Aku ingin membicarakan sesuatu dengan kalian.

Ada apa anda memanggil saya?

Memang rasanya sudah mustahil, hyung.

I know what you feel, oppa.

Ternyata rumor itu doa, ya.

Aku rindu semuanya.

So, we must promise to believe it too.

I don't know why, sir, but I think you're similar with my lovely idol.

Because I, and ELF too, really miss those things of you.

—o0o—

Title: For One Day

Genre: Family, Friendship, etc

Rating: T

Cast:

- Thirteen members of Super Junior

- Jichan, Minjae, Rinyi, Jenny (OC). They are ELFs in here.

Summary:

Sebuah kisah tentang terkabulnya sebuah harapan yang dimiliki oleh Super Junior serta ELF, di hari anniversary Super Junior. A Super Junior FF. RnR?

—o0o—

Chapter 1

Denting-denting suara alat-alat yang beradu satu sama lain terus terdengar dari ruang makan di dorm Super Junior. Saat ini makan malam tengah dijalani oleh mereka bersama. Sesekali terdengar canda gurau diantara mereka.

"Nanti kalau sudah selesai makan, jangan balik ke kamar dulu. Aku ingin membicarakan sesuatu dengan kalian," pinta Eunhyuk disela-sela makan malam mereka.

"Pasti agenda kegiatan bulan ini," sahut Shindong dengan mulutnya yang masih mengunyah makanan. Ia begitu tahu kebiasaan yang rutin dilakukan oleh Super Junior.

"Makan dulu baru bicara," Heechul melirik sinis Shindong, yang kemudian dibalas oleh orang yang dimaksud, "Ne, hyung."

"Shindong kebiasaannya kumat kalau lagi makan kkk," ucap Kangin yang tertawa melihat tingkah laku Shindong yang pasrah usai ditegur Siwon dengan cara yang seperti itu.

"Ne, sekalian aku mau memberi tahu kalian tentang suatu rencana untuk satu hari di bulan ini," ucap Eunhyuk yang baru sempat mengambil alih pembicaraan, dengan senyum yang mendadak mengembang.

"Rencana apa itu, Hyukjae?" tanya Kyuhyun, yang sukses membuatnya mendapat sebuah jitakan dari Ryeowook. "Kau ini kebiasaan. Dia itu lebih tua darimu, Cho Kyuhyun."

"Sudahlah, Wook," bela Sungmin. "Kau selalu saja membela dia, mentang-mentang dia itu soulmate-mu," ketus Ryeowook pada Sungmin seraya menunjuk orang yang baru saja ia jitak.

"Kau sirik saja, Wook, mentang-mentang kau ditinggal soulmate-mu," ucap Kyuhyun, yang berhasil membalikkan kata-kata yang diucapkan oleh Ryeowook pada teman satu roommate-nya itu. "Wekk," iapun lantas menjulurkan lidahnya.

"Aish," ucap Ryeowook kesal. Selalu saja kalah oleh evil magnae yang satu ini.

"Kalian ini kenapa berantem? Hahaha, nanti juga aku kasih tahu," lagi-lagi Eunhyuk mendapat giliran bicara belakangan. Iapun menjawab seraya tertawa ringan.

"Apa ini berkaitan dengan anniversary kita?" tanya Sungmin ringan.

"Tunggu dulu—memangnya sekarang sudah bulan November?" tanya Ryeowook dengan tampang innocent-nya, yang kini mendapat jitakan dari Kyuhyun. "Kau ini ketularan lemotnya oleh soulmate-mu itu. Sekarang ini tanggal 1 November tahu!"

"Tidak usah pakai jitak segala! Tidak sopan!" lagi-lagi Ryeowook dibuat kesal oleh si evil magnae itu.

"Siapa suruh tadi kau menjitak kepalaku," balas Kyuhyun.

"Ne, aku sudah membicarakan ini semua dengan Donghae. Kalian tinggal bagaimana menanggapinya. Dan jikalau rencana kegiatan ini sudah dibentuk, maka ini semua harus berhasil."

—o0o—

Berkas-berkas sinar cahaya matahari menyelinap masuk melalui kaca di ruang kerja milik bos perusahaan. Namun hangar-bingar di kotaBeijing, China tidak berhasil menembus ruangan. Entah mengapa Hangeng menjadi terasa tegang setelah memasuki ruangan ini. Dengan tata letak ruangan yang sedemikian rupa dirancang untuk seorang bos. Langkah kaki Hangeng berjalan perlahan menuju ke arah sebuah kursi yang membelakangi dirinya.

"Akhirnya kau datang juga," sang direktur memutar kursi menjadi ke arah Hangeng usai dirinya berada tepat di depan meja beliau.

"Ada apa anda memanggil saya?" tanya Hangeng seraya duduk.

"Jadwalmu di bulan November ini bisa dibilang cukup padat," tanpa berbasa-basi lagi sang direktur segera menjawab pertanyaan Hangeng to the point. Beliau kemudian mengambil sebuah map. "Silahkan dicek."

Hangeng mengangguk dan melakukan instruksi sang bos. Ia membuka isi map itu. Rentetan tanggal serta jadwal yang tercantum ia cermati satu persatu. Lalu ia berhenti di satu titik.

"Tanggal 6 November ada jadwal untuk manggung di Seoul?" gumam Hangeng tanpa sadar. Ia benar-benar tak percaya ia bisa mendapatkan jadwal tersebut. Bukankah itu hari…

"Memangnya ada apa, Hangeng? Selama dua hari berturut-turut kau akan berada di Korea Selatan. Ada masalah?"

Hangeng menggeleng tanpa memalingkan pandangan. "Tidak," jawabnya, iapun lantas menelusuri jadwalnya yang lain. Dan benar saja, tanggal 6 dan 7 November ia akan mengisi suatu acara dengan bernyanyi di Seoul pada tempat yang berbeda. Benar, dua hari.

Ada rasa yang sedikit membuncah di hati Hangeng.

Korea Selatan

Seoul.

6 November.

—o0o—

Sebuah buku agenda yang terbuka dengan sebatang pulpen berwarna hitam di tengahnya tergeletak tidak berdaya di atas meja ruang tengah di dorm tempat Super Junior bersemayam. Buku tersebut sedari tadi terketuk-ketuk oleh ruas-ruas jemari tangan kepunyaan Eunhyuk, yang sedang asyik dengan ponselnya. Saat ini ia sedang berusaha menghubungi para member yang sedang melakukan wajib militer untuk mendapatkan kepastian mengenai nasib mereka apakah dapat ikut serta merayakan anniversary bersama mereka di dorm ini atau tidak. Ralat—harus dapat, tidak boleh tidak, karena ini berkaitan dengan terbentuknya Super Junior hingga sekarang ini, bagaimanapun caranya.

"Mengapa tidak ada satupun yang bisa dihubungi?! Apa sekarang jadwal mereka latihan hah?!" maki Eunhyuk seraya memukul buku di depannya, yang sedari tadi me-reject hubungan telepon yang terputus begitu saja karena tidak kunjung tersambung.

"Ada apa kau marah-marah begitu, hyung?" Ryeowook tiba-tiba muncul di sebelahnya. Iapun langsung mengambil posisi duduk bersila sama seperti Eunhyuk sembari memakan sejumput nori.

"Ini Leeteuk hyung, Heechul hyung, dan Yesung hyung dari tadi tidak bisa ditelepon, padahal aku ingin menanyakan soal pengambilan cuti untuk merayakan anniversary kita disini itu," Eunhyuk menjawab pertanyaan Ryeowook yang baru saja dilempar kepadanya. Namun bola matanya menangkap selembar nori yang berada di tangan kanan Ryeowook. "Aku minta norinya ya, hehehe," ucapnya seraya mematahkan secuil bagian dari nori itu dan memakannya padahal belum ada perizinan secara resmi dari yang punya.

Untunglah Ryeowook memaklumi hal itu. "Mungkin sekarang mereka sedang waktunya latihan, hyung. Lain waktu saja kau panggil mereka lagi."

"Tapi aku harus menyusun rencananya secara detail sekarang. Masalahnya, kabar mereka juga menentukan rencana itu," tukas Eunhyuk. "Memang sebagian sudah aku rancang, tetapi rencana akan matang apabila kabar dari mereka sudah pasti."

Ryeowook mengangguk paham. Iapun kemudian memikirkan sebuah pertanyaan lagi. "Bagaimana dengan Kibum dan Hangeng?"

Entah mengapa mendengar nama mereka berdua disebut-sebut membuat pikiran Eunhyuk sedikit mengajaknya untuk bernostalgia tentang masa lalu Super Junior. Namun hal itu tak lama. "Nomor lama mereka yang ada semuanya tidak ada yang bisa dihubungi. Entahlah apa mereka sudah mengganti nomor mereka atau mereka memang sedang sibuk, yang jelas aku akhirnya memutuskan untuk mengabari mereka lewat alamat email yang kupunya. Sudah jelas nasib mereka akan terus berada diambang-ambang, jadi ya—kau tahu sendiri bagaimana kelanjutannya," selorohnya yang tersirat rasa pupus harapannya akan kehadiran dua orang itu ke dalam lingkup keluarga mereka lagi.

Ryeowook mendesah kecewa. "Memang rasanya sudah mustahil, hyung. Mereka sudah memiliki jalan mereka sendiri-sendiri tanpa kita," lirihnya. Namun ia kemudian tersenyum kepada Eunhyuk. "Setidaknya kau sudah berusaha untuk melibatkan mereka," ucapnya seraya menepuk pundak si pemilik gummy smile itu.

"Tapi Hangeng dan Kibum masih tetap merupakan bagian dari kita, hyung. Keluarga kita. Kau tahu aku sangat merindukan kehadiran mereka kembali," ucap Eunhyuk dengan nada yang sedikit serak, menahan rasa perih di hati serta sesak di dada. Ia tersenyum miris.

"Bukan hanya kau hyung, kamipun juga, ELF juga, semuanya," balas Ryeowook. "Kini kita hanya bisa berharap akan adanya secercah keajaiban yang datang untuk semua itu," lanjutnya.

—o0o—

Blitz-blitz kamera terus menyorot ke arah bangku-bangku yang akan diisi oleh anggota dari boyband fenomenal di Korea Selatan, Super Junior. Hari ini akan dilaksanakan sebuah konferensi pers mengenai mereka. Dan setelah sekian lama para wartawan menunggu kemunculan dari mereka, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.

Kedelapan member Super Junior kemudian duduk. Penampilan mereka hari ini cukup formal dengan gaya mereka yang cukup tenang. Ya, gaya luar mereka cukup tenang, tetapi hati mereka cemas luar biasa. Apalagi seorang Lee Hyukjae selaku leader sementara, yang nanti akan terus ditanya-tanya.

Seorang MC yang akan menjadi juru bicara mewakili para wartawan untuk bertanyapun membuka suara. "Annyeong haseyo, Super Junior."

"Annyeong," balas Eunhyuk selaku juru bicara mewakili Super Junior seraya tersenyum. Ingat kode etik.

"Oke, langsung saja kita memulai konferensi pers kita," ucap sang MC memberi jeda. Sementara sorot kamera masih saja menyilau ke arah Super Junior, namun kondisi tampak mulai serius.

"Super Junior sudah muncul kembali setelah lama tidak ada kabarnya. Namun kemunculan kalian sekarang tidak disertai dengan kemunculan album terbaru kalian seperti tahun-tahun sebelumnya. Apakah kali ini Super Junior tahun ini tidak mengeluarkan album baru? Atau sebenarnya kalian sudah mempersiapkan album baru untuk tahun ini?"

Persetan, batin Eunhyuk. Baru awal sudah dilontarkan kalimat dan pertanyaan yang seperti itu.

"Untuk album baru, sebenarnya kami sendiri belum mempersiapkannya. Pihak SM sendiri hingga saat ini belum memberikan kabar kepada kita apakah kami akan launch album tahun ini atau tidak."

"Oke, jikalau seandainya kalian akan comeback di tahun ini, berarti kalianpun akan comeback dengan jumlah member yang sedikit karena banyaknya anggota dari kalian yang saat ini sedang menjalankan wajib militer, sehingga Eunhyuk-ssi menjadi leader sementara di tahun ini. Lalu, Eunhyuk-ssi, bagaimana yang anda rasakan selama menjadi leader sementara di Super Junior? Apa suka duka yang anda dapat?"

"Suka-dukanya? Kalau sukanya ya saya masih bisa dapat menjalani kegiatan bersama member Super Junior di dorm. Saya masih bisa merasakan bagaimana saya bisa tertawa bersama, becanda bersama dengan mereka selama di dorm. Dukanya ya saya kadang merasakan bagaimana yang tadinya diatur jadi mengatur, dan kadang-kadang saya merindukan member Super Junior yang lain, yang saat ini tidak se-dorm dengan saya. Saya bahkan sempat merindukan saat-saat dimana Super Junior bisa berjumlah 13 orang seperti dulu lagi—jujur saja."

Persetan ini, persetan. Apa kau tahu, para wartawan, bahwa saat ini Eunhyuk sedang mati-matian menahan air matanya yang hendak keluar.

"Omong-omong, sebentar lagi kalian—Super junior— akan merayakan anniversary kalian yang ke-8. Dan hingga sampai saat ini kalian belum juga mengeluarkan album baru kalian. Lalu apakah ada rencana untuk merayakan anniversary kalian secara publik untuk kali ini, dan jika iya, bagaimana rencana kalian tersebut?"

Berungtunglah topik dialihkan.

"Ya, kami sudah berencana akan merayakan anniversary kami secara publik, tapi yang tidak terlalu terbuka. Kami akan menyelenggarakan sebuah fanmeeting yang jumlah pesertanya dibatasi sehingga kuotanya tidak terlalu banyak."

"Kalian akan menyelenggarakan sebuah fanmeeting—oke, kapan dan dimana lokasi fanmeeting tersebut?"

"Informasinya bisa dicek di website kami, dan tiketnya hanya dapat dibeli secara online di sana."

"Lalu bagaimana dengan kesiapan keamanan, terutama untuk menghadapi orang-orang yang cukup anarkis untuk acara ini?"

"Tentunya keamanan sudah menjadi prioritas keamanan sudah ada ketersediaan pihak aparat sehingga tinggat keamanan acara sudah cukup terjamin."

—o0o—

"Apa-apaan ini?! Baru pembukaan saja sudah bikin galau!" gerutu Jichan seraya memukul sebuah meja di depannya, yang menjadi dudukan untuk laptopnya yang dipakai untuk menyaksikan acara live streaming konferensi pers Super Junior bersama teman ELF-nya saat ini.

"Pihak SM belum memberikan kabar? Hei SM jangan kau gantung nasib SJ-nya kami!" sang teman, Minjae juga ikut-ikutan menggerutu mendengar ocehan yang dilontarkan oleh sang juru bicaranya disana, Eunhyuk. Ia dan juga member Super Junior yang lain tampak gagah mengenakan tuxedo warna hitam.

"Hei Minjae, coba kau lihat baik-baik gaya dan tatapan mata dari Eunhyuk oppa. Apa kau merasa kalau dia cukup sedih mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh MC?" Tanya Jichan seraya mengarahkan jemari telunjuknya ke arah obyek pembicaraan yang dimaksud di depan laptop. Rupanya ia telah membuat hipotesis, bahwa penampilan belum menjamin keberadaan hati seseorang, seperti apa yang ia lihat sekarang. Gestur tubuh yang terlihat gagah namun sorot mata serta ekspresinya tidak segagah penampilannya.

"Ah, Hyukjae… I know what you feel, oppa—hei, tunggu dulu!" ucap Minjae yang tiba-tiba berhenti karena bagian dari konferensi pers mulai seru. Tambahlah serius dirinya dan Jichan yang menontonnya.

"…Lalu, Eunhyuk-ssi, bagaimana yang anda rasakan selama menjadi leader sementara di Super Junior? Apa suka duka yang anda dapat?"

"Suka-dukanya? Kalau sukanya ya saya masih bisa dapat menjalani kegiatan bersama member Super Junior di dorm. Saya masih bisa merasakan bagaimana saya bisa tertawa bersama, becanda bersama dengan mereka selama di dorm. Dukanya ya saya kadang merasakan bagaimana yang tadinya diatur jadi mengatur, dan kadang-kadang saya merindukan member Super Junior yang lain, yang saat ini tidak se-dorm dengan saya. Saya bahkan sempat merindukan saat-saat dimana Super Junior bisa berjumlah 13 orang seperti dulu lagi—jujur saja."

"Ah—Minjae, apa kau dengar Hyuk oppa tadi bilang apa?! Dia bilang jika dia rindu saat Super Junior masih 13 orang. Aaaahh oppa aku juga merindukannya! ELF juga!" racau Jichan usai mendengarkan bagian yang ia rasakan selama ini telah Eunhyuk katakan. Iapun tak kuasa menahan tangisnya. Ditambah lagi ia melihat ekspresi dari sang juru bicara itu seperti menahan tangis pula. "Ya ampun! Itu Hyuk oppa mau nangis itu! Astaga oppa…"

Berbeda dengan Jichan yang rewel, Minjae justru diam dalam tangis. Iapun membenarkan apa yang temannya itu katakan pada layar laptop.

Saat dimana semua tabir, yang selama ini orang-orang pungkiri, namun pada akhirnya tabir tersebut terkuak juga…

Tabir yang mengatakan rasa kerinduan akan kembalinya kehadiran sebuah boyband yang memiliki personil lengkap yang berpadu jadi satu itupun mulai dirasakan kembali dengan hebatnya…

Dan pada akhirnya, semua tak mampu lagi menampik. Hati tak kuasa lagi untuk itu. Kini giliran air matalah yang membuka semuanya…

"…Lalu apakah ada rencana untuk merayakan anniversary kalian secara publik untuk kali ini, dan jika iya, bagaimana rencana kalian tersebut?"

"Ya, kami sudah berencana akan merayakan anniversary kami secara publik, tapi yang tidak terlalu terbuka. Kami akan menyelenggarakan sebuah fanmeeting yang jumlah pesertanya dibatasi sehingga kuotanya tidak terlalu banyak."

"Jadi benar rumor Super Junior yang akan mengadakan fanmeeting itu?" tanya Minjae, yang sebenarnya sudah terjawab secara tidak langsung pada konferensi pers. Memang dirinya sudah tahu kabar itu melalui jejaring sosial yang sudah dibahas dimana-mana dan oleh khalayak banyak, terutama para ELF. Namun ketika itu berita belum dikonfirmasi langsung oleh yang bersangkutan, sehingga pada akhirnya hal tersebut hanya dianggap sebatas rumor belaka dan menjadi angin lalu. Akan tetapi pada akhirnya rumor tersebut ternyata benar adanya.

"Ternyata rumor itu doa, ya," sahut Jichan yang sudah agak tenang walaupun matanya masih terlihat merah, 11-12 dengan Minjae juga.

Mereka berdua terus menyimak konferensi pers walau tadinya sempat terjadi kendala dengan diri mereka sendiri. Sampai kepada informasi mengenai pembelian tiket fanmeeting, mereka mulai menjelajahi situs lain, yaitu website boyband idola mereka itu.

"Cepat pesan tiketnya. Ini tidak boleh kita lewatkan!" ucap Jichan sembari menyaksikan kerja yang dilakukan oleh Minjae melalui kursor putih pada laptop, untuk meng-klik link yang ada agar bisa mendapat apa yang mereka inginkan.

"Kita pesan dua tiket, ne?" Tanya Minjae seraya terus mempekerjakan jemari tangannya untuk menari di atas trackpad laptop.

"Ne, ayo sekarang pesan sebelum kita kehabisan," jawab Jichan seraya berseru. Minjae mengangguk lantas iapun mencoba untuk membeli tiket itu. Dan—

"Berhasil!" seru mereka serempak.

—o0o—

Sebuah mobil sedan berwarna hitam baru saja terparkir di depan sebuah Universitas terkemuka di Amerika. Tidak lama kemudian keluarlah sosok pria dewasa yang mengenakan setelan jas berkemeja putih serta celana hitam yang bergaya formal. Bentuk wajahnya tertutupi oleh kacamata hitam dan masker, sehingga tidak ada satupun orang yang bisa mengenalnya, walau sebenarnya ia adalah tamu undangan dari universitas ini. Jikalau dirinya tidak menyerahkan surat undangannya kepada satpam gerbang tadi, orang itu takkan bisa masuk. Ia lalu menutup pintu mobilnya dan segera masuk ke dalam gedung sambil membawa sebuah tas jinjing.

Kedua kaki dari sang pria begitu melenggang dengan santai. Derapnya yang berasal dari sol sepatu yang beradu dengan lantai cukup terdengar hebat. Maklum ia sedang berjalan di koridor yang sepi. Matanya terus menelisik ruang-ruang yang berada di dalam gedung, berharap ia bisa menemukan tujuannya tanpa salah sasaran. Meski ini adalah kunjungannya untuk kedua kalinya, namun tetap saja ia ragu apakah koridor ini adalah jalan yang sesuai atau tidak. Di berbagai sudut penampilan di dalam gedung tampak sama kecuali nama ruangan yang tercantum serta beberapa quote yang menggantung di langit-langit koridor.

BRAK!

"Eh—sorry," ucap seorang mahasiswi yang baru saja menyenggolnya. Pria yang baru juga usai terkagetpun membalas, "Never mi—"

Gambar itu… Apa dia salah lihat? Gambar di garskin ponsel mahasiswi itu…

Namun sebelum dirinya melihat dengan lebih intens lagi, gadis itu segera pergi. Langkahnya perlahan menjauh membelakangi pria itu. Sementara pria itu masih tidak percaya apa yang dia lihat barusan.

"Apa dia—seorang ELF?"

Pria itu melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti. Namun pikirannya tentang gambar yang di garskin itu masih belum juga berhenti, malah semakin mendesaknya untuk memutar kembali memori masa lalunya ketika dirinya masih tinggal di Korea Selatan sana. Ketika kenangan manis itu ia ukir bersama dengan Super Junior, sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk membangun karirnya sendiri sebagai seorang aktor terkemuka. Dan di Amerikalah ia sekarang, cukup jauh jaraknya dari negeri ginseng itu, sama seperti hatinya yang sekarang jauh dari Super Junior, tidak sedekat dan sehangat dulu.

Dan jujur, pria itu merindukannya. Merindukan kehangatan itu, kehangatan yang begitu berarti bagi dirinya yang diperoleh dari kesebelas member itu. Apalagi suhu di tempat ini cukup dingin, sedingin hatinya kini.

Langkah kakinya terhenti ketika manik matanya menangkap sebuah papan nama yang terpajang di depan pintu. Kacamata dan masker yang melekat di wajahnya segera ia lepaskan, lalu ia masukkan ke dalan kantung celananya. Terlihatlah wajah berkulit putih yang masih terlihat seperti pemuda berusia remaja namun aura dinginnya melebihi es. Iapun lantas mengetuk pintu.

Sementara itu, gadis yang tadi tertabrak oleh pria tadi kini berjalan berbalik arah dari yang sebelumnya, melewati koridor yang sama. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti kembali, saat kedua indra penglihatannya menangkap siluet yang sangat ia kenali. Benarkah—

"Itu orang seperti—Kim Kibum."

—atau hanya mirip?

"Masuk," akhirnya sebuah suara mempersilahkan pria itu untuk masuk. Iapun segera membuka pintu dan memasuki ruangan itu.

"Akhirnya kau datang juga, Bryan."

—o0o—

Author's Cuap-Cuap:

Hai._.

Cerita pertamaku nih. Kekeke~

SUMPAH TELAT BANGET YA HAHAHA

Padahal anniversary SJ sudah dari kapan tau tapi baru publish nih FF sekarang fufufu-,-

Abis uts juga sih hfftt T-T

Tadinya mau dibikin oneshoot, eh jadinya panjang. Yaudah deh /?

Yaudahlahya. Toh ini FF kubikin cuma mau nyalurin ideku aja. Daripada dibuang sia-sia yegak? Sayang-sayang.

Mau review? Monggo :D

Apapun review dari kalian diterima dengan senang hati hehe :D