Tak bisa Kaneki pungkiri, hatinya masih tertuju pada Rize.

.

.

.

Ishida Sui

Still

.

.

Masih.

Entah untuk alasan apa, perasaan itu tak kunjung enyah dari sanubarinya.

Maksudku ―jika kau seorang pria― tertarik pada wanita, jatuh cinta, namun berakhir tragis dimana kau hampir jadi santapannya secara literal; rasanya tidak masuk akal jika kau masih mampu mencintainya.

Adalah Kaneki Ken, manusia setengah ghoul; yang disebut sebagai musuh homo sapiens saat ini akibat aksinya sebagai 'penutup mata'. Makhluk yang tidak bisa makan selain daging manusia ―atau darah hewan jika mepet. Tidak mudah awalnya, namun ia terbiasa.

Jika ada yang harus terluka, maka itu adalah dirinya ―bukan orang lain.

Kaneki menyusun kepingan memori kala ia disandera Jason dan dijadikan objek mutilasi berkali-kali walau ia mampu beregenerasi. Bukan hanya itu. Sebenarnya enggan menyebut, tapi tolong, bayangkan bagaimana rasanya jari kakimu dipotong? Atau jika telingamu kemasukan lipan? Oh, ralat. Sengaja dimasukkan seekor lipan menggelitik gendang telingamu.

Geli? Sakit? Yang mana?

Rize memberinya kata-kata, yang tak ia sangka; jangan terlalu baik pada siapapun. Memutar waktu dalam alam bawah sadar tentang ia dan sang ibu di masa lalu. Kaneki terlalu menyayangkan kenyataan. Mengapa harus ibunya?

Jika ada yang terluka, haruslah ia.

Apa itu orang baik? Apa itu orang jahat?

Kaneki yakin ia telah menjadi orang baik, dengan tidak ikut campur masalah orang dan mengalihkannya pada pusaran sastra. Namun semenjak menjadi setengah ghoul, semua berbeda. Dunia terlihat begitu kejam dari satu sudut pandang. Dan ia merasa, ia tidak lagi menjadi orang baik; jikalau baik hanya menurut opini pribadi untuk menyombongkan eksistensi.

Ah, mari kembali ke Rize.

Ya, Kaneki masih mencintai wanita dengan helai ungu panjang itu. Tatapannya begitu memikat. Walau Kaneki sendiri kurang begitu yakin, namun rasa itu masih terselip, begitu hangat. Juga lembut, seperti ibunya.

Apakah pertemuannya dengan Rize sudah ditakdirkan? Atau hanya kebetulan semata?

Pertanyaannya adalah; kenapa harus Rize? Kenapa ia merasakan debar jantung luar biasa ketika pertama kali bertemu wanita itu?

Kenapa?

Kenapa ia tidak jatuh cinta dengan perempuan atau wanita lain, masih menjadi misteri.

Kadang, mereka saling menyapa dan mengobrol sedikit dalam mimpi. Rize tidak mengerikan dalam bunga tidurnya. Wanita itu terus tersenyum dan memberikannya racun berupa selaksa kata hingga membuat Kaneki selalu merasakan kembali jatuh hati seperti pertama kali. Ia tidak bosan dan menyukainya. Menganggapnya sebagai ekstasi sepihak.

Mereka tidak normal. Rize si pelahap rakus, juga Kaneki yang entah mengapa dijadikan objek sebagai ghoul dengan transplatansi organ Rize.

Karena ketidaknormalan itulah, mereka merasa normal saja dalam dunia yang mereka ciptakan sendiri tanpa batasan.

Seburuk apapun Kamishiro Rize, atau seburuk apapun dirinya di masa lalu, Kaneki bisa menerimanya.

Ya, menerima.

Bukankah ghoul dan manusia hanya harus menerima keberadaan masing-masing dan menyadari hakikatnya?

Ia hanya harus menerimanya.

Meski itu berarti menerima fakta memilukan bahwa seorang Kaneki Ken masih mencintai Kamishiro Rize ―entah hingga kapan.

Selamanya, mungkin?

Fin/?