Dahulu, aku takut dengan jeritan dan darah. Tapi, kali ini berubah ... aku tidak takut darah dan jeritan lagi, Jeritan bukanlah apa-apa. Jeritan adalah —melodi kematian, dan darah sebagai pelengkapnya.
Aku adalah perwujudan dari surga dan nerakamu ... mimpi burukmu yang menghantuimu, yang menjemputmu!
Maka, larilah jauh ... semakin jauh selama kau mampu. Tetapi, semakin kau lari menjauh percayalah ... aku akan selalu menemukanmu, mengejarmu dan semuanya berakhir.
Jadi ...
Apa kalian bersedia menjadi korbanku selanjutnya?
Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Story © UchiHaruno Misaki
AU/Misstypo(s)/EyD/Plot rush/Out of Character/etc.
Mysteri/Crime/Hurt/Comfort/Romance(?) maybe.
M for reasons
SasuSaku slight others pair
.
.
.
.
PURE IS MINE!
Dont like? Dont read!
-oOo-
Happy Reading
BAB 1
"Hai tampan!" sapa seorang wanita sexy pada seorang pemuda yang kini tengah bersandar pada mobil Volvo hitam mengkilapnya, pemuda itu hanya diam. Sedetik kemudian sang pemuda menarik pinggang bak gitar spanyol itu mendekat kearahnya.
"Ingin aku temani malam ini tampan?"
"Hn."
Wanita itu pun masuk ke mobil pemuda itu, tanpa wanita itu sadari pemuda yang telah ia rayu itu tengah menyeringai penuh nafsu seraya mengusap usap perutnya sendiri —entah karena apa— di luar mobilnya. Sebelum memasuki mobilnya itu, pemuda berparas 'wah' itu menyempatkan diri untuk menjilat bibirnya sendiri dan bergumam pelan setelah itu, dia pun pergi melesat menuju tempatnya dan tentu saja dengan seorang wanita yang tadi menyapanya (baca : menggodanya).
'Aku akan puas malam ini!'
.
Trak, trak!
Ckes, ckes!
Srek!
Bruk!
Tangan-tangan kekar itu dengan lihai memisahkan benda kenyal itu dari benda keras berwarna putih, namun bercak merah menyamarkan warna putih dari benda itu.
Ruangan gelap temaram minim akan cahaya lampu mau-pun bulan yang kini tengah bersinar terang di luar sana yang tak mampu menyinari ruangan itu. Bau anyir dan becek di lantai entah berwarna apa karena kini lantai itu berwanrna merah pekat, berdiri seseorang entah siapa tengah sibuk dengan aktivitas yang tengah dilakoninya itu.
Duak, duak!
Ckrek!
Tak, tak!
Daging-daging berwarna merah pekat itu kini telah terpotong rapih menjadi potongan potongan kecil. 4 buah pisau tajam yang telah kotor oleh cairan lengket itu ia simpan di wastafel. Setelah semua aktivitas-nya beres, seseorang itu mengambil atahu lebih tepatnya menengteng 'benda' di tangan kirinya, lalu melangkah menuju lemari pendingin yang berada tepat di pojok ruangan itu, ia membuka lemari pendingin itu dan menyimpan 'sesuatu' yang sedari tadi ia jambak.
Tunggu— ... jambak?
Hey, apa yang kalian pikirkan dengan satu deret kata itu? —Jambak? Apa yang tengah di jambak-nya itu? Bukankah kata —jambak sungguh familiar dengan err ... rambut? Dan—Oh ... sekarang apa yang kalian pikir dengan rambut? Rambut itu bukankah terletak di—
Seseorang itu memasukan benda berbentuk bulat berambut itu ke freezer untuk diawetkan. Benda? Apakah—
—kepala manusia pantas di sebut dengan benda?
.
oOo
.
"Selamat pagi Sasori-senpai!" teriak seorang gadis manis kepada senpai-nya yang tengah berjalan melewatinya itu. Sasori mendelik kepada gadis itu lalu menyentil jidat lebar gadis itu sedikit keras hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Aaa! Apa yang kaulakukan? Apa masalahmu?!" teriak gadis ber-name tag Haruno Sakura itu kepada Sasori yang kini menatapnya datar.
"Dasar Baka Imouto!" ujarnya bosan lalu berlalu begitu saja meninggalkan seorang Haruno Sakura yang kini tengah cengo tingkat dewa.
Sakura berlari mengejar Sasori yang kini tengah menuju ke kelasnya XII-9 yang terkenal dengan murid murid jenius itu. "Kya! Nii-chan tunggu aku! —haah, haah, haah,"
Sasori berhenti melangkah dan membalikan tubuhnya lalu melihat kearah Adiknya itu malas, "Cepatlah!" ujarnya datar.
"haah ... Nii-chan aku lelah, kau itu berjalan terlalu cepat! Aniki macam apa kau ini?" ujar Sakura seraya cemberut, Sasori memutar kedua bola matanya bosan.
"Kau itu sudah 16 tahun Sakura-chan, berhentilah bersikap kekanak-kanakan seperti itu!" ujar Sasori tegas seraya berjalan santai dengan Sakura yang tengah cemberut karena perkataannya itu berjalan disampingnya.
"Iya, iya aku mengerti. Tapi, Nii-ch— eh ... itu ada apa Nii-chan? Mengapa Siswa dan Siswi berkumpul di mading?" ujar Sakura teralihkan oleh sekumpulan para murid yang berkumpul —entah tengah apa— di depan sana.
Sasori mengangkat kedua bahunya acuh, karena kesal Sakura-pun menyeret Sasori kearah mading sekolahnya itu. Setelah sampai di sana, Sakura menerobos masuk untuk melihat apa yang ada di sana. Dan—
Namikaze Karin murid KIHS dari kelas XII-3 telah hilang dari tiga hari yang lalu, terakhir dia mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa dirinya meminta izin untuk menghadiri pesta ulang tahun sahabatnya di Club Malam senin kemarin. Namun sampai saat ini Namikaze Karin belum juga kembali. Saya selaku ketua Club Mading meminta Seluruh murid KIHS untuk mendo'akan teman kita ini semoga baik-baik saja di manapun ia berada dan kalian harus waspada akan sekitar kalian mulai sekarang, karena akhir-akhir ini kasus ini sering terjadi.
Sekian, Terima Kasih.
Sakura menatap lembaran itu datar, namun terlihat raut kesedihan, terkejut, tak percaya dan takut dari kedua bola mata seindah giok emerald itu, sedangkan Sasori menatap lembaran itu dengan ekspresi penuh arti namun sulit untuk diartikan.
.
"Nii-chan ...," lirih Sakura pada pemuda disampingnya itu, Sasori melirik ke arah Adiknya yang kini tengah menunduk. Sasori tahu Sakura tengah ketakutan sekarang.
Sret!
Tiba-tiba Sasori menarik pergelangan tangan Sakura dan membawanya keluar dari kerumunan para murid itu.
Tap, tap, tap!
Cklek!
Brug!
Di sinilah mereka di bawah langit mendung dengan gravitasi yang tidak bisa di anggap rendah. Ya, dimana lagi jika bukan di atap sekolah mereka. Keadaan hening menyelimuti kedua bersaudara itu.
"Sakura?"
"..."
"Hey Sakura?"
"..."
"YA! Haruno Sakura?!"
"Eh, ah a-ada apa Nii-chan?"
"Hn, kenapa kau melamun eh?" Sakura menunduk dan mencengkeram rok sekolahnya erat.
"A-aku takut, HUWAAAA Nii-chan! Bagaimana ini hikss, Ka-Karin dia ... di mana? Hikss!" Akhirnya pertahanan Sakura runtuh juga. Ya, sedari tadi Sakura menahan tangisannya, Namun nampaknya pertahanan seorang Haruno Sakura tak pernah kuat jika sudah dihadapkan dengan Nii-chan-nya itu. Sasori tersenyum kecil lalu—
Bruk!
—Memeluk Adiknya erat "Sudahlah jangan takut sayang, Nii-chan ada di sini untuk melindungimu, kau tenang saja. Nii-chan akan memperlakukan siapapun yang Nii-chan cintai dengan cara Nii-chan sendiri karena kau termasuk orang yang sangat Nii-chan cintai" ujar Sasori lembut, namun masih dengan ekspresi datar dan tatapan dingin khas-nya itu.
Sakura mengangguk dalam pelukan Nii-chan-nya itu, seakan teringat sesuatu Sakura-pun mendongkakan kepalanya dengan posisi masih memeluk Nii-chan-nya itu, "Oh iya Nii-chan, bukankah kau juga menghadiri pesta ulang tahun Tayuya-senpai di Club Night senin kemarin? Apa kau tak melihat Karin-senpai di sana? Dan lagi waktu itu kau pulang pagi bukan? Ini aneh."
Mendengar panturan spontan dari Adiknya, tiba-tiba saja tubuh Sasori menegang dan raut wajahnya-pun berubah menjadi lebih dingin. Sakura yang notabenenya polos dan tidak peka itu tidak menghiraukan perubahanan atmosfer di antara mereka, Sasori semakin mengeratkan pelukannya dan membisik tepat di telinga kiri Adiknya itu.
"Shhh ... semuanya akan baik-baik saja Sakura-chan dan kau tahu sendiri aku tidak pernah menghiraukan orang-orang di sekitarku jadi aku tak melihat Karin malam itu. Masalah kepulanganku, aku sedikit mabuk dan langsung pulang ke Apartemenku," bisiknya lirih. Akhirnya Sakura mengangguk di dalam dekapan Kakaknya itu, tanpa Sakura sadari Sasori dia—
—Menyeringai entah karena apa.
.
-oOo-
