Hatiku Tetap Dirimu
Disclaimer : Masashi Kishimoto
A/N: This is my first fic. Saya newbie di sini jadi mohon bimbingan dari seluruh senior yang sudah menjadi master dalam kepenulisan di FFn ini.
Semua chara milik Masashi-sensei dan cerita ini milik saya
Genre: Romance
Pairing: Neji and Tenten
Banyak terdapat typo(s), OOC (jelas), OC, kemungkinan gaje sangat besar jadi mohon bantuannya dengan read and review nya
Rainy Windstar presents:
Hatiku Tetap Dirimu
Chapter 1
Langit cerah memayungi kota Konoha di pagi menjelang siang itu. Tidak ada sedikitpun awan putih yang terlihat di sana. Jalanan kota tampak ramai dan tertib. Seorang gadis berambut cokelat duduk di salah satu kafe yang terlihat ramai itu. Di hadapannya terdapat banyak kertas-kertas yang berserakan tak beraturan. Sesekali gadis itu terlihat menghela napas panjang. Tak ada yang menyangkal kalau gadis dengan model rambut lucu, cepol dua itu, sedang stress mengahadapi pekerjaannya yang menumpuk.
"…..Minuman ini dibuat dari bahan-bahan herbal yang berkualitas tinggi, sehingga aman dikonsumsi dalam jangka panjang. Aku sudah membuktikan. Dan aku selalu sehat dan terus beraktifitas tanpa rasa capek," ucap seorang laki-laki rupawan berambut cokelat panjang sambil tersenyum kepada seluruh penonton. Semua orang tentu mengenalnya. Seorang aktor tampan bermarga Hyuuga, yang senyumannya sanggup membuat seluruh wanita di dunia ini terpana melihatnya. Pemuda berambut coklat itu bernama lengkap Hyuuga Neji. Aktor yang memang tidak diragukan lagi kualitas aktingnya. Yang sudah menggondol berbagai penghargaan di ajang award bergengsi. Berasal dari keluarga kaya raya, pemilik Hyuuga Family Corporation, yang mana membawahi beberapa perusahan besar di Jepang.
Gadis berambut coklat itu mendesah pelan ketika matanya tak sengaja menatap layar televisi yang ada di kafe itu. Lagi-lagi aktor itu, batinnya.
"Ini minuman favorit pesananmu Ten," ucap seorang gadis berambut pirang panjang diikat tinggi, sambil menyodorkan secangkir lemon tea kesukaan gadis bercepol dua itu.
"Terima kasih Ino," ucap si cepol sambil tersenyum. Matanya kembali menekuri kertas-kertas yang ada di hadapannya.
"Hyuuga Neji itu tampan ya," ucap Ino sambil manancapkan tatapannya pada layar televisi.
Tenten kembali mendongak dan melihat apa yang dilihat oleh sahabatnya itu. Ia sedikit mendengus kesal. "Hn," jawabnya pendek.
Entah mengapa ia merasa enggan setiap kali diajak membahas pemuda tampan itu. Apakah mungkin sesuatu yang terjadi antara dia dan pemuda itu di masa lalu? Tidak ada yang tahu. Dan hanya Tenten yang tahu. Gadis itu kembali pada kertas-kertas tercintanya sambil menyesap lemon teanya. Dia cukup tahu banyak tentang pemuda aktor itu, tanpa orang lain tahu. Seringnya acara-acara infotainment yang memberitakan berita tentang putra semata wayang Hyuuga Hizashi ini cukup untuk referensi Tenten. Ditambah lagi sahabatnya yang selalu up to date tentang aktor satu itu. Tenten menggelengkan kepalanya sejenak, mencoba mengusir pikiran-pikiran yang tidak perlu di otaknya. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan, masih banyak hal-hal yang penting yang perlu dipikirkannya, termasuk yang ada dihadapannya ini. Ia melihat kertas-kertas itu lagi dan mendesah.
Profesinya sebagai seorang interior desaigner, memaksanya bekerja keras dan memaksa otaknya untuk menelurkan pikiran-pikiran kreatif setiap harinya, untuk memenuhi permintaan klien. Klien-klien yang menginginkan keindahan dalam rumah mereka. Nilai estetika adalah hal yang utama yang selalu dipikirkan Tenten untuk merancang ruangan para kliennya. Untuk membuat mereka merasa senang dengan hasil karyanya bukanlah hal mudah. Tak jarang ia menerima permintaan yang nyeleneh dari para klien itu.
Tapi Tenten sangat bersyukur karena ia memiliki atasan yang sangat baik dan selalu membimbingnya. Atasan yang sudah ia anggap dan menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Atasan yang sudah seperti kakaknya sendiri yang selalu menghiburnya saat ia sedang berduka terutama setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya.
Tenten harus merasakan kesedihan ditinggal kedua orang tuanya ketika dia duduk di kelas dua SMA. Kedua orang tuanya dan dirinya terlibat kecelakaan ketika mereka akan berlibur ke Konoha kampung halaman mereka. Tenten selamat dalam insiden itu, namun ia harus menelan kenyataan pahit bahwa kedua orang tua yang sangat ia cintai telah meninggalkannya untuk selamanya. Sejak itulah Tenten hidup sendiri. Walaupun ada sahabat ayahnya yang bermaksud merawatnya dan menawarkan kepada Tenten untuk tinggal bersamanya, namun Tenten menolak. Ia memilih untuk tinggal sendiri dan melanjutkan SMA di Tokyo. Meskipun sering terasa berat, tapi Tenten mencoba untuk tegar menghadapi segalanya seorang diri.
Setelah lulus SMA, ia kembali ke Konoha, melanjutkan studinya sambil bekerja di perusahaan milik sahabat ayahnya. Dengan perjuangan kerasnya, Tenten berhasil menjadi seorang desainer interior yang berbakat di usaianya yang masih muda.
Lagi-lagi Tenten menghela napasnya.
"Nanti kembali ke kantor?" tanya Ino memecah keheningan di antara mereka.
"Iya tentu saja, banyak pekerjaan yang menungguku," jawab Tenten.
"Ten, bagaimana kabar bos tampanmu itu?"
Tenten mengangkat sebelah alisnya, "Bos tampan?" tanyanya heran.
"Iya."
"Maksudmu Kakashi nii-san? Kau menyukainya?" selidik Tenten dengan senyum jahilnya.
"Apa yang kau bilang Ten, aku kan sudah punya Sai, mana mungkin aku suka orang lain, apalagi dengan orang seaneh bosmu itu,"
"Hei dia itu bosku! Lalu ada apa, kau sepertinya ingin mengetahui sesuatu?"
"Bukan apa-apa, hanya saja aku penasaran dengan kalian berdua," ucap Ino yang sukses membuat kerutan di dahi Tenten.
"Kami? Ada apa dengan kami?" tanya Tenten polos.
Ino menghela napas, sedikit kesal karena sahabatnya itu kelewat polos.
"Apa kau tak pernah berpikir tentang perhatian bosmu itu kepadamu?" tanya Ino. Tenten hanya diam, dia tidak tahu harus berkata apa. Hanya kerutan di dahinya yang menjadi kode bagi Ino untuk memperjelas maksud perkataannya itu. "Tidakkah kau berpikir kalau dia itu menyukaimu Ten? Aku melihat tatapan yang berbeda ketika dia memandangmu. Dan tentu saja sifatnya berubah dari dingin menyebalkan itu menjadi begitu manis kalau ada di hadapanmu,"
Diam.
Hening.
Tenten tidak tahu harus berkata apa, tidak tahu harus bagaimana menanggapi penuturan yang dia anggap ngawur dari sahabat baiknya ini.
"Hahahahaha..."
"Kenapa kau tertawa Ten, ada yang lucu?" tanya Ino agak jengkel.
"Ma'af...ma'af. Kau aneh Ino, Kakashi nii-san itu sudah seperti kakakku sendiri, dan dia juga menganggapku sebagai adiknya sendiri. Apalagi mendiang Sakumo Jiisan dan mendiang ayahku bersahabat, jadi wajar saja kalau kami akrab," jawab Tenten sambil tersenyum geli. Ada-ada saja pemikiran sahabatnya ini.
"Tapi Ten, aku selalu merasa kalau perhatian Kakashi nii-san padamu, bukan sekedar kakak dan adik atau atasan dan bawahan. Dia menyukaimu sebagai seorang laki-laki dan perempuan," ucap Ino keras kepala.
"Sudahlah Ino, kau terlalu banyak menonton dorama romantis, jadi pikiranmu itu terkontaminasi dengan hal-hal yang berbau dorama," ucap Tenten sambil terkekeh pelan.
Ino mendengus kesal. Sebenarnya dari dulu ia merasa kalau bos Tenten itu memiliki perasaan spesial kepada sahabat cepolnya itu. Tapi setiap kali Ino menyadarkan itu semua, Tenten selalu mengelak, dengan bilang mereka cuma temanlah, seperti kakak adiklah. Tapi Ino tetap punya keyakinan itu dan suatu hari akan terbukti. Reputasinya sebagai ratu gosip dan ratu tebak dipertaruhkan.
'Lihat saja Ten suatu hari kau akan percaya kata-kataku,' batin Ino percaya diri.
"Ya sudahlah kalau kau tidak percaya kepadaku," putus Ino cemberut.
"Hei Ino sayang sahabatku paling cantik, jangan marah dong. Kami hanya sebatas itu," ucap Tenten sambil memeluk sahabatnya itu.
***O***
Setelah dari kafe Ino, Tenten kembali ke kantornya. Mobil mungilnya memasuki area parkir perusahaan Hatake Construction and Consultant tempatnya bekerja. Ia masih mengingat percakapannya dengan Ino barusan. Sejenak ia tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.
'Ino..Ino..ada-ada saja anak itu. Bagaimana mungkin Kakashi nii-san suka padaku,' Tenten membatin ketika mata indahnya menangkap sosok Kakashi dari kejauhan.
Gadis panda itu mendesah pelan saat menaruh tasnya di meja kerjanya.
"Tenten," sapa seseorang berambut perak yang tak lain adalah Kakashi. Tenten mendongak. Sebelum Tenten bertanya, Kakashi melanjutkan, "Bisa ke ruanganku sebentar ada yang ingin aku bicarakan soal pekerjaan."
Tenten hanya mengangguk dan mengikuti atasannya itu ke ruangan yang tak begitu jauh dari meja kerjanya.
"Begini Ten, tadi ada seorang klien yang menghubungiku. Ada temannya yang berniat merombak ruangan di rumahnya, bagaimana apa kau bisa menanganinya Ten?"
"Hmmm...sepertinya bisa. Beberapa proyek yang aku kerjakan juga sudah hampir beres semuanya," jawab Tenten.
"Ini kartu nama orang itu, kau bisa menghubunginya secepatnya, " ucap pria bemata heterochromia itu sambil menyodorkan kertas kecil kepada Tenten.
"Aburame Shino," baca Tenten. "Bukankah ini kenalan nii-san itu, yang renovasi rumahnya aku tangani beberapa bulan yang lalu?"
Kakashi mengangguk, "Iya dan dia sangat menyukai karya yang kau ciptakan itu. Dari itulah ia merekomendasikanmu kepada temannya."
"Baiklah aku akan menghubunginya," ucap Tenten sambil beranjak meninggalkan ruangan bosnya.
"Ten, " panggil Kakashi yang menbuat langkah Tenten terhenti. Ia membalikkan badannya dan menatap sang bos tampannya yang terlihat...nervous? Hei kenapa seorang Kakashi nervous? Ada apa?
"Iya."
"Em..itu..kau sudah makan siang?" tanya Kakashi agak gelagapan.
'Ada apa dengannya?' batin Tenten bingung.
"Iya tadi sempat mampir ke kafe milik Ino sehabis survey di rumah klien kita. Memangnya ada apa nii-san?"
"Ahh...tidak hanya saja tadinya aku mau mengajakmu makan siang di restoran baru di dekat sini, tapi ya sudahlah aku pesan saja."
"Apa perlu aku temani nii-san makan siang," ucap Tenten menggoda. Jika orang lain mendengar, pasti merekan akan mengira ada sesuatu spesial antara Kakashi dan Tenten. Tapi sebenarnya keakraban inilah yang selalu hadir antara mereka.
Kakashi mendengus sambil tertawa kecil, "Tidak usah, kau mau mengambil kesempatan melupakan pekerjaanmu eh?"
"Hahahaha...nii-san bisa saja. Tapi apa perlu aku pesankan atau aku belikan sesuatu untuk makan siangmu?"
Kakashi tersenyum atas perhatian Tenten kepadanya. Entah mengapa ia selalu merasa bahagia kalau Tenten memperhatikannya seperti ini. Apa karena dia...
"Nii-san?" Tenten membuyarkan lamunan Kakashi.
"Ah..tidak..tidak perlu kau repot seperti itu, kembali saja bekerja. Aku akan memesan sendiri."
Akhirnya Tenten meninggalkan ruangan itu dengan pertanyaan di benaknya atas sikap dan ekspresi yang tidak biasanya dari Kakashi. Sempat melintas pikiran seperti asumsi Ino yang membuatnya tertawa itu. Apa benar kalau bos yang sudah dianggap kakak sekaligus sahabatnya itu menyukainya. Tenten menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha menghalau pikiran aneh itu.
'Ino..kau sudah mencemari pikiranku,' dengus Tenten dalam hati, kesal.
***O***
Hari ini Tenten sedang duduk manis di sebuah restoran, menunggu seorang klien yang sudah merekomendasikannya kepada seseorang, yang Tenten belum tahu siapa. Rencananya hari ini, ia akan langsung ke rumah orang itu. Aburame-san sudah memberi tahunya kalau orang yang akan menjadi kliennya ini sangat sibuk, jadi Tenten harus menemuinya hari ini, karena entah kapan calon kliennya itu akan ada waktu luang lagi. Tenten heran sesibuk apakan calon kliennya ini, apa sih pekerjaannya?
Tenten kembali melirik jam tangannya sekilas. Sepuluh menit sudah ia menunggu, tapi batang hidung Aburame-san belum nampak. Dengan sabar Tenten mengutak-atik file pekerjaannya yang tersimpan dilaptopnya. Lumayan mengerjakan sesuatu daripada bengong.
Sejak kecil Tenten ingin berkecimpung dalam dunia yang digelutinya sekarang ini. Ia sangat kagum kepada sosok ayahnya, Mitsashi Akio, seorang arsitek handal. Beberapa bangunan megah di Konoha adalah hasil karyanya. Sedangkan ibunya, Mitsashi Anko adalah seorang desainer interior. Tentu saja Tenten sangat kagum dengan kedua orang tuanya itu. Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti jejak ibunya menjadi seorang desainer interior yang sangat berbakat.
Dan Tenten merasa berhutang budi juga kepada keluarga Hatake. Karena bimbingan dan dukungan merekalah, Tenten bisa menjadi seperti sekarang ini. Tenten tersenyum sekilas, mengingat perjuangan kerasnya untuk mendapatkan apa yang sudah diraihnya saat ini. Perjuangan yang dilaluinya sendirian tanpa kedua orang tuanya. Tak jarang Tenten menitikkan air matanya saat ia teringat dengan orang tuanya. Mereka tidak di sisi Tenten, saat Tenten meraih apa yang diimpikannya.
Tenten mendesah pelan. Mengingat kedua orang tuanya mengundang berbagai macam rasa di dalam hatinya.
"Mitsashi-san," sapa seseorang yang membuat Tenten membuyarkan lamunannya dan mendongak. Ia mendapati wajah tenang seorang pria yang memakai kacamata hitam. Tenten tersenyum sambil bangkit dari tempat duduknya dan mngulurkan tangannya.
"Aburame-san."
Pria itu tersenyum dan duduk berhadapan dengan Tenten.
"Ma'af sepertinya saya sangat terlambat."
"Ah..tidak masalah Aburame-san, saya juga belum lama sampai."
"Jangan terlalu formal Mitsashi-san, pangil saja Shino," ucap pria itu sambil menatap Tenten.
"Tentu kalau Anda juga memanggil saya Tenten."
Pria itu tersemyum, "Baiklah Tenten dan bagaimana kalau kita tidak ber-saya-anda tapi aku-kau saja? Bukankah kita seumuran dan sudah saling kenal?"
Tenten menyanggupi permintaan pria dihadapannya itu. Pria yang misterius tapi ramah dan penuh senyum.
"Jadi bagaimana? Kita bisa langsung ke sana?"
"Oh..tentu saja," ucap Tenten sambil mengemasi barang-barangnya dan beranjak dari restoran itu.
Mobil Tenten meluncur di jalanan mengikuti mobil Shino yang ada di depannya. Tenten mengamati jalanan yang ada di depannya dan juga mengamati sekelilingnya. Ia cukup mengenali daerah ini. Ini adalah kawasan elit yang terletak di pinggiran Konoha, yang dihuni oleh orang-orang berkantong tebal. Tenten makin penasaran dengan calon kliennya ini. Pasti kliennya adalah orang yang cukup mentereng dan kaya raya tentunya. Bisa jadi dia seorang pejabat pemerintahan, pengusaha atau bahkan artis. Tenten pernah mendengar kalau ada artis yang tinggal di kawasan ini, tapi siapa dia, Tenten tidak tahu. Memang sih para selebritis lebih suka tinggal di kawasan Konoha Barat yang mana menjadi pusat hiburan, daripada tinggal di kawasan pinggiran seperti di sini. Meskipun kawasan ini berlabel elit.
Mobil Shino masuk di halaman rumah yang kelihatannya sengaja di buka. Tenten memandang rumah itu. Sekilas pandang rumah itu tampak sederhana dan biasa saja. Tetapi ketika dicermati, rumah itu memiliki gaya arsitektur yang indah dan rumit, yang pastinya biaya yang dikeluarkan tidak bisa disebut "sederhana".
Tenten mengikuti Shino turun dari mobil dan mengikuti pria itu. Tenten masuk ke dalam rumah itu.
"Ini rumah yang aku ceritakan semalam Ten," ucap Shino. Tenten hanya terdiam. Shino sudah menceritakan sedikit tentang rumah ini. Rumah yang baru selesai direnovasi dan pemiliknya ingin interior di dalamnya terlihat nyaman dan elegan serta unik. Ingin suasana yang baru, menurut Shino.
"Sebentar lagi klienmu akan segera datang."
Selesai Shino berkata demikian, muncullah seorang pria tinggi berambut panjang yang datang dari dalam rumah. Tenten terkesiap melihat pemuda itu. Mata lavender itu, rambut panjang berwarna cokelat itu.
'Hyuuga Neji?'
To Be Continued...
Bagaimana minna-san? Gaje kah atau malah super gajekah? Ditunggu reviewnya ya
Terima kasih atas kesediaan membaca dan mereview fic saya
