Sequel of Sakura Addiction!
Katekyo Hitman Reborn © Akira Amano
More Sakura Addiction © Marchenhaft
More Sakura Addiction
First Addiction: First Name
.
.
.
"Katakan saja."
"Jadi sekarang Sakura-chan…"
"Jadian dengan Hibari Kyouya yang itu?"
"Ssssst!" sahut Sakura sambil menaruh telunjuknya di bibirnya. "Jangan keras-keras! Nanti anak kelas yang lain malah takut padaku, Kyoko-chan, Hikari-san!"
"Tapi, aku benar-benar kaget kau bisa jatuh cinta dengan manusia seperti itu," sahut Hikari dan menyilangkan tangannya. "Kau dijampi-jampi, Sakura-chan?"
Sakura tertawa garing. "Mana mungkin Hibari-senpai mau menjampi-jampi aku," sahutnya datar.
"Sakura-chan…masih memanggil Hibari-san dengan…nama keluarganya?" tanya Kyoko heran. "Kalian…sudah jadian, kan?"
"Eh—uh…"
"Hibari-san memanggilmu dengan nama panggilanmu, kan?"
"I—Iya sih…"
"Kenapa Sakura-chan tidak memanggil Hibari-san dengan nama panggilannya?"
"I—Itu karena…"
"Kau sudah ciuman dengan Hibari-san, kan?"
"I—Iy—EH?"
Mulut Kyoko dan Hikari terbuka, ekspresi mereka gabungan dari terkejut dan senang. "SERIUS? SAKURA-CHAN?" teriak Hikari penuh semangat, yang membuat satu kelas itu terkejut.
"Hikari-san!" sahut Sakura dan mencoba memberi isyarat pada Hikari untuk mempelankan suaranya. "Tidak usah teriak!"
"T—Tapi, itu benar, Sakura-chan? Serius?" sahut Kyoko penuh rasa ingin tahu. "Kapan? Bagaimana? Rasanya?"
"Tu—Tunggu, kalian berdua—"
"Sakura," panggil suara yang tak asing lagi. Suara yang membuat satu kelas itu tiarap di bawah meja. "Ke ruanganku."
"Eh?" sahut Sakura kaget dan melihat jam—sudah waktunya pulang. "Se—Sebentar, aku akan siap-siap dulu!"
Sakura segera membereskan barang-barang yang ada di mejanya, memasukkannya ke tasnya, dan berdiri dari duduknya. Namun, ekspresi Hikari dan Kyoko benar-benar membuatnya malas untuk menyusul Hibari. "Kyoko-chan, Hikari-san, tolong, jangan pandang aku dengan tatapan seperti itu," sahut Sakura dan duduk kembali. "Aku jadi malas untuk pergi…"
Hikari menepuk bahu Sakura dengan semangat. "Jangan, Sakura-chan! Susul Hibari-san!" pinta Hikari yang diiringi dengan anggukan Kyoko.
Sakura menghela nafas dan membawa tasnya, berpamitan dengan Hikari dan Kyoko, lalu keluar dari kelas dan berlari kecil menuju ruangan Hibari dengan kata-kata Kyoko yang terus berputar-putar di otaknya.
"Kenapa Sakura-chan tidak memanggil Hibari-san dengan nama panggilannya?"
-.-.-
"Ah, Sakura-san," panggil Kusakabe begitu Sakura ingin menaiki tangga.
"Kusakabe-san," sahut Sakura sambil menunjukkan senyumnya. "Habis patroli keliling sekolah?"
Kusakabe tersenyum dengan diiringi anggukan. "Yah, begitulah," jawabnya. "Sakura-san mau ke ruangan komite, bukan? Kalau begitu, ayo, saya antarkan!"
"Eh? Aku tidak apa-apa, Kusakabe-san! Aku bisa pergi sendiri," sahut Sakura. "Aku sudah bukan gadis yang sakit-sakitan lagi…"
"Tidak, tidak, ini sudah kewajibanku untuk melindungimu juga, Sakura-san," sahut Kusakabe dan mempersilahkan Sakura menaiki tangga, dan diikuti olehnya. "Sakura-san adalah orang yang menurut Kyoya-san patut untuk dilindungi. Berarti, itu membuatku harus melindungimu juga."
Sakura tersenyum tipis. "Tapi Kusakabe-san kan, tidak perlu terlalu mematuhi Hibari-senpai sampai begitunya…"
Kusakabe membelak. "Sakura-san…masih memanggil Kyoya-san dengan nama keluarganya?" tanya Kusakabe yang membuat Sakura berhenti melangkah. "Ditambah dengan embel-embel 'senpai' dibelakangnya. Bukannya kalian berdua sudah…"
"Kusakabe-san, diam."
"…Sepertinya sebelum saya, ada yang menyinggung hal yang sama ya?"
"Kusakabe-san, kubilang diam."
"Ah, ternyata benar."
"….."
"Ah, Sakura-san, kita sudah sampai," sahut Kusakabe tepat di depan pintu ruang komite dan membukanya untuk Sakura yang sedang kesal. "Silahkan masuk."
"Terima kasih, Kusakabe-san," sahut Sakura dengan nada sedikit kesal.
"Kau telat, Sakura," sahut Hibari begitu Sakura memasuki ruangannya. "Dan sepertinya hobimu memang telat, yah?"
"Apaan tuh," sahut Sakura ketus. "Asal bicara saja, dasar Hi—Hi—"
"Hi?"
"Kenapa Sakura-chan tidak memanggil Hibari-san dengan nama panggilannya?"
"Sakura-san…masih memanggil Kyoya-san dengan nama keluarganya?"
Sakura menelan ludahnya. "Ky—"
"Ky? Apa yang kau bicarakan, Sakura?" tanya Hibari heran. Makin heran lagi setelah Sakura menyembunyikan wajahnya dengan poninya, memegang erat tali tasnya—seakan-akan ia akan mengatakan sesuatu yang memalukan.
"Kyo—Kyo—"
Kusakabe terdiam dan mencoba menahan senyumannya melihat gadis mungil itu berusaha memanggil nama panggilan Hibari. Ah, memang Sakura-san benar-benar manis—begitu pikir Kusakabe, yang membuatnya langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Dia masih sayang nyawa; merebut gadis yang dicintai Hibari? Oh, itu berarti mati.
"Kyo—Kyo…" Sakura menelan ludah. Dia tidak bisa melakukannya sekarang. "Kyo—kyou wa, ii tenki desu nee!" (A/N: translations: "hari ini cerah, ya!")
Sakura terdiam beku sambil tersenyum garing. Hibari menunjukkan wajah heran. Kusakabe yang daritadi menahan tawanya tidak bisa menahan lagi dan akhirnya tawa yang cukup keras keluar dari mulutnya.
"Kusakabe-san!" wajah Sakura memerah begitu ia mendengar Kusakabe tertawa. "Sudahlah! Aku mau ke kamar mandi dulu!"
"Kusakabe," panggil Hibari begitu Sakura keluar dari ruangan itu. "Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kau tertawa?"
Kusakabe mencoba menahan tawanya, mengambil nafas, berharap saat dia berbicara nanti, tawanya tidak mengacaukan segalanya. "Sebenarnya…"
-.-.-
Bagi Sakura, perjalanan pulang hari itu terasa sangat panjang dan melelahkan. Bukan berarti Sakura membenci kegiatan barunya itu; tapi rasanya dia tidak dalam mood yang bagus. Setelah ditertawakan oleh Kusakabe di depan Hibari? Oh, itu tentu tidak bagus.
Tanpa Sakura ketahui, Hibari yang berjalan dua langkah di depannya menghentikan langkanya dan membuat Sakura menubruk punggung Hibari. "Hibari-senpai?" tanya Sakura bingung. "Kenapa berhenti?"
"Sakura," sahut Hibari dan membalikkan badannya, membuatnya menatap langsung mata hijau Sakura. "Kalau kau ingin memanggil nama depanku, silahkan saja."
Wajah Sakura nampak mengekspresikan segalanya; kaget, kesal, dan matanya seperti mengatakan, 'oh-tidak-kenapa-dia-tahu?' dan dalam hatinya, dia tahu siapa orang yang tepat untuk disalahkan.
"Panggil saja."
"Eh? Ta—Tapi…"
Hibari berjalan mendekati Sakura, membuat Sakura berjalan mundur ke tembok terdekat. "Aku sudah memanggilmu dengan nama depanmu, bukan?" tambahnya. "Sekarang giliranmu."
"A—Aku cukup puas memanggilmu 'Hibari'-senpai seperti biasa…"
"Tapi aku tidak."
Sakura menelan ludahnya, wajah Hibari hanya berjarak beberapa millimeter dari wajahnya, yang membuat wajahnya makin memerah. Mereka sudah sekitar sebulan jadian, tapi tetap saja, bagi Sakura, dia belum terbiasa dengan 'tindakan agresif' yang dilancarkan Hibari terus-terusan.
"Uuuh, bisa kita lanjutkan pembicaraan ini besok, Hiba—"
Cup. Satu kecupan di pipi kanan.
"Oh, tidak."
"Hiba—"
Cup. Kali ini di pipi kiri.
"Tu, Tunggu, hentikan!"
"Panggil namaku dulu,"
Cup. Sekarang pipi kanan lagi.
"Hiba—"
"Kyouya."
"Ky—"
Cup.
"Lama."
"Kyou—"
Cup.
"Be—Berhenti!"
"Tidak sampai kau mengatakannya."
Cup.
"Kyouya-kun!"
Hibari berhenti mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura, tersenyum tipis, lalu mengecup bibir Sakura lembut.
"Untuk seterusnya, panggil aku seperti itu," sahut Hibari lalu mengenggam tangan Sakura, meneruskan perjalanan pulang mereka yang terhenti untuk beberapa saat.
Dan Sakura, hanya terdiam dengan wajah merah.
Memang berat bukan, Sakura, punya kekasih yang agresifnya luar biasa?
First addiction—end
See you next time!
Asdfghjkl!
Hibari, kau agresif sekali, nak. Bahkan saya sendiri enggak tau kenapa bisa ngetik kayak gitu.
Oh ya, Hikari disini milik Tsubasa-chan (mascara-stained tears) dari fic-nya, Apartement. Maaf ya, Tsubasa-chan, Hikari-nya aku pinjem lagi. Gantinya Hibari disini agresif nih :3 *plak
Ini dia sequel dari Sakura Addiction yang terdiri dari berbagai one-shot. Untuk request Seiran, akan dimuat di chapter 2, oke? :D
Pengakuan: chapter ini sangat menyenangkan sekali untuk diketik~
Review please!
Thank You~
