Because love is not always sweet.

By Chocolate Bubbletea

Boboiboy © Animonsta

Warning: OOC, Typo, Grown up character, and more.

oOo

Don't Like Don't Read.

oOo

Everyone said that love can make people's life become more colorful but for me, they make my life more colorless

oOo

Teman.

Hubungan mereka selama tiga tahun terakhir hanya bertsatuskan sebagai teman. Itu pun bukan karena sejak awal ia ingin berteman dengan gadis itu, hanya saja keadaan membuat mereka berteman.

Hubungan mereka tak pernah lebih dari sekedar status. Tentu kerap kali mereka saling menolong satu sama lain, tapi tak ada canda gurau, tak ada saling berbagi masalah, bahkan mengobrol pun jika mereka butuh saja. Karena itulah ia tidak kaget saat ia menemukan satu fakta bahwa,

Ia tertarik padanya.

Kejadian itu terjadi saat tahun terakhir di sekolah menengah. Untuk pertama kalinya selama tiga tahun, mereka satu kelas. Hari itu sepulang sekolah Ying mendapat tugas piket. Teman-teman satu tugasnya tidak bisa membantunya –yang satu sedang sakit, dua dipanggil oleh guru bimbingan konseling, dan satu lagi meninggalkan tanggung jawabnya. Sebagai teman yang baik, ia tidak bisa meninggalkannya begitu saja.

"Maaf merepotkanmu Fang. Padahal kemarin kau sudah melaksanakan tugas piketmu."

"Hm. Tidak masalah."

"Awas saja si Alex itu, akan aku laporkan dia besok!" geram Ying pada rekan satu tugasnya yang kabur.

Itulah Ying. Gadis keturunan chinesse sama sepertinya, dengan kacamata bulat yang membingkai kedua iris matanya. Menurut Yaya gadis itu dulunya sangat pemalu, bahkan ia harus selalu menggunakan telpon saat memesan special hot chocolate Tok Aba padahal dia sendiri ada disana. Tapi sekarang gadis itu tumbuh menjadi gadis yang ceria, memiliki banyak teman dan cenderung cerewet.

Fang tak pernah sekali pun berpikir bahwa cara pandangnya pada gadis itu akan berubah. Bahkan tak pernah terlintas sekali pun wajah Ying saat ia memikirkan tentang kata cinta itu sendiri. Semua itu terjadi begitu saja saat sebuah kejadian mengejutkan terjadi.

Ying yang tengah membersihkan kaca menaiki kursi, sedangkan Fang membereskan meja. Tiba-tiba tanah tempat mereka berpijak bergetar hebat. Walaupun Ying termasuk dalam anggota super hero bersamanya, refleksnya masih kalah cepat dari Fang. Ia terjatuh namun dengan cepat Fang menangkapnya.

Sejak awal tak ada niatan dalam diri Fang untuk terdiam dalam posisinya tapi ketika matanya bertemu dengan mata gadis itu, ia tidak dapat mengalihkan pandangannya. Mata itu, kedua iris itu terlihat cerah dan bening. Fang ingin tahu apa jika Ying membuka kacamatanya, apa kedua iris itu akan terlihat lebih bening lagi?

"Um... F-fang?" kedua pipi gadis itu merona dan ia terlihat gugup.

Panggilang Ying mengeluarkan Fang dari lamunannya. Segera ia melepaskan pangkuannya, dan membiarkan Ying berdiri sendiri. "Maaf."

Ying menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Tapi yang tadi itu apa ya? Apa gempa?"

"Entahlah." Jawab Fang asal.

Keduanya pun melanjutkan apa yang mereka lanjutkan setelah menerima konfirmasi bahwa semua sudah aman dari speaker sekolah. Fang memperhatikan gadis itu dalam diam. Semenjak hari itu pandangan Fang pada Ying tak pernah lagi sama.

oOo

Sepulang sekolah Fang langsung berlari ke ruang klub basket. Hari ini adalah penerimaan anggota baru. Sebagai senior Fang harus menjaga imagenya dan datang ke ruang klub tepat waktu. Dalam perjalanannya ia melewati lapangan yang biasa dipakai oleh klub sepak bola dan atletik. Semuanya terlihat normal. Lapangan sepak bola hanya diisi oleh anak kelas satu dan beberapa seniornya, mereka akan melakukan perekrutan sama seperti klub basket. Klub atletik pun demikian, tak ada yang berbeda. Tak ada yang dapat mencuri perhatiannya seperti biasa.

Atau setidaknya itu yang ia pikirkan.

Matanya berhenti pada sosok seorang gadis yang rambutnya di kuncir dua. Ia mengenalnya sebagai teman masa kecilnya tapi ada sesuatu yang berbeda gadis itu. Kacamata bulat khasnya entah menghilang kemana, tergantikan oleh contact lens bening agar tak mengubah warna matanya. Ia berdiri bersama anggota atletik perempuan lainnya. Memberikan pengarahan pada anggota baru mengenai klubnya.

Menawan.

Mungkin Fang akan terus memperhatikan gadis itu kalau saja rekan satu klubnya tidak menepuk belakang kepalanya kuat.

"Kau sedang apa? Jangan melamun saja disini!"

Fang membenarkan posisi kacamatanya yang bergeser dan menatap rekannya itu kesal. "Sakit bodoh!" Fang pun membalasnya dengan menjitak rekannya itu.

Ia hanya tertawa renyah, dan mengusap kepalanya sakit. "Hehe... maaf. Tapi serius, apa yang kau lakukan disini? Tumben sekali-" mata rekannya itu berhenti pada anggota perempuan klub atletik. "Oh! Kau sedang mengincar anggota klub atletik ya? Siapa memang yang mau kau jadikan pacar?"

"Apa maksudmu? Kau pikir aku ini playboy apa?" tanya Fang geram. Belum reda rasa kesalnya karena seenaknya dipukul sekarang ia bertanya seolah Fang adalah seorang playboy ulung.

"Aku kan hanya bertanya. Kau kan populer, gadis manapun pasti mau dengan kau. Tinggal tanya mereka pasti jawab iya."

Kalau saja semudah itu.

"Ayo ke ruang klub! Ketua pasti marah besar kalau kita telat." Fang pun melanjutkan perjalannya ke ruang klub basket tanpa mempedulikan rekan satu klubnya yang merengek minta tunggu.

oOo

Kegiatan klub berlangsung lebih lama dari dugaannya. Hari sudah gelap dan jujur saja, Fang merasa lapar. Beruntung ia membeli donat lobak merah kesukaannya lebih banyak dari biasanya saat jam istirahat tadi siang. Fang mengambil donat itu dan bersiap melahapnya namun ia berhenti saat matanya menangkap siluet seorang gadis.

Ying. Sepertinya gadis itu pun harus pulang lebih larut dari biasanya.

Ia sudah memakai kembali seragam sekolahnya, dan contact lensnya telah diganti kembali dengan kacamata bulatnya. Ying terlihat begitu kelelahan. Samar-samar Fang mendengar Ying berkata.

"Laparnya... sayang sekali aku tidak bawa uang lebih."

Fang menatap donat lobak merah di tangannya dan Ying yang semakin mendekat. Tanpa pikir panjang Fang pun memanggilnya. "Ying!" gadis itu menoleh. "Tangkap!"

Dengan cepat Ying menangkap donat lobak merah yang dilempar Fang. "A-apa ini?"

"Itu donat lobak lah. Masa kau tidak tahu."

Ying memutar matanya jengah. "Aku tahu itu, tapi kenapa kau melemparnya padaku?"

Kenapa? Entahlah, aku sendiri tidak tahu.

"Aku kenyang. Kau makan sajalah!" tutur Fang. Ia pun berjalan pergi meninggalkan Ying yang terpaku di tempatnya namun tak lama Fang mendengar teriakan.

"TERIMA KASIH!"

Fang tidak tahu apa yang merasukinya saat itu. Ia memberikan Ying, gadis yang tak lebih dari sekedar teman, donat kesukaannya. Donat yang bahkan membuatnya rela memotong antrian dan berebut dengan siswa lain. Tapi jika harus memikirkan gadis itu harus menahan laparnya hingga ia tiba di rumahnya padahal Fang masih memiliki makanan dan uang... itu sama sekali bukan tindakan seorang pria.

Tapi melebihi semua itu, entah mengapa Fang merasa senang. Terlebih setelah mendengar gadis itu berterima kasih dengan senang.

oOo

Beberapa hari berlalu semenjak kejadian saat piket hari itu, Fang sadar bahwa fokus matanya selalu tertuju pada sang gadis dengan kuncir dua. Setiap kali ia memiliki peluang, ia akan mencuri pandang padanya. Memperhatikan betapa pubertas mengubah banyak hal dari Ying. Dimulai dari fisik hingga kepribadiannya. Membuat gadis itu terlihat lebih... mengagumkan.

Ia memang tidak bisa mengalahkan Ying dalam akademik –mungkin lebih tepatnya ia tidak ingin mengalahkannya, tapi ia tidak bodoh untuk tidak menyadari apa yang ia rasakan pada Ying. Jika apa yang diasumsikannya tidak salah, maka saat ini ia tertarik pada gadis itu. Sebagai seorang laki-laki. Hal yang normal terjadi saat menginjak masa remaja.

Nova, teman satu klubnya mungkin akan mengatakan kalau Fang tengah jatuh cinta. Seperti apa yang selalu ia deklarasikan saat bertemu dengan gadis yang menurutnya manis, tapi Fang tidak dapat semudah itu mempercainya. Fang tidak akan menyebut dirinya jatuh cinta pada Ying jika ia masih belum dapat memastikan kalau apa yang ia rasakan ini bukan hanya sebatas rasa tertarik saja.

Hari itu sepulang sekolah Fang ingin pergi ke taman –atau lebih tepatnya ke kedai Tok Aba untuk memesan secangkir Tok Aba special hot chocolate, tapi langkahnya terhenti saat melihat warna kuning melintas dengan cepat melewatinya. Hanya ada satu orang yang dapat melakukannya. Ying. Karena penasaran Fang mencoba mengikutinya secepat mungkin, tidak ingin kehilangan jejaknya.

Ia terus dituntun hingga memasuki sebuah hutan jauh dari pemukiman. Ada sebuah pohon yang ukurannya agak lebih besar dari yang lainnya, entah mengapa ia mendapatkan firasat bahwa Ying pergi ke sana. Perlahan ia berjalan menuju pohon tersebut, berusaha agar tak ada siapapun yang mengetahui keberadaannya. Fang tidak ingin mencurigai Ying tapi tak ada salahnya untuk was-was kan?

Benar seperti dugaannya. Pohon itu memiliki sebuah ruang kecil yang terbentuk dari akar-akar yang tak terhubung. Ukuran lubang itu hanya cukup dimasuki oleh seseorang saja dan di dalam sana ia melihat Ying seolah tengah mencari-cari sesuatu.

"Apa yang sedang kau lakukan Ying?"

Terkejut, Ying secara tak sadar berdiri membuat kepalanya membentur akar pohon tersebut. Gadis itu mengusap-usap kepalanya yang sakit kemudian berbalik. Menatap Fang geram. "Jangan mengagetkanku seperti itu! Dan lagi, apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Aku bebas berada dimanapun aku mau?" Fang melirik lubang yang seperti tengah di tutup-tutupi oleh Ying. "Apa yang kau sembunyikan di dalam sana?"

"BUKAN APA-APA!" sangkal Ying dengan cepat. Fang semakin curiga dengan apa yang tengah gadis itu sembunyikan.

"Kalau memang bukan apa-apa, kenapa kau sembunyikan?" Fang mencoba untuk melihat ke dalam namun dengan cepat Ying menangkapnya dan membawa pergi menjauh dari tempat itu. Jauh sekali.

Gadis itu membawanya hingga ke ujung pulau rintis tanpa memikirkan bahwa apa yang ia lakukan membuat Fang kehabisan nafasnya. Dan ia pun meninggalkannya di tempat itu tanpa berkata sepatah katapun. "Haah... haah... apa.. yang disembunyikannya... di dalam sana?"

Rasa penasaran membuat Fang kembali mencoba pergi ke tempat tersebut. Walaupun ia punya firasat bahwa Ying pasti menyembuyikan apapun yang ada didalam sana ke tempat lain tapi ia harus mengecek tempat itu terlebih dahulu. Fang menunggu selama beberapa menit, menunggu hingga ia bisa yakin bahwa Ying sudah pergi dari tempat tersebut.

Tanpa di duga begitu sampai di tempat tersebut dan masuk ke lubang kecil itu, ia menemukan sesuatu yang ia pikir sudah dipindahkan oleh gadis itu. Di dalam lubang kecil yang telah ditata sedemikian rupa agar bersih itu terdapat setumpuk... rajutan. Dari rajutan selimut kecil hingga topi. Mereka memang tidak serapi hasil karya seorang ahli, tapi cukup rapi untuk seorang pemula.

"Tapi... untuk apa dia membuat semua ini?"

oOo

Banyak orang mengatakan bahwa saat kau jatuh cinta maka semua yang ada di sekelilingmu akan menjadi lebih berwarna.

Hari itu Fang berjalan-jalan tanpa arah di taman karena tumben sekali hari ini keadaan sedang sangat tenang. Tak ada tugas, tak ada kegiatan klub, dan tak ada kejahatan yang harus dibasmi. Hari yang indah untuk bersantai-santai.

Di tengah perjalanan, ia melihat dua orang sahabat yang sudah tidak asing di matanya. Yaya dan Ying. Mereka terlihat seperti tengah membicarakan sesuatu yang penting. Rasa penasaran membuat Fang menerobos dinding bernama 'privasi', -yah... walaupun sejak awal ia memang tidak pernah tertarik untuk tidak menerobosnya. Diam-diam ia menyelinap dan menguping pembicaraan mereka berdua.

"Kurasa... aku jatuh cintam, Yaya." Itulah kalimat pertama yang ditangkap gendang telinga Fang.

"Pada siapa?"

"Um... pada seniorku di klub atletik dulu. Tapi... dia sudah lulus."

Begitu Ying menyebutkan siapa pria itu, Fang memutuskan untuk pergi. Ia tahu kalau ia tidak ingin mendengar kelanjutan kisah Ying mengenai siapa pemuda tersebut dan alasan mengapa ia menyukainya. Sudah cukup baginya mendengarkan semua itu.

Tanpa Fang sadari, langkah kakinya membawanya kembali ke rumah. Ia lelah, karena itulah ia memutuskan untuk masuk ke kamarnya walaupun dalam perjalanan ibunya sempat menatapnya heran.

Rasa sakit di dadanya. Amarah yang bergejolak tanpa sebab. Dan perasaan tidak suka pada siapapun orang yang disebutkan Ying tadi... Fang tidak bodoh untuk tidak menyadari apa yang tengah ia rasakan ini.

Ia menyukai Ying. Atau mungkin lebih tepatnya... ia jatuh cinta pada Ying.

Banyak orang mengatakan bahwa saat kau jatuh cinta semua yang ada di sekelilingmu akan lebih berwarna. Tapi Fang tidak dapat menyetujui hal tersebut.

Karena baginya, jatuh cinta membuat semua yang ada di sekelilingnya lebih kehilangan warnanya.

oOo

TBC

oOo

A/N: Karena ide mentok, saya stop disini aja. Maaf.

Tapi akhirnya... saya berhasil bikin Fang/Ying side story juga XD. Mungkin panjang fic ini bakal kayak yang Fall in love?, cuma bakal jadi two or three-shot aja.

Terima kasih bagi yang telah mau menunggu side story ini, dan saya juga ucapkan terima kasih bagi yang mau membaca, mereview, mem-fav, dan mem-follow fanfic ini –itupun kalau ada.

For last

If you don't mind

Review please?