Ini ff terinspirasi dari criminal minds sama mentalist, plot dan karakter udah kumodifikasi
MAIN CAST: Jeon Jungkook/Kim Seokjin/Park Jimin/Jung Hoseok/Kim Taehyung
OTHER: Min Yoongi/Kim Namjoon (yah mereka cukup main juga sih)
SHIP: Jikook/Taekook/Jinkook/Hopekook/Yoonkook/semuanya yang sama Jk deh
RATE: M
Warning: banyak adegan kekerasan, adegan pembunuhannya ga terlalu dikeliatanin sih, kata kata kasar maybe
Happy Reading!
WHO'S THE KILLER?
I
"Hey, ada kasus terbaru", Jung Hoseok tersenyum bungah, melangkah masuk ke dalam headquarters sembari membawa satu folder penuh dengan dokumen kasus pembunuhan. Ia meletakkan dokumen itu di meja bundar yang sudah dikelilingi oleh anggota unit analisa kepribadian. Hoseok menyambungkan layar LCD dengan proyektor, menampilkan slide foto foto korban yang ditemukan Selasa dini hari.
"Korban bernama Kim Mina, perempuan, 20 tahun, ditemukan di tempat pembuangan di Distrik Nam dengan luka sayat melintangi leher dan kuku yang dicat dengan darahnya sendiri". Hoseok bergidik, "Menjijikkan, aku tahu", ia berpindah ke slide berikutnya. "Korban kedua bernama Han Jungri, pria berumur 30 tahun, ditemukan oleh polisi setempat di Distrik Dong dengan luka serupa".
"Yah, jelas ini pembunuhan berencana", Kim Seokjin selaku kepala unit investigasi mengawali. "Sudah kuselidiki lebih lanjut, tidak ada keterkaitan antara dua korban", Hoseok memaparkan informasi lengkap para korban di hadapan Seokjin. "Mina adalah ibu rumah tangga, Jungri bekerja sebagai pegawai sipil".
Jungkook tersenyum pahit, "Kurasa, mereka berdua sudah menikah? Berkeluarga? Memiliki anak?".
Jung Hoseok mengernyit. "Mm…ya. Kau benar".
Jungkook menoleh kepada Seokjin yang tampak sedikit gelisah, tersenyum terhibur. Seokjin pun berdeham, bangkit sembari menyuara tegas, "Aku dan Jungkook akan terjun ke crime scene. Hoseok, kau tetap di markas dan menyelidik informasi lebih lanjut, detail pekerjaan, keluarga korban‒".
"Namjoon dan Yoongi akan ke M. E1".
1Medical Examiner : orang yang terlatih dalam kedokteran atau organisasi medis yang menyelidiki kematian dan cedera untuk melakukan pemeriksaan post-mortem.
"Sir, Yes, Sir!", Hoseok merapikan berkas file profil korban dengan cekatan sembari berjingkat jingkat ke sarangnya yang dipenuhi dengan komputer dan alat elektronik. Seokjin mengangguk tegas, "Wheels up in 30".
•
•
•
"Yang perlu kita ketahui adalah bahwa kematian antar korban hanya terpaut 12 jam", Jungkook menyilangkan kedua kakinya di dalam pesawat pribadi BAU2. "Jadi, pertanyaanku. Bagaimana cara Unsub3 membunuh dan memindahkan kedua korban dalam waktu 12 jam tanpa meninggalkan jejak?".
2 Behavioural Analysis Unit : Departemen dari Federal Bureu of Investigation yang menganalisa tingkah laku kriminal dalam investigasi
3 Unknown Subject : pelaku yang belum diketahui
"Kalau kau bertanya kepadaku, kita memiliki lebih dari satu Unsub", Namjoon mengutarakan. "Tapi, apa kira kira M.O4 nya? Apa keterkaitan antar dua korban?". Seokjin menopangkan dagunya sembari berpikir, menyadari bahwa Jungkook terlihat terlalu tegang dan santai pada waktu yang sama.
4 M.O : Modus of Operation
"Sepertinya Dokter Jeon mengetahui sesuatu ya?", Yoongi mengangkat alis.
"Benarkah?", Jungkook tersenyum geli sembari mengusap bibirnya. "Berhenti bersikap seperti bajingan, beri kami sedikit pencerahan, Jeon", Yoongi mendengus ketika Jungkook menyeringai kecil. "Sebenarnya, aku tidak tahu apa apa", Jungkook mengangkat bahu, memalingkan wajahnya keluar jendela pesawat.
"Hoseok, ada kabar baru?", Seokjin menghubungi peretas mereka yang tengah bersemayam di markas. Hoseok mengutak atik komputenrya dengan cepat, "Sir, kedua korban memiliki keluarga seperti yang Jeon katakan dan ternyata seorang anak", Hoseok terkesiap kecil, mengundang kernyitan pada dahi Seokjin. "Ya ampun…Unsub membunuh semua anggota keluarga dan hanya menyisakan satu orang anak".
Seokjin terdiam, "Terimakasih, Hoseok", ia pun memutuskan sambungan telepon, merasakan kedinginan pada atmosfer pesawat yang disambut oleh keheningan total para anggota. "Hey, don't look at me", Jungkook tertawa kecil ketika mereka mengamatinya diam diam. Jungkook mengusap jemarinya berulang kali sembari mengamati pemandangan di luar pesawat.
Seokjin kembali berdeham, berharap mereka akan segera menyelesaikan kasus ini dan dapat bekerja seperti sedia kala. "Begitu kita mendarat, kita akan mengatur HQ di Local P.D5 dan selebihnya sesuai dengan tugas yang sudah kuserahkan masing masing".
5 Local Police Departement
"Yes, Sir", mereka menajwab secara serempak. Seokjin hanya mampu berharap semuanya berjalan tanpa ada kendala yang serius. Karena ia mengerti, bahwa Jungkook telah menganggap kasus ini personal baginya.
Dan ia tahu, tidak ada hal baik yang datang ketika semuanya menjadi pribadi.[]
•
•
•
Seokjin melangkah turun dari SUV hitam yang terpakir di lokasi pembuangan Distrik Dong. Ia berjalan ke arah Local Police yang sedang memeriksa lokasi kejadian pembunuhan. "Hai, Aku Kim Seokjin ini rekan kerjaku Dokter Jeon. Kami dari FBI", Seokjin menyodorkan tanda pengenalnya sebelum polisi itu mengarahkan mereka ke mayat korban.
"Aku Deputi Doyoung. Kami sudah membereskan nyaris semuanya. Tapi kurasa, tidak ada masalah mendapatkan sedikit bantuan dari FBI". Jungkook tertawa geli ketika Seokjin tersenyum pahit. "Kita bukan back up, Deputi. Kita memimpin kasus".
Deputi Doyoung berdeham canggung, "Estimasi waktu kematian korban sekitar jam 10 sampai jam 1 dini hari. Seperti yang kalian lihat‒", polisi itu bergidik ketika Jungkook mengenakan sarung tangan latex dan memeriksa mayat Han Jungri. "Jin, perhatikan luka melintang disekitar lehernya", Jungkook menggerakkan jarinya sepanjang luka sayat yang sudah membiru.
"Metode pembunuhan memberitahu bahwa Unsub adalah orang yang profesional dan berpengalaman. Ia mengecat kuku korban dengan darah korban sendiri?", Jungkook mendengus. "Memberikan trauma kepada keluarga yang selamat mungkin?".
"Oke, Jungkook, mari tidak berasumsi secara gegabah", Seokjin menyilangkan kedua tangan ketika Jungkook meliriknya dengan kedua alis terangkat. "Kau serius?", ia menoleh ke polisi yang berdiri gugup. "Kita sudah mendapatkan informasi yang cukup, terimakasih".
"Secepat itu?".
"Ya. Lebam pada lutut korban mengindikasikan adanya perlawanan namun penyebab kematian tetap luka sayat di lehernya. Tidak ditemukan murder weapon di lokasi kejadian, ini jelas jelas Red John".
Seokjin tersenyum paksa kepada polisi yang berdiri diam sebelum menyeret Jungkook menjauhi para petugas yang sedang menetralisir lokasi. "Hey, dengar. Kau sendiri yang berkata korban tidak dibunuh disini namun dipindahkan dari lokasi sebenarnya".
"Ya. Korban di bunuh di rumah mereka, dipindahkan ke publik agar ditemukan oleh orang lain", Jungkook menyilangkan tangan. "Orang lain yang spesifik, mungkin?".
Seokjin menatap koleganya yang tampak muram, tidak seperti biasanya, bersikap kurang ajar dan enteng dalam menangani kasus, kali ini Jungkook terlihat lebih 'tajam'. "Aku tahu masalah pribadimu, Jungkook. Tapi ini belum tentu Red John". "Dan kalau aku benar, yang pasti memang begitu adanya?". Seokjin terengah, mengacakkan tangannya di kedua pinggang.
"Kalau begitu aku butuh kau bersikap profesional, kritis, dan penuh perhitungan". "This case is mine", Jungkook mendesis dingin ketika Seokjin memelotot kepadanya. "Kasus ini milik kita bersama dan kalau kau melakukan tindakan yang bodoh? Tebak apa?".
Seokjin mendengus sinis, "Kau dikeluarkan dari kasus".
Jungkook hendak menarik lengan Seokjin ketika sesuatu menetes di atas kepalanya, sesuatu yang hangat, lengket, berwarna merah. Jungkook menengadah, melihat sebuah lingkaran tersenyum yang dilukis dengan darah korban, clockwise.
"There you are".
Seokjin mengernyit, mengikuti arah pandang Jungkook ke dinding tempat pembuangan sampah. Bola matanya kontan melebar, ia segera mengambil dokumentasi ketika Jungkook tertawa pahit sembari mengusap darah di wajahnya. "Hello, motherfucker"[]
•
•
•
"Kematian korban diakibatkan oleh luka sayat di lehernya, tidak ada tanda tindak seksual kepada korban, tidak ada ligerature marks", dokter forensik itu menjelaskan di samping mayat Kim Mina yang dibaringkan di ruang operasional. "Ada sesuatu di mulutnya", Yoongi merundukkan tubuh, mengenakan latex dan meraih pinset penjepit.
Ia membuka mulut korban, Kim Namjoon mengernyit ketika mengarahkan senter ke dalam rongga mulutnya. "Apakah itu benang?", Namjoon meraih secara hati hati, menarik utas benang dari tenggorokan korban yang menganga lebar.
Yoongi terengah ketika sebuah kertas berlumuran saliva menggantung di ujung benang dengan sebuah tulisan yang sudah luntur di tengahnya. "Jeon Jungkook".
Namjoon menghubungi ponsel Seokjin.
'You're next'.[]
"Sandwich, ada yang ingin sandwich?", Jungkook melempar tiga bungkus roti lapis di meja markas, tertawa geli ketika melihat wajah rekan kerjanya yang muram. "Tidak ada yang lapar? Baiklah, untukku saja", ia hendak meraih roti lapis kedua ketika Seokjin berdeham. "Hey, Jungkook. Ada waktu sebentar?".
Jungkook tersenyum pahit sembari mengikuti Seokjin ke ruangan kantornya. "Ada apa, Boss?".
"Dengar, aku tahu semua ini penting bagimu", Seokjin menatap koleganya yang menyandar di pintu dengan santai, namun ia dapat mendeteksi ketegangan di kedua pundak Jungkook. Kilat liar di dalam matanya, "Okay?".
"Sebaiknya kau mengundurkan diri dari kasus".
Jungkook terengah sebelum tertawa geli dan mendekati Seokjin yang memalingkan wajah, "Hey, ada apa? Seorang psikopat sinting mengancamku. Lalu?". "Seorang psikopat gila yang telah membunuh keluargamu, Jungkook".
Jungkook terdiam, Seokjin menyesali kata katanya seketika itu juga. Ia berusaha meraih tangan Jungkook yang mengelak cepat, "Kita tidak mendiskusikan masalah pribadi di pekerjaan, benar?", Jungkook berujar singkat.
"Aku tidak menyarankan kau keluar sebagai atasanmu", Seokjin meremas pundak pria itu. "Tapi sebagai teman".
Jungkook terseyum dalam diam, mengetukkan belakang kepalanya ke pintu berulang kali, "Red John mengincarku, aku mengincarnya. Bukankah ini simbiosis mutualisme?". "Berhenti bercanda. Nyawamu yang sedang dipertaruhkan, for godsake!", Seokjin mengacak rambutnya frustasi. Bohong kalau ia tidak peduli kepada Jungkook, bohong kalau ia hanya menganggapnya sebagai kolega.
"Tidak apa apa, Jin‒hyung. Kita akan menangkap Red John", Jungkook tersenyum nakal sebelum berjalan keluar dari kantornya. Seokjin menghela napas panjang, ia hanya mampu teringat akan pria yang menagis penuh teror, meringkuk sembari melihat mayat kedua orangtuanya, leher digorok habis.
Sebuah lingkaran tersenyum dilukis dengan darah mereka di dinding.
'Hei, pandang aku!'
'Namaku Kim Seokjin dari FBI. Semuanya akan baik baik saja!'
'Kau akan baik baik saja, Jungkook. Aku tidak akan membiarkannya menyakitimu'.
Seokjin meremas jemarinya berulang kali, ia harus mengeluarkan Jungkook dari kasus. Kalau tidak, semuanya akan hancur. Jati diri Red John akan segera terungkap, Jungkook akan menemukannya dan‒Ia akan membunuhnya.
Dengan kata lain, sebuah skakmat bagi Jungkook.[]
