganti bajunya dan melangkahi tubuhku menuju ke atas tempat tidur. Dia menoleh ke bawah dan tersenyum.
"Oyasuminasai, Onii-san!" ucapnya antusias bak anak kecil. Aku jadi berpikir apa yang telah Danzo lakukan pada Sai sehingga menjadi seperti ini. aku yang masih berbaring telungkup sambil mengetik di laptop hanya menjawab 'hn' padanya.
Dia segera kembali berbaring. Aku melihat kea rah jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Mungkin sudah saatnya untuk tidur. Meskipun aku berniat begadang karena besok adalah hari libur, tapi aku tidak mau mengganggu Sai. aku bangkit dari futon dan untuk melihat keadaannya, untuk beberapa saat aku merasa ingin sekali untuk…..
Wajahnya yang teduh, polos, dan…
Hentikan Sasuke! Dia adikmu sendiri!
Aku segera menutupi tubuhku dengan selimut. Dari ujung kaki hingga ujung rambut di kepalaku. Aku memejamkan mata erat-erat. Mencoba untuk menghilangkan apa yang berada di dalam kepalaku.
.
.
.
Tbc….
.
.
Author's note:
Waduh gimana nih? Bener-bener datar banget! *nangis gegulingan*. Gomen ne Potatostar, fanfic request Nabe-san jadi ancur begini…. Huwe…..
Ada yang mau review ga buat bikin fanfic ini berlanjut?
