WARNING!
This fanfiction contains mature and some psychological contents. It also alludes community issues.
Rated: M
inspired by Troye Sivan
for KookMin
from ORUL2
BLUE NEIGHBOURHOOD
Aku tidak pernah tahu.. kalau aku bisa sebegininya padamu..
"Malam, anak-anak!", sapa Sundeuk hyung ketika ia masuk ke Practice Room. Walaupun aku dan para hyungdeul lainnya baru selesai latihan menari, kami tetap menyambut Sundeuk hyung dengan ramah.
"Malam, hyung..!", seru kami bersama sambil membungkukkan tubuh.
"Capek, ya? Tadi latihan apa saja?", tanyanya.
"Ah, tidak capek, kok.. Sudah biasa.", jawab Namjoon hyung diplomatis. "Kami baru selesai menarikan beberapa demo lagu. Jika kau bertanya apa yang kami lakukan seharian, tadi pagi kami pergi ke gym, siang latihan rap dan menyanyi, lalu tadi menari."
Sundeuk hyung hanya manggut-manggut saja, aku berpikir mungkin sebenarnya pertanyaan tadi hanya basa-basi semata. Bukan itu yang mau ia katakan. Ada sesuatu-
"Great job as always, ya?", seru Sundeuk hyung. Ini salah. Nada bicaranya terlalu ceria. Kami berenam tahu sekali kalau apa yang akan dikatakan Sundeuk hyung kemungkinan besar tidak akan kami sukai.
"Jadi, begini, anak-anak.. Sebenarnya.. PD-nim dan beberapa staf memiliki rencana baru untuk kalian."
"Rencana baru?", sahut Hoseok hyung yang tidak bisa menyembunyikan raut khawatirnya.
"Apa itu, hyung?", tanya Taehyung hyung.
Sundeuk hyung terlihat sangat berhati-hati dalam memilih momen dan kata yang akan dikeluarkannya. Ini sangat tidak baik. "Sebenarnya kami telah melatih seorang trainee secara terpisah belakangan ini. Kami melakukannya karena kami rasa Bangtan tidak akan berjalan hanya dengan enam member saja. Jadi.. kami akan menambah satu anggota lagi untuk Bangtan,.."
Tidak! Apa-apaan?! Bangtan baik-baik saja selama ini dengan enam anggota. Kami klop. Kami hebat. Kami akan menjadi juara di ranah musik Korea. Otak PD-nim sedang konslet atau bagaimana?!
Aku terus berteriak marah di dalam hati. Kurasa semua hyungdeul pun melakukan hal yang sama di dalam hati masing-masing, terlihat jelas dari wajah mereka. Sebelum kami ada yang sempat protes, Sundeuk hyung melanjutkan.
"..dan dia akan datang sebentar lagi."
"Hyung! Yang benar saja? Tambah anggota? Berarti semua latihan, konsep, lagu, dan koreografi yang telah kita lakukan selama ini akan sia-sia?!", seru Namjoon hyung yang akhirnya mengeluarkan suaranya. Kukira sebagai leader sementara, ia yang paling bisa mengontrol diri. Tapi ternyata tidak.
Sundeuk hyung menghela nafas pelan. "Tidak sia-sia Namjoonie.. Hanya butuh beberapa improvisasi.."
"Dan berapa banyak kah 'beberapa' itu, hyung?", tanya Yoongi hyung sarkastik.
"Selebihnya akan dijelaskan oleh PD-nim besok, aku hanya menyampaikan kalau member baru Bangtan sedang dalam perjalanan ke sini. Kalian masih ada latihan beberapa jam lagi, kan? Gunakan waktu tersebut untuk saling berkenalan dan ajarkan dia semua yang telah kalian dapatkan."
Sebelum Sundeuk hyung berjalan ke arah pintu, aku bersuara, "Hyung, maaf, tapi rasanya Bangtan tidak membutuhkan member baru."
Semua orang terdiam. Ini lah yang ingin dikatakan oleh semua orang, tapi tidak ada yang berani mengutarakannya. Tapi berbeda denganku, aku berani.
"Bangtan akan debut tiga bulan lagi, hyung, demi Tuhan! Semua kerja keras kami akan dirubah total hanya karena ada tambahan satu member? Dalam tiga bulan? Aku rasa tidak, hyung.", lanjutku.
"Jeon Jungkook, jaga ucapanmu!", bentak Sundeuk hyung. "Bang PD, staf, dan juga aku, telah memikirkannya matang-matang. Ini bukan rencana mendadak yang bisa dibatalkan begitu saja hanya karena kalian tidak setuju. Terima atau tidak, dia akan menjadi anggota baru kalian. Jadi, lebih baik kalian terima dia dengan lapang dada daripada tidak ada chemistry sama sekali ketika kalian debut nanti. Aku permisi."
BLAM. Pintu ditutup menciptakan keheningan yang mencekam. Tidak ada yang mau berbicara, hanya desahan dan erangan kekesalan yang terdengar di Practice Room ini.
Tidak lama terdengar suara ketukan pintu. Kami semua mendongak melihat ke arah pintu. Semua terasa lambat, suara pintu yang dibuka terdengar begitu menyakiti telinga. Ketika ia melangkahkan kaki masuk ke ruang latihan dengan senyuman tidak enaknya, aku yakin kalau tadi ia mendengar semua ucapan kami.
"Halo, semuanya.. Perkenalkan, namaku Park Jimin, 1995. Mohon bantuannya!", serunya sambil membungkuk 90°.
Jin hyung lah yang paling pertama berdiri dari posisinya yang tadi selonjoran di lantai. "Hai, Jimin-ah. Namaku Kim Seokjin, panggil Jin hyung saja, ya.", katanya sambil berjalan ke arah Jimin untuk menjabat tangannya.
"Halo, namaku Kim Namjoon. Aku leader sementara di Bangtan. Selamat bergabung, Jimin."
"Wah, kita satu line ternyata! Aku Kim Taehyung, jadi temanku, ya?!"
"Tae, jangan main peluk anak orang seperti itu, aish.. Maafkan Taehyung, ya, Jimin-ah. Aku Hoseok, main dancer di Bangtan, salam kenal!"
"Selamat datang.", nada suara yang malas itu akhirnya terdengar juga.
"Namanya Min Yoongi, dia tiga bulan lebih muda dariku, tapi tetap saja dia 93-liner.", sahut Jin, memperkenalkan Yoongi hyung karena sepertinya ia tidak berniat berbicara lebih banyak lagi.
Semuanya bercakap-cakap ringan seperti dari mana asalmu, sekolah bagaimana, hobimu apa, bla bla bla.. Lalu mereka semua melihat ke arahku secara bersamaan.
"Kookie, kok tidak kenalan sama Jimin?", tanya Jin hyung.
"Ah, maaf, aku tidak melihatmu karena kau cukup jauh. Aku Park Jimin, namamu siapa?", tanyanya sambil berjalan ke arahku dan menyodorkan tangannya.
Tapi maaf, aku tidak mau menyambut tangannya, "Jeon Jungkook."
Park Jimin ini terlihat kaget dan sedih ketika aku menolak sambutan tangannya.
"Yah, Kookie, kok kamu kasar begitu sama Jimin?! Yang benar dong kenalannya..!", amuk Jin hyung.
"Jimin lebih tua darimu, Kook-ah. Yang sopan, dong.", kata Taehyung hyung.
Aku pun menyambut tangan Jimin dengan terpaksa. "Selamat datang di Bangtan.. Jimin hyung.", kataku, ada penekanan dalam kata hyung.
"A-ah, ya, terimakasih Jungkook-ah. Senang rasanya bukan jadi yang termuda, berarti aku bisa terus memerhatikanmu sebagai hyung, iya kan?", kata Jimin lalu tersenyum. Matanya menghilang ketika ia melakukannya.
Dan aku membencinya sepenuh hatiku setelahnya.
Apa hebatnya anak ini? Kenapa ia tiba-tiba menjadi anggota resmi Bangtan, di saat kami akan debut tiga bulan lagi?
Apa yang membuat PD-nim yakin untuk memasukkannya dalam grup yang sudah solid ini?
Apakah ia bisa rap lebih jago dari Namjoon, Yoongi, dan Hoseok hyung?
Bisa menyanyi lebih indah dari Jin dan Tae hyung?
Atau bisa menari lebih jago daripada Hoseok hyung dan aku?
Semua pikiran bodoh itu melintas di benakku. Di mataku, Park Jimin itu omong kosong. Pengganggu. Tidak pantas.
Aku membencinya, sangat.
Tapi, itu dulu.
TBC
ORUL2 speaking:
another NEW ff! hahahahahaahhaahah. im sorry i think i cant update any old stories right now.. bc i kinda lost the mood. so i am making new story about kookmin, because i like them very much these days. and yes this story is inspired by troye sivan's blue neighbourhood trilogy.. so maybe you'll know what kind of theme that i will write here. jeongguk made me love troye so much TT
