Description

Maybe Hanbin works too hard and thinks too much.

While Jiwon loves too much and shows too little.


Chapter 1

Langkahnya menggema di koridor menuju salah satu tempat untuk membuat lagu di gedung perusahaan yang menaunginya. 04.17 AM dikatakan jam tangannya. Siapa yang bekerja dari pagi hingga pagi. Oh, jawabannya orang yang menjadi alasan ia masuk ke gedung dunia entertain ini. Kim sialan Hanbin.

Nyawanya terasa sudah hampir keluar dari tubuhnya. Sialnya, terasa sangat jauh mencapai ruangan terkutuk itu. Jiwon tak henti-hentinya mengumpat. Salahkan gedung ini yang memiliki ruangan yang mirip, pintu yang sama, jalan yang beliku, salahkan kantuknya yang datang tak diundang dan salahkan Hanbin yang masih bekerja di jam yang –Jiwon mengumpat untuk kesekiankalinya- ia akan menyeret Hanbin pulang dengan cara terkasar yang pernah ada.

Duk

Pintu yang cukup membuat Jiwon, yang hampir menutup matanya, tersadar.

Membuka pintu, masuk lantas sedikit membantingnya –ia tidak menaruh peduli pada apapun sekarang- ia berbalik hanya untuk menemukan Hanbin pada pantulan kaca. Dengan tatapan nyaris tewas, bolpoint micky mouse di genggaman tangannya, mata merahnya tidak lebih baik dari hari-hari biasanya ia lihat. Apakah yang ia lihat bukan zombie.

"Berhenti, Hanbin".

Mendongak. Tatapan mereka bertemu. Mereka melihat pantulan satu sama lain pada cermin. Dan detik itulah Jiwon tahu. Perasaan sedikit lega mengisi lorong dadanya melihat Hanbin belum mati karena over-worked.

Jiwon membawa tubunyanya mendekat. Satu tangannya mengambil bolpoint micky mouse sialan itu paksa. Satu tangannya membekap Hanbin untuk tidak berontak.

"Lets continue this sh*t tomorrow"

Dengan menggeser kursi yang Hanbin duduki ke pinggir ruangan. Ia menyimpan file milik Hanbin dengan baik –ia menahan segala keinginan untuk tidak mematikan computer didepannya secara paksa-.

Hanbin berdiri tepat didetik Jiwon men-click shut down.

"Kimbab…the fu*k are you doing". Jiwon mengantongi handphone Hanbin serta barang lain milik si leader tak tahu waktu. Berbalik. Jiwon menggenggam tangan Hanbin. Menyeretnya keluar sebelum yang lebih muda memberontak.

Sampai di jalan. Hanbin merinding dan meringis. Jiwon baru menyadari ia meninggalkan jacket Hanbin didalam. Jiwon memutus kontak tangan mereka untuk melepas sweaternya. Hanbin menaikkan alis, diam saat Jiwon mulai memakaikannya sweater. Menggenggam tangan Hanbin lagi lantas melanjutkan perjalanan pulang.

"Kimbab".

"Apa".

"Kenapa kau lakukan ini".

"Menurutmu".

"Ayolah, kau tidak seharusnya menyeretku pulang seperti ini".

"Berhenti bicara, Hanbin".

Hanbin mengerutkan alis matanya dan memajukan bibirnya. Sial, galak sekali dia.

.

.

.

Jiwon tidak membuang banyak waktu untuk memasuki dorm iKon disambung memasuki kamar mandi dalam selang 7 detik. Dan Hanbin baru menapakkan kakinya selepas melepas sepatunya. Seluruh ruangan sudah gelap. Pikiran Hanbin melayang pada; apa saja yang member lain makan saat makan malam, apakah semuanya latihan dengan baik hari ini, apakah skill maknae kesayangannya mengingkat dan Hanbin lanjutkan sampai bokongnya akhirnya menduduki kasurnya yang empuk. Detik berikutnya punggungnya juga menyentuh kasur.

Memikirkan iKon seperti tak memiliki ujung; tanggal debut, lagu, album, solo, konsep, music video, konser, fans, haters –ia larut pada pikirannya dan pandangannya seperti bisa menembus langit- langit. Sampai dingin dan basahnya telapak tangan Jiwon menyapa satu tangannya. Jiwon baru saja selesai mandi.

"Bersihkan dirimu dan tidur". Jiwon mengomando dan Hanbin bangun dengan lemas. Setengah hati ia memasuki kamar mandi. Hanbin mulai melucuti pakaiannya. Dan Diam. Ia menatap sweater Jiwon yang baru saja ia lepas.

Jiwon, bagaimana cara mendeskripsikannya.

Ia orang yang ceria –semua orang tahu itu- dan energinya sangat memengaruhi orang disekitarnya. Semua orang juga tahu itu.

Tapi apa Hanbin salah jika ia melihat sisi Jiwon yang – Hanbin mencari kata yang pas untuk menjelaskan Jiwon. Ia baik, pada dirinya dan juga yang lain. Ia peduli, pada dirinya dan juga yang lain. Ia asik, pada dirinya dan juga yang lain. Ia protective, pada dirinya –dan tidak untuk yang lain. Ia menatap dirinya berbeda dengan yang lain. Ia berbica, memerintah, mengawasi dan itu semua berbeda perlakuannya pada yang lain. Detik itu, Hanbin menyangkal segala kemungkinan hal yang ia duga dari Jiwon.

Dan membuang pemikiran itu bersama air yang mengalir.

.

.

.

Hanbin keluar hanya dengan handuk –kali ini melilit di pinggangnya bukan di dadanya. Melihat Jiwon yang sudah terlelap di ranjangnya. Ini pasti salahnya membuat yang lebih tua lelah mencarinya, mengkhawatirkannya.

Khawatir?

Jiwon mengkhawatirkannya.

Atau hanya memastikan Hanbin untuk tidak pulang lebih pagi.

Hanbin menyangkal, menyangkal bahwa ada sisi kecil dirinya yang mengharapkan.

Merepotkan sekali, bahkan saat matahari nyaris terbit –dan dirinya belum tidur sedetik pun, otaknya masih sempat memikirkan hal-hal ini. Hanbin lantas menanam tubuhnya di ranjangnya. Pagi itu Hanbin tertidur hanya dengan handuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

.

.

.

10.34 AM

Jinhwan, Junhoe, Donghyuk, Yunhyeong, Chanwoo berdiri didepan pintu kamar kedua rapper seperti menunggu panggilan dokter. Mereka bahkan terlihat siap menghadapi hari ini, hanya saja Jiwon dan Hanbin belum terlihat eksistensinya pagi ini.

Donghyuk dan Yunhyeong sudah mengintip kamar mereka, hanya untuk menemukan keduanya masih terlelap. Sempat terpikir oleh Yunhyeong membangunkan keduanya, sebelum Junhoe masuk dan melihat secara dekat. Melihat sebenarnya Hanbin tidak memakai pakaian sama sekali di balik selimut handuk miliknya.

"Semua, sebaiknya kita sarapan tanpa mereka. Mereka terlihat lelah" Hanya yang Junhoe katakan setelah sebelumnya menutup pintu. Mengabaikan semua pandangan dan kerutan dahi yang dilayangkan padanya. Ia melangkah ke meja makan dimana sarapan mereka hampir mendingin. Yang lain mengikut. Lantas duduk dan memulai sarapan.

"Apa Hanbin hyung tidak apa?" Chanwoo tidak bisa menahan kekhawatirannya pada hyung spesialnya itu. "Jiwon hyung juga". Lanjutnya dengan wajah memelas. Kepalanya tertunduk menatap sarapannya yang belum selesai.

"Mereka mungkin baru pulang dini hari. Itu hal yang lumrah". Sambil mengelus pundak yang termuda, Jinhwan memberikan tatapan terbijak yang bisa ia berikan. Jinhwan tidak bisa membiarkan yang lain ikut cemas. Ia yang tertua dan ia yang kenal lebih tentang mereka.

Junhoe berdiri.

"Semua, cepat selesaikan sarapan kalian. Kita akan pergi latihan tanpa mereka hari ini". Dan melengos pergi.

Hanya untuk dibalas oleh tatapan tidak mengerti – dan mereka menuruti perkataan leader untuk sesaat itu.

.

.

.

Jiwon mengernyit sebelum membuka kelopak matanya –dan menutupnya lagi. Cahaya pagi kali ini terlalu kuat dan Jiwon mempertanyakan dan menduga apa ini sudah siang. Menggeram, menguap dan mendudukkan tubuhnya. Ia menengok pada jam diatas night stand samping tempat tidurnya.

00.12 PM. Yang artinya jam 12 lewat 12 menit di siang hari.

Di siang hari.

'F*CK WHAT'

Dan detik berikutnya ia beranjak –mengabaikan pusing yang menyerang dengan tiba-tiba saat ia berdiri- ia mencari semua member di penjuru dorm yang entah Jiwon rasa melebar ini. Jiwon menerka, yang lain pasti sedang latihan. Tanpa membangunkan dirinya bersama Hanbin karena rasa kasihan.

.

Wait, Hanbin?

Jiwon melangkah cepat kembali ke kamarnya. Tidak sengaja membuka pintu terlalu kencang –bahkan pintu malang itu memantul. Menghasilkan suara gaduh.

Disana Jiwon melihat Hanbin. Masih di ranjang miliknya. Baru membuka matanya –ia pasti terbangun oleh suara pintu yang dibanting Jiwon. Dan itu semua normal kecuali fakta bahwa Kim Hanbin terlambat bangun dan hanya tertutup oleh handuk. What even-

"Hanbin"

Yang lebih muda mendudukkan dirinya. Membuat handuk –satu satunya penutup tubuhnya tersingkap- jatuh ke samping tubuhnya. Untuk pertama kalinya dalam hidup Jiwon, ia melihat seorang tanpa busana secara langsung.

Dan terlihat sangat indah.


Salam Kenal! :) -Athrus