.
.
Bangtan Sonyeondan (c) BigHit, their own families
Oops (c) americhxno
.
.
.
Kembali di balik buku catatan tersebut, berusaha menemukan tulisan tangannya sendiri. Tetapi, nihil, yang Yoongi hanyalah gambar—doodle, namanya, kalau Yoongi tidak salah ingat. Sementara itu di sisi lain, dia buruk dalam menggambar sampai-sampai sempat membuat guru seninya mogok mengajar di kelasnya karena Yoongi terus menggambar hal yang sama selama dua minggu.
Berita bagusnya, dia menemukan sebuah pensil dan pulpen, juga beberapa alat tulis lainnya secara lengkap. Tetapi ada bekas gigitan pada bagian ujungnya, dan Yoongi tidak semiskin itu sampai-sampai memakan alat tulisnya sendiri.
Merasa aneh, Yoongi memeriksa bagian luar tas ransel tersebut. Masih sama, berwarna hitam dengan corak abstrak bak siraman cat air di beberapa sisinya, garis putih di sisi lain yang kosong, dan sebuah gantungan kunci beserta ku—sebentar. Di sana tidak ada gantungan kunci.
Detik itu juga ia sadar, bahwa ia telah mengambil tas ransel yang salah.
Yoongi melompat dari tempatnya duduk dan berlari ke luar dari lapangan indoor, mengumpat sepanjang perjalanannya di koridor yang telah sepi dan mengedarkan pandangannya. Berharap si pemilik tas ransel yang satu ini masih di sekolah. Dia bisa saja menunggu sampai esok, tetapi kunci apartemennya tergantung di sana. Dan ia membutuhkannya saat ini juga.
"Hei!" Pemuda lain dengan surai cokelat berteriak ke arahnya, berlari kecil sembari menjinjing tas ransel yang persis seperti yang Yoongi genggam saat ini. "Kukira tas kita tertukar!"
"Ya, aku juga mengira begitu." Katanya, meraih tas ransel dengan kunci yang tergantung pada resletingnya dan memberikan tas ransel yang sempat dia kira miliknya.
Pemuda di hadapannya tersenyum dari telinga sampai ke telinga. "Yoongi-sunbae, 'kan?"
Yoongi mengangguk, menyadari sufiks 'sunbae' yang diberikan pemuda dengan senyum manis yang satu ini. Adik kelas. "Aku tidak bermaksud untuk melihat lirik rap milik sunbae sebelumnya. Jadi—uh, maafkan aku."
Mengernyit, kemudian kembali mengangguk. "Tidak apa, setidaknya kau tidak kembali ke rumah dengan membawa ranselku ini."
Adik kelas dengan name tag Park Jimin tersebut mengangguk, sebentar-sebentar mengusap tengkuknya. "Ini menyebalkan, tetapi, sunbae, bolehkah aku mendengar rap -mu? Maksudku, secara live."
Yoongi sempat memilih untuk tidak menyahut, mengibaskan tangannya dan pergi dari hadapan si adik kelas. Tetapi tatapan berharap yang ia terima membuatnya mengambil nafas dan melakukan pemanasan dengan lidahnya—tak beberapa lama setelahnya ia bisa mendengar desisan dari Park Jimin.
Min Yoongi melakukannya. Melakukan rap di hadapan seorang adik kelas yang baru di temuinya. Biasanya, ia hanya melakukannya di depan penikmat musik mereka—trio Namjoon, Yoongi dan Hoseok—, di garasi tempat biasa mereka perform bersama.
"Sunbae—," Jimin membuka suara tepat setelah Yoongi selesai melakukan salah satu verse rap dari lagu yang ia produseri sendiri. "Sekalian tanda tangan, boleh nggak?"
"Hah?"
"Tanda tangan, loh—."
Yoongi mengernyit. "Buat apa?" Bukannya norak, walaupun sudah dua tahun lamanya ia berkarir musik genre hip hop dan perform di garasi—dan beberapa kali di sekolah sebagai pengisi acara—, dia jarang di mintai tanda tangan. Yang paling sering di antara mereka bertiga ialah Hoseok, mengingat sosok Hoseok agaknya pecicilan.
"Um—koleksiku?" sahut Jimin, memberikan pulpen juga buku yang sempat di buka Yoongi sebelumnya. Menginstruksikan agar sunbae yang satu ini menandatangani bagian bawah doodle yang ia buat.
Jimin berucap terimakasih ketika Yoongi selesai menggoreskan garis abstrak yang bisa-bisanya dia sebut sebagai tanda tangan. Membungkuk dan bersiap melangkah pergi, kembali ke rumah. Sampai-sampai suara Yoongi yang unik memanggil namanya dan melemparkan pertanyaan yang paling tidak ia duga.
"Jimin," Sosok yang di panggil berbalik, menatap Yoongi yang berdeham, berusaha menetralisir tenggorokannya. "Sabtu esok, mau makan malam denganku?"
Jimin tersenyum, kembali dari telinga hingga ke telinga. "Oke, sunbae!"
"Kau punya Kakaotalk? Agar bisa kuhubungi malam nanti."
.
Hari itu, bukannya menghabiskan waktu di lapangan indoor dan bermain basket seperti yang biasa Yoongi lakukan setiap sekolah usai, ia malah memilih untuk mengantarkan Jimin kembali ke rumahnya. Bonusnya, ia mendapatkan rona tipis di pipi adik kelasnya yang manis tatkala Yoongi memberikan feedback terhadap doodle yang ia buat.
.
.
Ehe.
.
.
.
