DONGDAEMUN FIELD

Luhan

Sehun

Kyungsoo

Kai

.

.

From : Kyungsoo

To : Luhan

-kau ingin berangkat bersamaku atau Suho ? Kalau kau ingin berangkat bersamaku. Segeralah bersiap-siap. Kita berangkat jam 1 siang.

Luhan menggigit jarinya membaca pesan dari Kyungsoo. Ia sangat bingung harus berangkat bersama siapa. Di satu sisi, ia ingin berangkat bersama Kyungsoo karna dari awal. Ia sudah bersama Kyungsoo merencanakan bepergian ini.

Tapi, di sisi lain ia ingin mereka berangkat bersama Suho karna lebih hemat biyaya dan Suho berkata mereka akan berangkat jam 3. Jadi, ia masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan semuanya.

Luhan baru saja lulus SHS dan ia akan mendaftar ke universitas pilihannya di Seoul bersama sahabatnya Kyungsoo. Namun, itu rencana awal. Ia hanya akan pergi bersama Kyungsoo.

Mereka bertemu Suho dan Kris saat mengurusi semua syarat pendaftaran. Kebetulan Suho dan Kris juga ingin melanjutkan pendidikan di tempat yang sama dengan Luhan dan Kyungsoo

Luhan berencana ia dan Kyungsoo akan berangkat bersama Kris dan Suho menggunakan mobil pribadi. Dan awalnya semua setiju. Tapi, entah mengapa Kyungsoo berubah pikiran

Drrtt.. drrtt..

From : Suho

To : Luhan

-Lu, Kyungsoo akan berangkat sekarang. Bagaimana ? Apa kita bertiga saja dengan Kris ?

Luhan POV

Aish… bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan ? Aku benar-benar bingung..

To : suho

From : Luhan

-Tapi, kita benar-benar berangkat jam 3 kan ? Kalau sudah pasti, aku berangkat bersama kalian saja. Biarkan saja Kyungsoo pergi sendiri

To : Luhan

From : Suho

-iya, jam 3 pagi.

Hah…?

Mataku membulat membaca pesan dari Suho. Astaga, jadi jam tiga yang di maksud itu jam 3 pagi ?. Bukan jam 3 sekarang ?

Bagaimana ini? Tidak bisa kalau harus berangkat jam 3 pagi sementara besok adalah hari terakhir pengumpulan berkas. Dan mungkin saja walaupun hari ini tanggal merah. Mungkin saja pendaftaran akan tetap di buka.

To : Suho

From : Luhan

-YA! Kenapa kau tidak bilang dari tadi kalau jam 3 yang kau maksud jam 3 pagi?! Yang benar saja, besok kita berangkat jam 3 lalu akan tiba jam berapa ? Tiba saat pendaftaran resmi di tutup, eoh ?

To : Luhan

From : suho

-hehe.. mian, mobilku sedang di service. Nanti malam baru bisa di ambil. Bersabarlah sedikit. Tidak akan di tutup sebelum kita tiba. Percayalah

Aku mendengus kesal. Jika saja Suho ada di hadapanku, sudah ku remukkan tulangnya hingga patah. Kalau begitu, ini jam berapa. Aku menoleh pada letak jam dinding di sudut ruangan. Kalau sempat, aku akan berangkat bersama Kyungsoo saja

What ?

Mataku membulat mendapati letak jarum pendek pada jam.

TIDAK!..

Aku tidak mau berangkat sendiri. Aku tidak bisa jika tidak ada Kyungsoo… aissh.. aku kan pemalu. Masa harus berangkat sendiri?

Cepat ku raih ponselku dan membalas pesan Kyungsoo yang sebelumnya ku abaikan

To Kyungsoo

From : Luhan

-kau di mana ? Aku berankat bersamamu saja. Tolong tunggu aku..

Aku mulai gelisah menatap ponselku yang tidak ada tanda-tanda Kyungsoo akan membalasnya. Aku sama sekali belum bersiap-siap dan sekarang sudah pukul 12:45.

Aku harap aku tidak akan pergi sendiri. Yah, walaupun bersama Suho dan Kris juga bisa. Tapi, aku khawatir kita tidak akan tiba di pagi hari. Jarak tempuh Busan dan Seoul cukup jauh… bisa saja kita tiba di sore hari.

Drtt.. drrtt…

Cepat ku lihat ponselku saat sebuah pesan masuk tertera di layar touchnya

From : Kyungsoo

To : Luhan

-maaf, tadi aku sedang mandi. Kalau ingin berangkat bersama. Cepatlah, aku akan menunggumu di halte. Oh ya, Kai juga akan ikut bersama kita.

Aku mengerutkan kening membaca pesannya. Kai? Kai siapa?

To : Kyungsoo

-Kai? Nugu?

Tak lama kemudian ponselku kembali bergetar tanda balasan dari Kyungsoo

From : Kyungsoo

-Kai, dia senior di club dance ku.

Aku hanya ber oh dan mulai mempersiapkan semua kebutuhan yang akan ku gunakan selama 3 hari di Seoul. Oh, senangnya…. Setelah sempat mendapat larangan dari appa, akhirnya aku bisa juga melanjutkan pendidikan di universitas yang aku inginkan dengan bantuan eomma. Aku semakin menyayangi eomma

Beberapa menit kemudian, aku sudah selesai dan tinggal membersihkan diri. namun, tiba-tiba ponselku berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk. Ku lihat layar touchnya tertera nama Kyungsoo. Aku langsung saja mengangkatnya

"yeoboseo?"

"kau di mana? Cepatlah, sebentar lagi bus menuju Seoul berangkat." Aku refleks mengarahkan pandanganku ke jam yang menempel di dinding dan terbelalak panic melihat jarum pendeknya sudah berada pada angka melewati perjanjian

"ya ya.. tunggu, aku berangkat sekarang. Tunggu ne, aku akan berangkat." Tiba-tiba sambungan terputus. Aku langsung penik dan melempar handuk mandi yang tadi ku sampirkan di bahu lalu langsung membuka lemari untuk mencari pakaian yang akan aku kenakan

Tidak mandi, tidak apa. Yang penting aku tidak bau dan berkeringat. Ku pakai pakaianku dengan terburu-buru, tidak perduli pemasangannya benar atau salah. Saat hendak menggunakan sepatu, ponselku kembali berbunyi

Kyungsoo di sana sudah mengomel, katanya aku akan di tinggal karna supir bus dan penumpang lainnya juga sudah mengelu akan keleletanku tiba di tempat. Aku coba membujuknya untuk mengulur waktu dan berkata aku sudah di jalan. Padahal aku masih sibuk di dalam kamarku

Saat sambungan terputus. Aku meraih semua bawaanku hendak keluar rumah, namun, tiba-tiba aku berhenti lupa kalau aku tak punya uang sama sekali. Sebenarnya ada, tapi, aku tidak mau menggunakan uang tabunganku. Lalu, bagaimana sekarang?

Ponselku kembali berbunyi dan aku mengabaikannya.

Oh Tuhan! Aku harap eomma pulang sekarang juga. Tapi, itu tidak mungkin. Eomma selalu pulang di malam hari. Jadi, bagaimana ini….

Ku acak rambutku yang sudah tertata rapi dan duduk di sofa depan TV. Kyungsoo terus menghubungiku, bahkan mengirimku pesan membuatku ingin melempar ponsel itu ke sudut ruangan.

Arghh.. baiklah! Tidak ada pilihan lain.

Aku beranjak memasuki kamar dan membuka laci tempatku biasa menaruh sejumlah uang yang ku miliki lalu menarik keluar beberapa lembar won. Setelahnya aku keluar menyambar tas ransel dan koperku sebelum keluar rumah. Saat hendak menutup pintu, ku lihat sebuah mobil memasuki pekarangan rumah. Mobil eomma.

Aku bersorak dalam hati dan langsung menghampirinya. Wanita paruh baya itu terlihat heran dengan penampilanku yang membawa koper

"besok pendaftarannya di tutup. Kyungsoo dan aku berencana berangkat hari ini." eomma mengerutkan kening. Ponselku kembali berbunyi

"eomma, beri aku uang. Akan ku jelaskan nanti. Aku benar-benar tak punya waktu." Aku melihat ponselku yang memperlihatkan panggilan masuk dari Kyungsoo "aish! Kyungsoo. Eomma, Kyungsoo bisa-bisa meninggalkanku." Eomma menggeleng dan masuk ke dalam rumah membuatku panic setengah mati

"lalu bagaimana dengan Kris dan Suho?"

"mereka berangkat besok pagi, kami tidak jadi berangkat bersama." Ucapku mengikuti langkah eomma

"siapa yang mengendarai mobilnya?" aku mengerutkan alis bingung mendapati pertanyaan eomma. Namun, detik kemudian aku memutar bola mataku menatap punggung eomma dengan malas

"Do ajjushi. Kami berangkat dengan Do ajjushi, kami akan menginap di rumah kerabat Kyungsoo yang ada di Seoul." Semuanya bohong

Oh ayolah. Eomma, aku ini anak laki-laki berusia 18 tahun.

Eomma membalik tubuhnya menghadapku dan menatapku intens seolah mencari sesuatu dari raut wajahku. Sadar akan hal itu, aku langsung mengalihkan pandanganku menatap layar ponselku yang menampilkan pesan masuk dari Kyungsoo. Aku melakukan itu karna tak bisa berbohong jika sudah mendapati tatapan seperti itu dari.

Bisa-bisa, eomma mendukung appa memasukanku ke universitas pilihannya.

"eomma, Do ajjushi menyuruhku untuk segera berangkat. Kami bisa sampai malam hari kalau terlalu lama menungguku." Ku lihat eomma mulai merogoh tasnya dan mengambil dompet sebelum menarik beberapa lembar won lalu menyerahkannya padaku.

Aku langsung menerimanya dan mencium pipi eomma terburu-buru keluar rumah.

Sepanjang perjalanan. Kyungsoo terus menghubungiku. Aku bahkan tak turun di tempat yang seharusnya dan memilih berjalan kaki ke halte karna ku tau. Bis yang ku naiki masih akan berputar di beberapa pemberhentian lagi sebelum sampai ke tujuanku.

Sesampainya aku di sana. Semuanya terlihat menghela napas dan aku langsung menerima pukulan dari Kyungsoo dan mendapat kekehan dari temannya, Kai, serta cibiran dari supir bus.

.

.

Sesampainya di Seoul. Kyungsoo meminta supir bus menurunkan kami di Dongdaemun. Ku pikir kami akan mencari tempat menginap yang dekat dengan Dongdaemun, namun, nyatanya Kyungsoo bukan memasuki wilayah pasar itu.

Ia malah membawa kami ke sebuah tempat yang di penuhi anak-anak seumuran kami, masih dekat dengan pasar Dongdaemun. Kami lalu berhenti di sebuah café membuatku terheran-heran dengan tingkah Kyungsoo.

"kita menginap di mana?" tanyaku sambil mengedar pandang ke gedung-gedung tinggi di hadapanku

"di rumah Choi ajjushi." Aku menatapnya bingung.

"rumah Choi ajjushi? Bukankah kau bilang kita menginap di apartemen?" dia lalu menoleh manatapku sambil menempelkan ponsel ke telingannya

"Luhan sayang, sebenarnya aku juga ingin seperti itu. Tapi, eomma menghubungi Choi ajjushi kalau kita akan menginap di rumahnya. Jadi, tidak mungkin kita menginap di apartemen. Eomma bisa membunuhku kalau mendengar kita tak datang ke sana."

Oh yaampun. Ku pikir Kyungsoo di bebaskan oleh eommanya.

"itukah mereka?" ku tolehkan kepalaku menatap Kai yang tengah menatap lurus ke lapangan. Terlihat di sana banyak orang yang berkelompok, mereka terlihat sedang berlatih dance.

"eum, yang berpakaian serba hitam bertuliskan BAP." Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Kyungsoo namun tetap mengikuti arah pandang mereka ke lapangan.

"aish! Kenapa dia tidak mengangkatnya." Kyungsoo menggerutu sambil menekan-nekan ponselnya sebelum menempelkan kembali ke telinganya.

Aku menoleh ke belakang tepat sebuah café sebelum kembali menoleh ke depan dan beberapa orang terlihat mengendarai sepeda di malam hari berkeliaran di sekeliling lapangan. Di seberang lapangan, ada sebuah tempat karaoke yang terlihat besar dan beberapa orang berpakaian mewah terlihat keluar masuk dari sana.

"lalu kapan kita ke tempat Choi ajjushi? Kau tau kalau ranselku ini sangat berat." Ku tepuk tas ranselku dan memasang raut wajah semengeluh mungkin. Ia berdecak dan berkata "kalau berat, kau bisa melepaskannya. Kita tunggu sebentar lagi Choi ajjushi akan menjemput kita di sini."

Aku hanya mengangguk dan menatap Kai yang terlihat sedang menghisap rokoknya. Eh? Sejak kapan dia mematik api?

Aku kembali menatap Kyungsoo yang terlihat sedang berbicara dengan seseorang di telepon sambil melihat ke lapangan. Tak lama setelahnya, sambungan terputus dan dia mengajak kami untuk mengikutinya ke lapangan. Aku diam saja sambil menguap mengikuti mereka dari belakang.

Sesampainya, kami langsung di sambut gerombolan anak-anak yang tadi terlihat sedang berlatih dance. Mereka langsung bersama dengan Kyungsoo mengabaikanku dan Kai. Sempat beberapa dari mereka bertanya tentang aku dan Kai. Kai langsung menyambut hangat mereka dengan berkenalan

Sementara aku? Aku sudah memasang headsetku di telinga membelakangi mereka semua dan lebih memilih menatap keramaian Dongdaemun sambil menikmati alunan music bit.

Jangan heran, aku akan seperti ini kalau berada di tempat yang ramai. Aku benar-benar tidak suka

Beberapa saat kemudian, aku merasa punggungku semakin sakit karna beban di ranselku. Ku tolehkan kepalaku ke samping melihat Kyungsoo dan Kai yang tak lagi berada di tempatnya.

Aku panic dan mengedar pandang sekeliling. Mereka pindah ke tengah lapangan. Terlihat di sana Kai mengikuti gerakan seorang pemuda yang berdiri di depannya sambil meliukan tubuh menari. Dan Kyungsoo terlihat sedang berbincang dengan seseorang di pinggir lapangan.

Astaga! Apa aku di telantarkan?

Aku mendengus kesal menendang sebuah plastic yang ada di dekat kakiku tak berniat menghampiri mereka.

Ku tolehkan pandanganku ke sana kemari. Banyak yang berlatih dance dan skate di sini. Aku mengambil inisiatif untuk mengistirahatkan kakiku yang dari tadi berdiri dengan pergi ke ujung lapangan dan meletakan tasku di sana sebelum duduk.

Aku menoleh ke samping saat ku rasa tas-tas yang tersusun di sampingku bergerak sendiri. Aku langsung berdiri dan menatap horror tas-tas itu yang tiba-tiba keluar sebuah tangan dari sana. namun, aku hanya mengerjab bingung saat sebuah kepala muncul dari sana bersama badan yang terduduk dan tangan yang mengacak rambut

Ternyata seseorang.

Aku bernapas lega dan duduk kembali di tempatku.

"kau dari grup dance mana? Aku belum pernah melihatmu di sini." Aku menoleh mendengar seseorang bicara dan mendapati pemuda yang tadi tidur di kerumnan tas-tas tadi.

"aku bukan anggota dance dari grup manapun." Ucapku sebelum mengalihkan pandang melihat ke tengah lapangan

"oh, kalau begitu kau bergabung dengan komunitas skateboard yang mana?"

Aku mengerutkan alis. Kenapa orang ini sangat ingin tau?

"aku bukan dari Seoul."

Ia terlihat mengerutkan alis dan menatpku dari ujung ke ujung membuatku risih. Tidak sopan!

"oh." Lalu ia beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapanku menghalangi pandanganku ke tengah lapangan. "aku juga bukan dari Seoul. Kau datang bersama siapa?"

Aku menengadah menatapnya

"dengan teman-temanku. Bisakah kau menyingkir? Aku tidak bisa memantau mereka." ia mengedikan bahu dan menyingkir dari hadapanku berjalan ke tengah lapangan.

Setelahnya. Aku melihat pemuda tadi menghampiri seseorang di tengah lapangan. Namun, tiba-tiba Kai menepuk bahunya dan mereka saling membenturkan bahu. Terlihat sangat akrab

Setelahnya ku lihat Kyungsoo ikut berdiri dan menyapa pemuda tadi dengan cara yang sama dengan Kai. Siapa dia sebenarnya?

Setelahnya mereka terlihat mengobrol sambil berdiri. Lalu Kyungsoo terlihat mengedarkan pandang berubah panic. Ada apa dengannya?

Kyungsoo terlihat menggerak-gerakan tangannya menatap pemuda tadi sebelum mengangguk. Tiba-tiba pemuda itu menoleh ke arahku. Entahlah, menoleh ke arahku atau arah yang lain. Namun, Kyungsoo dan Kai terlihat mengikutinya dan Kyungsoo mendekat ke arahku dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"wae?" tanyaku saat ia berdiri tepat di depanku. Ia menoyor kepalaku membuatku sedikit terhuyung ke belakang

"kenapa kau hobi sekali menyendiri dan menghilang tiba-tiba, eoh? Kau membuatku panic! Bagaimana kalau kau tersesat dan eommamu tiba-tiba menghubungiku?." ucapnya sekali lagi menoyor kepalaku. Aku mengerutkan alis.

Sejak kapan Kyungsoo bertingkah seperti eommaku? Apa dia pikir aku tak pernah ke Seoul sendirian? Sampai-sampai berpikir kalau aku akan tersesat?

Aku hanya diam tak menanggapi ucapannya dan memilih menguap lebar-lebar.

"kau mengantuk?" aku hanya mengangguk sambil memeluk kakinya menyandarkan kepalku di kakinya yang pendek.

"baiklah, kita pulang. Cepat kemasi barangmu, aku akan menghubungi Choi ajjushi untuk menjemput kita."

Apa?

Aku langsung melepas pelukanku di kakinya dan menatapnya tak percaya. Ku pikir dari tadi ia menghubungi seseorang itu sedang menghubungi Choi ajjushi. Astaga! Kenapa Kyungsoo suka sekali mengulur waktu?

Aku berdecak mengambil barangku dan mengikuti Kyungsoo yang menghampiri Kai dan pemuda tadi.

Kyungsoo dan Kai terlihat mengobrol sebentar dengan pemuda tadi sebelum berpamitan. Aku sudah beberapa kali menguap dan menarik baju Kyungsoo agar segera pergi. Kyungsoo berkata agar aku dan Kai duluan saja.

Akupun hanya berjalan dengan Kai di sampingku. Tak lama kemudian Kyungsoo sudah berada di belakang kami dan mengobrol ringan dengan Kai. Aku tengah menguap lagi saat tiba-tiba ponselku berbunyi. Sebuah nomor yang tak ku kenal tertera di layar touchnya namun segera ku angkat saja.

"lihat ke belakang." Kata suara yang terdengar hyski dari seberang sana. Aku berhenti berjalan dan menoleh kebelakang mendapati pemuda tadi melambaikan ponselnya ke arahku sebelum menempelkannya lagi ke telinga.

"salam kenal, Luhan." ucapnya dari sambungan telepon, lalu ontak kami terputus karna ia mematikannya dan berjalan ke tengah lapangan. Aku hanya mengerjab bingung, coba mencerna apa yang terjadi sebelum suara Kyungsoo mengintrupsiku dengan teriakan. Aku langsung tersadar dan menghampiri pemuda cerwet itu

"kau member nomorku pada seseorang?" tanyaku to the point karna curiga saat aku dan Kai berjalan tadi Kyungsoo kami tinggal dengan pemuda yang baru saja menghubungiku.

"eum, kenapa? Ada nomor asing yang masuk ke kontakmu?" aku hanya mengangguk

"sepertinya Sehun menyukaimu." Aku mengerutkan alis mendengar nama yang asing. Namun, mengingat pertanyaan Kyungsoo sebelumnya aku teringat sesuatu

"Sehun? Apa itu nama pemuda pucat yang bicara denganmu dan Kai tadi?" Kyungsoo hanya mengangguk. Aku hanya ber oh dan menoleh ke belakang melihat di lapangan datar dengan lantai yang licin.

Terlihat dari tempatku pemuda bernama Sehun itu tengah memperagakan sebuah gerakan yang diikuti teman-temannya lalu melambai saat melihat ku menoleh. Refleks hal itu juga di ikuti teman-temannya membuatku tertawa, sebelum teman-temannya menyadari Sehun melambai bukan karna memperagakan sebuah gerakan melainkan karna melihatku, tiba-tiba teman-temannya menerjang Sehun hingga ia di kerumuni teman-temannya terbaring di lantai.

END

Ell note:

Geje?

Hhhh!... FF ini terinspirasi dari cerita Ell waktu ngedaftar ke perguruan tinggi. Sebenarnya masih ada lanjutan gejenya lagi, tapi, berhubung ini one shot. Sampai di situ aja kkk~

Semuanya emang cerita Ell kecuali bagian Sehun yang agak gimana gitu sama Luhan. terus, Kyungsoo kenapa begitu? Dan sikap Luhan yang sebagai Ell kenapa kayak gitu sama Kyungsoo? Itu karna di cerita nyata Ell. Kyungsoo itu cewek, jadi yah wajar kalau dia kayak ibu-ibu atau bagian Ell yang peluk-peluk kakinya *plak!

Sebenarnya banyak bagian lucu dari cerita masuk perguruan tinggi ini. Tapi, mungkin Ell bakal certain dengan judul yang berbeda. FF ini emang menggantung :P kkk`~

Yaudah, gitu aja. Gak ada romantisnya di sini. Baru permulaan kok :P

Terimakasih buat yang bersedia mau bacaaaaa~~~~….