Angelos

Genre : Drama, Fantasy, Thriller

Rating : T

Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong, Kim Heechul, Park Yoochun, kim Junsu, Shim Changmin, Jung Jinwoon, Jung Taerin

Author : Kim Hyunri aka me

Prolog

Udara seoul di bulan november ini sudah memasuki musim gugur. Banyak daun yang mengering lalu berjatuhan ke tanah, berterbangan terbawa oleh angin. Udara begitu dingin karena angin terus menerpa hingga menusuk ke tulang.

Jaejoong pulang setelah memenangkan sebuah piala kebanggaan sekolah dan hal itu membuatnya sangat senang. Penuh dengan kebahagiaan yang meluap, ia berjalan pulang menyusuri jalan kecil yang di kelilingi oleh pohon pinus seperti biasa. Tak pernah takut meski hari sudah beranjak petang. Ia memang sering lewat di daerah itu, sendiri atau bersama dengan sahabatnya, Kim Kibum.

Jauh di tempat yang tidak Jaejoong tahu, seseorang dengan mata yang mengarah ke jendela besar kamarnya, menatap kejauhan.

"Malaikatku telah datang" Ucapnya sambil tersenyum.

.

.

.

Jaejoong menghitung langkah kakinya sambil terus tersenyum, membayangkan betapa ayah dan ibu akan menyambutnya dengan kesenangan, terlebih mereka telah memimpikan kemenangan itu sejak lama.

"Mereka pasti menyiapkan banyak makanan, hihi" Ia tertawa karena ucapannya sendiri.

Jalan setapak yang Jaejoong lewati seakan tak berujung, tapi hal itu terlewatkan oleh Jaejoong yang sedang bahagia, hingga suara gagak hitam berkoak menghentikan langkahnya.

Jaejoong menatap kearah depan, dari matanya terlihat otaknya sedang berfikir entah tentang apa, lalu ketika tersadar, ia menoleh, merasa ada yang menarik di tempat itu. Sebuah rumah mewah yang lebih mirip istana, berada disana. Ia tak pernah tahu jika di tempat itu ada rumah yang terlihat megah lagi menakutkan.

.

.

.

Lelaki yang sedang bermain piano itu, memejamkan matanya saat alunan nada yang indah menyapa indra pendengarannya. Bibir yang semerah darah itu terus tersenyum, sambil menciptakan nada dengan yang membuat kupu-kupu menari indah di sekitarnya.

Tak berapa lama manik mata yang berwarna hijau kelam itu terlihat.

-Anak pertama, Jung Heechul-

.

.

.

Di halaman belakang rumah mewah itu, seorang pria berwajah kekanakan sedang membidik target yang berada cukup jauh di depannya, lalu setelah ia rasa pas, tangannya melepaskan anak panah yang sudah siap di busurnya, menancap tepat pada titik yang ada di tengah target itu. Pria itu tersenyum sambil mengangguk tipis.

-Anak keempat, Jung Changmin-

.

.

.

Pria itu mengoleskan kuas yang ia pegang pada kanvas yang ada di depannya, membuat goresan membentuk sebuah gambar, seorang wanita bersayap yang sedang duduk di atas sebuah batu, menatap kearah bulan purnama yang ada di atas kepalanya.

Pria itu tampak tenang dan fokus pada pekerjaannya, sebelum sebuah ketukan terdengar olehnya.

"Tuan"

-Anak kedua, Jung Yunho-

.

.

.

Jaejoong sudah berdiri di depan gerbang putih yang menjulang. Ia melihat ke sekelilingnya dan tak menemukan siapapun kecuali dirinya. Ia tidak mengerti apa yang di lakukannya di tempat itu. Yang ia ingat, ia sedang dalam perjalanan pulang setelah berhasil memenangkan pertandingan bola, dan ia tidak pernah ingat kalau pernah melewati rumah mewah ini sebelumnya.

"Aku yakin aku tak salah jalan" Gumamnya sambil berputar, mencoba melihat jalan setapak yang sudah ia lewati tapi yang terlihat hanya sinar matahari yang menipis, terhalang oleh pohon pinus yang menjulang tinggi di sekitarnya.

"Aku dimana?" Ia hampir menangis sekarang. Ia harus cepat pulang dan bertemu dengan keluarganya, tapi sekarang ia tidak tahu harus kemana.

Saat sedang bingung, hidungnya mencium wangi masakan yang membuat perutnya berbunyi di saat yang tak tepat. Ia tidak tahu harus bagaimana, hingga suara sebuah benda yang di geser terdengar.

Jaejoong terkejut ketika gerbang di depannya terbuka perlahan.

.

.

.

Jaejoong hanya mengikuti instingnya untuk terus berjalan masuk kedalam halaman besar rumah itu, melihat kekanan dan kiri, berharap menemukan orang lain disana. Karena asik berjalan dan melihat-lihat, Jaejoong tak sadar jika seseorang bertubuh besar berdiri menghalangi jalannya.

Bruuk..

Jaejoong menabrak tubuh itu, mendongak untuk melihat wajah orang yang lebih tinggi darinya. Jaejoong bergidik ngeri melihat wajah yang cukup menakutkan itu, tapi seketika ketakutan itu menghilang setelah orang itu tersenyum.

"Perkenalkan saya Heo Hyunwon, kepala pelayan rumah tangga di sini. Ada yang bisa saya bantu?" Kata orang bermarga Heo itu, dengan ramah.

Jaejoong menggaruk kepalanya, ia merasa tak enak karena telah lancang masuk tanpa ijin.

"Eum, aku tersesat. Saat sedang bingung, gerbang di belakang itu terbuka, jadi aku masuk kesini" Katanya dengan polos.

Hyunwon tersenyum. Ia merapihkan selendang yang tersampir di bahunya.

"Baiklah, Tuan. Mari ikut saya" Pria bertubuh besar itu berputar kebelakang, berjalan mendahului Jaejoong. Jaejoong melihat ke kanan dan kirinya yang terlihat sepi, lalu mengikuti pelayan itu mendekat kearah rumah.

Hyunwon berhenti tepat di sebuah pintu yang cukup besar, berwarna cokelat dan sangat kokoh. Jaejoong melihat pintu itu dari belakang tubuh si pelayan dan terkejut melihat pintu itu terbuka tanpa di sentuh.

Hyunwon yang tahu kalau Jaejoong terkejut, tersenyum lalu berkata, "Pintu ini punya sensor otomatis, dan akan terbuka jika kita berdiri tepat di sini" Hyunwon menunjuk kearah kakinya, memperlihatkan sebuah garis tebal berwarna silver yang berbeda dengan lantai yang berwarna cokelat.

Jaejoong mengangguk, ia kembali mengikuti Hyunwon yang hampir menjauh.

Baru setengah ruangan, langkah Hyunwon terhenti, lalu berbalik kearah Jaejoong yang menatapnya bingung.

"Tuan.." Wajah Hyunwon terlihat tak berekspresi, "Selamat datang di rumah keluarga Jung, Angelos"

Jaejoong menelan ludahnya sendiri, entah kenapa tiba-tiba lehernya sedikit sakit. Ia melihat kearah Hyunwon, memandang penuh tanya pada pria itu.

Setelahnya ia melihat kesekiling. Ia tak sadar jika di sekitarnya berdiri empat buah jam yang setinggi tubuhnya, berwarna emas dan berjarum cukup besar.

"Ah, kita kedatangan tamu?" Jaejoong menoleh ketika suara itu terdengar. Seorang wanita berambut lurus berjalan dari dalam rumah. Wanita itu tersenyum manis. Kulitnya yang pucat terlihat bersinar berpadu dengan gaun merah yang ia pakai. Saat berjalan, rambutnya bergerak di sisi tubuhnya.

Hyunwon menyingkir, berdiri di samping Jaejoong, mempersilahkan wanita itu untuk berhadapan dengan pria manis itu.

"Hei, siapa namamu?" Tanya wanita itu, Jaejoong tergagap karena terpesona dengan aura yang terpancar dari orang di depannya.

"Ki-kim Jaejoong.." Kata Jaejoong terbata. Seketika senyum wanita itu pudar, berganti dengan senyum yang lebih lebar. Jaejoong cukup bingung dengan perubahan ekspresi yang terlihat berlebihan.

"Selamat datang, Jaejoongie" Katanya tersenyum, mengulurkan tangan kearah Jaejoong, "Aku Jung Taerin, Nyonya besar di rumah ini" Lanjutnya.

Jaejoong tersentak, "Nyo-nyonya?" Tanyanya bingung. Ia tidak menyangka, wanita di depannya adalah Nyonya pemilik rumah besar ini? Berapa usianya? Ia masih terlihat seperti berusia 20 tahun.

"Hyunwon ah, tolong tutup pintu di belakang itu" Taerin menunjuk pintu yang ada di belakang Jaejoong, melihat dengan ekspresi memerintah pada Hyunwon.

Hyunwon membungkuk hormat sebelum menjalankan perintah.

"Ah, Jae. Ayo ikut aku. Kau pasti lapar" Ajak Taerin, menarik tangan Jaejoong untuk mengikutinya.

.

.

.

Jaejoong duduk di sebuah kursi dibelakang meja makan yang cukup panjang. Terdapat 6 kursi lainnya yang agak berjauhan. Kursi paling ujung terlihat lebih bagus daripada kursi lainnya. Terdapat ukiran makhluk bersayap bernama malaikat di atas sandarannya.

Jaejoong menatap bergantian beberapa orang berpakaian pelayan, berjalan bergantian kearah meja makan membawa nampan berisi makanan serta buah-buahan. Jaejoong cukup terpaku melihat itu, seperti akan di adakan pesta besar saja, padahal itu hanya makan malam biasa.

Ia tersentak, bahunya di sentuh oleh sebuah tangan bercat kuku merah. Ia menoleh cepat, melihat pada orang yang sedang tersenyum padanya.

Taerin yang tadi pamit untuk berganti pakaian telah selesai, membuat Jaejoong terpesona dengan penampilan baru wanita itu.

Meski masih memakai gaun—beda warna, yang menjadi ciri khasnya, wanita itu jauh lebih menawan dari sebelumnya. Warna biru muda gaun rumahnya membuat wanita itu jauh lebih segar.

"Apa aku lama?" Tanya Taerin pada Jaejoong. Setelah membuat lelaki itu terkejut, ia berjalan kearah kursi yang ada di sebelah Jaejoong yang cukup berjarak, menariknya lalu duduk disana—menghadap Jaejoong.

Jaejoong menggeleng, menjawab pertanyaan Taerin sebelumnya. Taerin tersenyum lalu matanya jatuh kearah benda yang di peluk tangan Jaejoong.

"Apa itu? Piala?"

Jaejoong ikut melihat pada piala yang ia pegang, mengangguk sambil tersenyum.

"Aku baru saja menang pertandingan sepak bola, ini piala kebanggaan Toho High School" Kata Jaejoong dengan bersemangat.

Taerin mengangkat alisnya. Ia tahu dimana sekolah itu, tapi tentang piala kebanggaan ia tak pernah tahu.

"Anak bungsu ku juga bersekolah disana dan saat ini sudah berada di tingkat akhir" Kata Taerin dengan bangga. Ia tak pernah mendengar apapun tentang sekolah anaknya—atau tak ingin tahu.

"Jeongmal?" Jaejoong tak pernah tahu kalau kakak kelasnya tinggal di rumah ini. Ia cukup populer di sekolah, mudah bergaul dan ia mengenal hampir semua kakak-kakak kelasnya. Murid bermarga Jung juga banyak di sana, tapi tak pernah ia tahu kalau diantara itu ada Jung pemilik rumah besar, Angelos.

"Iya, tapi ia cukup malas berada di sekolah" Jawab Taerin agak kesal.

"Wah, sepertinya aku melewatkan sesuatu yang menarik" Suara itu membuat Jaejoong dan Taerin menoleh.

Di ujung pintu masuk ruang makan, seorang pria bertubuh tegap berdiri, melipat tangannya di depan dada sambil tersenyum. Pria itu memiliki rambut hitam yang berkilau, berwarna sama dengan alis tegas di atas matanya. Ia memiliki kumis tipis di bawah hidungnya, dan ketampanannya membuat Jaejoong terpana.

Jung Taerin bangun dari duduknya, berjalan menghampiri pria itu dan bergelayut manja di lengannya.

"Yeobo, dia tamu kita" Kata Taerin pada pria itu. Jaejoong mengedip-kedipkan matanya, ia mulai menebaknya.

"Ya aku tahu" Kata pria itu sambil tersenyum, berjalan mendekati Jaejoong yang sedang menatapnya.

Dari dekat Jaejoong bisa melihat pria itu lebih jelas, ketampanan yang dimilikinya lebih tegas dari sebelumnya.

"Perkenalkan, aku Jung Jinwoon. Tuan rumah disini" Jaejoong hampir terjatuh kebelakang ketika mendengar itu. Bagaimana tidak, sama seperti pada Taerin sebelumnya, ia tertipu dengan penampilan. Pria itu terlihat masih muda, tapi mengapa kenyataannya membuat Jaejoong terkejut luar biasa?

Jika kedua orang itu saja terlihat muda, bagaimana dengan anak-anaknya? Oh Jaejoong sungguh pusing membayangkannya.

"Kau kenapa, Jaejoongie?" Taerin mendekati Jaejoong, tentu ia tahu kalau anak itu bingung.

Jaejoong menggeleng ragu, membuat Jinwoon tersenyum.

"Jarang sekali rumah ini kedatangan tamu, mungkin sekitar 5 tahun sekali, dan aku senang karena kau menjadi tamu ketiga selama 15 tahun ini" Kata Jinwoon. Jaejoong tak mengerti maksudnya, jadi ia hanya diam.

"Jadi biarkan kami menyambutmu, Jaejoongie" Sambung Taerin dengan senyum yang membuat matanya menyipit. Jaejoong terdiam, menatap banyak makanan di atas meja yang melintang didepannya.

"Taerin ah, tolong panggilkan yang lainnya" Kata Jinwoon memerintah. Taerin melirik Jaejoong lalu mengangguk.

Setelah Taerin pergi, kini didalam ruang makan itu hanya ada Jinwoon, Jaejoong dan seorang pelayan yang sedang menuangkan air berwarna cokelat yang keluar dari teko bening di tangannya.

Jaejoong memperhatikan Jinwoon yang sedang meminum teh hangatnya sambil menutup mata.

"Ini adalah teh hijau dari pucuk daun terbaik dari perkebunan di swiss, baik untuk kesehatan" Kata Jinwoon menjelaskan. Jaejoong mengangguk paham.

"-Kau juga akan punya teh yang khusus untukmu, Jae" Lanjut Jinwoon pada Jaejoong. Tak ada yang dilakukan Jaejoong selain mengangguk.

"Hallo, Aboji" Sebuah suara menginterupsi mereka, membuat mereka melihat pada sosok yang berjalan masuk.

Jaejoong tak ingin menebak siapa orang itu karena ia tak ingin terkejut lagi dengan pemikirannya sendiri. Sudah dua kali itu terjadi dan ia tak ingin mengalaminya lagi.

"Hei, lihat. Siapa yang ada disini" Kata pria yang baru datang tadi. Berdiri di samping Jaejoong lalu menunduk. Jaejoong bisa melihat dengan jelas manik mata berwarna hijau milik pria itu. Rambut panjangnya menguarkan wangi sampo yang cukup segar.

Jaejoong yakin kalau orang itu adalah pria, meski penampilannya agak feminim.

"Siapa nama hewan kecil ini?" Tanya pria itu membuat Jaejoong terkejut. Hewan?

"Heechul ah, jaga ucapanmu pada tamu kita!" Kata Jinwoon tegas. Pria bernama Heechul itu tertawa.

"Haha, jadi dia tamu yang dimaksud?" Tanya Heechul entah pada siapa. Ia mengulurkan tangannya kedepan Jaejoong.

"Aku Jung Heechul, anak pertama keluarga Jung ini" Kata Heechul memperkenalkan diri. Jaejoong menyambut uluran tangan itu dan agak mengernyit merasakan dingin dari tangan pucat Heechul.

"Ki-kim Jaejoong" Heechul mempunyai tatapan mengintiminasi, membuat Jaejoong agak gugup.

"Nama yang indah" Heechul berjalan memutar untuk mendapatkan tempat duduknya, tepat diseberang Jaejoong.

"Dasar anak nakal! Sini kau" Suara Taerin terdengar hingga keruang makan, bersama dengan suara gaduh.

"Mianhae, Omoni. Aku tak sengaja" Terdengar suara lain yang memohon. Jaejoong melihat Jinwoon dan Heechul yang bersikap biasa.

"Aboji~" Masuk satu pria lagi sambil berlari, menghampiri Jinwoon yang sedang minum teh. Ia mendekat pada Jinwoon agak berlebihan, mendesak pria yang lebih tua itu.

Taerin masuk kedalam ruang makan sambil mengangkat gaunnya, "Kemari kau, Jung Changmin" Teriak Taerin marah.

"Aboji, tolong akuuu" Changmin meminta perlindungan pada ayahnya, tapi Jinwoon diam saja.

Taerin menarik anaknya dari sang suami.

"Anak ini hampir memanah ku dengan anak panah ini" Kata Taerin sambil memperlihatkan anak panah di tangannya.

"Changmin" Panggil Jinwoon dengan suara berat.

"Aku tidak sengaja, Aboji. Omoni saja yang berdiri di samping target panahku" Kata Changmin membela diri. Taerin menjewer telinga anaknya hingga memerah.

"Sudahlah, Omoni. Aku lapar" Kata Heechul dengan malas.

"Huh awas kau!" Kata Taerin melepaskan Changmin. Anaknya itu berjalan ke tempat duduknya, tapi berhenti ketika melihat orang lain yang duduk di samping kursinya.

"Ah, siapa ini?" Tanya Changmin dengan rambut yang berantakkan.

"Kenalkan aku Changmin, anak bungsu keluarga ini dan juga yang paaliing tampan" Kata Changmin narsis sambil memanjangkan perkataannya.

Jaejoong terkejut lagi, jadi ini Sunbae yang di maksud Taerin tadi?

"Dia tamu kita, Changmin" Kata Heechul membuat Changmin melihat Jaejoong cepat.

"Wow! Benarkah? Waah.." Changmin langsung terpukau mendengar itu, seolah Jaejoong sebuah benda yang mahal.

"Mana Yoochun?" Tanya Jinwoon.

"Dia belum pulang" Jawab Taerin singkat.

"Sedang sibuk dengan pacar-pacarnya" Sambung Changmin.

Jinwoon mengangguk, "Lalu Yunho?" Tanyanya lagi.

Taerin melirik Jaejoong sebelum menjawab, "Ia sedang menyelesaikan lukisannya dan akan makan malam di kamar" Jawab Taerin. Jinwoon mengerti dan tidak bertanya lagi.

Setelahnya mereka mulai memakan makan malam dalam diam, dan menghabiskan makanan itu termasuk Jaejoong karena jarang sekali ia makan enak seperti itu, ia berniat membungkus beberapa untuk orang tuanya.

.

.

.

Mereka telah selesai makan dan Jaejoong merasa sangat kenyang, ia jadi mengantuk sekarang.

"Apa makanannya enak, Jaejoongie?" Tanya Taerin. Jaejoong mengangguk sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau kau tidur di sini saja? Aku sudah menyuruh pelayan merapihkan kamar tamu untukmu" Lanjutnya. Jaejoong tidak setuju dengan itu.

"A-aku harus segera pulang, kalau tidak orang tuaku akan mencariku" Katanya cepat.

"Tidak apa, mereka akan mengerti jika kau bermalam disini" Kata Taerin lagi.

"Tapi-"

"Ah, jae. Bagaimana kalau kau minum teh dulu? Teh hijau baik untuk kesehatan" Potong Jinwoon. Seorang pelayan masuk membawakan teko transparan yang berisi teh, menuangkan teh itu kedalam gelas putih milik Jaejoong.

"Silahkan di minum" Kata Jinwoon. Jaejoong ingin menolak tapi ia tidak enak pada pria itu, jadi dengan perlahan ia meminumnya sampai habis.

Trakk..

Jaejoong meletakkan cangkir kosong itu keatas meja, lalu merasakan kepalanya pusing dan ia mengantuk lebih.

Tubuhnya oleng kesamping dan langsung di tangkap oleh Changmin.

"Changmin, cepat bawa dia kekamar" Suruh Taerin. Changmin mengangguk, lalu mengangkat Jaejoong keluar dari ruangan itu.

"Calon menantuku telah datang, tidak mungkin aku membiarkannya pergi" Kata Jinwoon sambil tersenyum, meminum tehnya yang tersisa.

Taerin tersenyum. Ya, benar. Calon menantu ketiganya telah datang.

Welcome to Angelos, Kim Jaejoong.

.

.

T

B

C

.

.

Ff ini genre-nya fantasi, udah kerasa belum? Bisa tebak dong mereka itu (kecuali Jaejoong) makhluk apa? Srigala? Vampire? Atau siluman kucing? Atau bahkan siluman ular? Haha . .