Fourteen Days
Kuroko no Basuke fanfiction
Kasamatsu Yukio/OC
Day 1: Locker Room
Fujimaki Tadatoshi is the rightful owner of Kuroko no Basuke and its characters. I own nothing except the OC and story plot.
Ruang loker klub basket SMA Kaijou terlihat lengang. Sebagian besar anggota klub sudah pulang, menyisakan sang kapten seorang yang tengah merenung di depan lokernya. Memikirkan tentang pertandingan perempat final Interhigh yang semakin mendekat. Kasamatsu Yukio sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan membawa Kaijou menjadi pemenang Interhigh tahun ini, apapun yang terjadi.
"Kau masih di sini, Kasamatsu-senpai?"
Kasamatsu menoleh ketika mendengar ada yang memanggilnya. Matanya agak terbelalak ketika tahu siapa yang baru saja memanggilnya; mendadak dia berubah gugup dan lidahnya terasa kelu hingga membuatnya terbata-bata. "S-S-Sakamoto…!"
Manajer klub basket, Sakamoto Chikane, mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum meledek ketika melihat perubahan pada diri Kasamatsu. "Pht. Kau tidak berubah, senpai. Masih saja seperti itu di depan seorang gadis."
Chikane masuk ke dalam, tidak mengindahkan Kasamatsu yang tiba-tiba saja berubah jadi patung. Gadis itu menaruh setumpuk kertas di meja dan kemudian berkata, "Ini jadwal serta menu latihan yang sudah disusun oleh pelatih, jadwal pertandingan, daftar obat-obatan serta suplemen yang harus dibeli, serta jadwal check-up—hei, kau dengar aku, Kasamatsu-senpai?"
Kasamatsu tersentak kaget. "A-ah… Kau bilang apa, tadi?"
"Huuh! Serius sedikit dong, senpai! Aku sudah bicara banyak dan kau sama sekali tidak mendengarkanku!" Chikane menggembungkan pipinya. "Baiklah, aku ulangi. Tapi dengarkan baik-baik! Ini jadwal dan menu latihan yang sudah disusun pelatih, jadwal pertandingan Interhigh, daftar obat-obatan dan suplemen yang harus dibeli, dan jadwal check-up kesehatan. Sudah jelas? Kau dengar aku, 'kan, Kasamatsu-senpai?"
Kasamatsu mengangguk. "T-t-terima kasih… sudah mem-memberitahuku…"
"Tadinya aku mau membagikan ini langsung pada tiap anggota, tapi mereka malah sudah pulang. Ya sudahlah, biar kubagikan besok pagi saja," Chikane mengangkat bahu. "Apa kau masih ada urusan di sekolah, senpai? Kalau iya, aku pulang duluan."
"T-t-tunggu, Sakamoto…!"
Chikane berbalik. "Ada apa, Kasamatsu-senpai?"
"Ano… a-ada yang ingin… kukatakan padamu," Kasamatsu menelan ludah. Berusaha membuang kegugupan serta rasa malunya jauh-jauh. Yang dia butuhkan saat ini adalah keberanian. "S-sebentar saja, tidak apa-apa, 'kan…?"
"Ya, silakan saja. Apa yang ingin kau katakan, senpai?"
Chikane menatap Kasamatsu dengan sedikit bingung. Kasamatsu tahu, gadis itu menunggu. Kasamatsu pun tahu, dia seharusnya segera mengucapkan apa yang ingin diucapkannya, namun apa daya; lidahnya kembali kelu, dan tak ada sepatah kata pun terucap darinya. Mereka hanya saling berpandangan dalam sunyi.
"Kasamatsu-senpai?"
"S-Sakamoto…" Kasamatsu mengepalkan tangannya. Dia harus mengatakannya sebelum dia menyesal seumur hidup. "A-ano… Sakamoto… k-kalau Kaijou berhasil k-keluar sebagai... pemenang Interhigh tahun ini…"
"Hmm?"
"K-kalau Kaijou berhasil menang… a-aku… kau…"
Bunyi dering ponsel milik Chikane mengagetkan mereka berdua. Chikane langsung mengambil ponselnya dan bicara sejenak pada orang di telepon, sementara Kasamatsu merutuk dalam hati.
"Aah, kakakku sudah ada di depan gerbang. Kalau begitu, aku duluan ya, senpai!" Chikane kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Jangan pulang kemalaman, perempat final Interhigh sudah di depan mata! Mata ne, Kasamatsu-senpai!"
Chikane berlari keluar dengan terburu-buru. Kasamatsu bengong sejenak, lalu menghela napas panjang.
Kalimat yang hendak dia ucapkan setelah berhari-hari latihan jadi sia-sia, tapi Kasamatsu tidak kecewa. Dia tahu, masih banyak waktu untuk mereka berdua.
Masih ada banyak kesempatan baginya untuk mengungkapkan isi hati pada gadis teman masa kecilnya itu.
