Pernahkah kau mendengar kata-kata 'pure-blood vampire'? Kalau pernah, dimana? Novel? Shoujo manga?
Kalau iya, kalian lebih beruntung, dibanding denganku yang memiliki teman atau malah pacar yang ber-ras berbeda.
"Ne, Atsushi-kun..." Aku menatap horror, pacarku yang sedang asik memakan snack-snack termasuk maiubo tercintanya, di sofa depan televisi.
Sebenarnya aku tidak yakin harus meletakkan posisi pacar atau makanan baginya. Sepertinya posisi pacar berlebihan untukku. Lebih tepatnya, aku itu hanya makanannya untuk asupan darah. Entahlah, sebatas itu hubungan kita.
Ia menatapku dengan tatapan malasnya. "Ya?"
"...memang ada vampire makan snack sebanyak itu? Terlebih lagi, memang vampire bisa makan makanan selain darah?"
Atsushi mengerutkan dahinya. "Mm~," ia bergumam masih mengunyah makanannya. "Kau terlalu banyak baca komik ne~"
Aku menopang kepalaku dengan tanganku, masih menatapnya horror. "Bukan hanya komik. Sejarah pun mengatakan kalau makanan vampire hanya darah. Dan adakah vampire darah keturunan asli semalas dirimu?"
Atsushi mengerang mendengar pertanyaanku yang bertubi-tubi. Ia mendesah pelan. "Sudah kubilang berapa kali padamu, aku itu vampir darah keturunan yang modern. Jangan kau dengar urban 70an dan 80an. Jaman dulu vampire tidak tau seenak apa makanan manusia itu~."
Aku hanya menggelengkan kepalaku, seiring kekehan kecil bernada keluar dari bibirku.
Tiba-tiba seseorang memencet bel pintu rumah kita. Ya, kita tinggal serumah dikarenakan perjanjian. Dan untungnya mama dan papa mengijinkan berkat mantra sakti mandra guna Atsushi, untuk menghinoptis mereka.
Aku bergegas pergi menuju ke pintu dan membukannya. "Ini pesanan anda, tuan."
Aku mengerjapkan mataku bingung. "Pesanan apa?"
"Maiubo new full 5 pack. Oreo all collection 3 pack. Momogi 5 rasa dalam 2 pack. Dan banyak lagi"
Kata 'ah' kecil keluar dari bibirku. Aku mengangguk mengerti, dan menandatangani paket tersebut. Dan memberikan paket tersebut kepada Atsushi, dengan tatapan heran campur kesal. "Kau sudah gila, Atsushi!"
"Aree~? Memangnya aku melakukan apa~?" Tanyanya polos.
Aku menggelengkan kepalaku kesal. Sungguh, kepolosannya—atau ke-pura-puraan sifat polosnya kadang menjengkelkan setengah mati. "Aku mulai meragukanmu kalau kau vampire atau bukan..."
"Aku memang vampire ne~" balasnya, masih asik dengan makanannya.
"Buktikan."
Atsushi mendekatiku dan mendorongku hingga terbaring diatas sofa. "Tunggu, Atsushi, aku belum minum obat penambah darahku!" Teriakku panik.
"Aree~ tapi kau menyuruhku membuktikannya~" ucapnya polos.
Dan detik kemudian aku merasa kepalaku berputar-putar, penglihatanku kabur. Aku merasakan sakit yang teramat-sangat di bagian leherku. Menghisap beberapa darah dalam tubuhku.
Tapi, entah mengapa aku menyukainya. Meskipun rasanya sakit, lama-lama mungkin aku sudah terbiasa. Aku merasa penuh kelegaan ketika Atsushi meminum darahku, karena aku tau bahwa aku miliknya seorang. Dan ia tak bisa meminum darah siapapun selain diriku.
"Darahmu lebih nikmat dibanding snack ku~" ucapnya, saat gigitan dileherku dilepaskan.
maaf yang satu ini cuma pendek ;_; ini cuma sekumpulan drabble dan cerita tergantung imajinasi gue muehehehe /der
terus-terus gue hampir putus asa habis ffnet susah dibuka, internet positif kek apa kek ;_; tp untung temen gue ngasi saran heheeh kalo yang kena internet positif coba pake anonymox deh, tapi khusus buat mozilla firefox doang heheheh
untuk chapter selanjutnya, gue tunggu review kalian yak, paling banyak minta apa hehehe ouo
akhir kata gue bilang
Happy reading!
kkkkkk rivaichin kkkkkk
