School days with trouble

Rating: T

Genre: Romance Comedy

Warning: Geje, Abal , Typo, Garing, OOC, dll


Kalau berbicara tentang masa sekolah, itu pasti tidak ada habisnya. Apalagi kalau dirimu menjadi seseorang yang memiliki peran yang cukup penting di sekolahmu. Yah, bisa dibilang mungkin seperti aku ini. Namaku Artoria Pendragron, aku ketua kelas dari 2-1 sekaligus ketua osis di sekolah. Ya, begitulah… semua tunduk padaku dan takut padaku, mereka pun menjulukiku seekor singa yang tidak bisa di taklukan. Aku selalu melakukan yang terbaik untuk orang orang yang ada di sekitarku, seperti misalnya membantu mereka kalau kesulitan, mengunjungi mereka kalau mereka sakit, bahkan menenemani mereka kalau mereka sedang kesusahan tapi aku tidak mau membantu memberikan contekan atau member contekan PR.

Aku memiliki tanggung jawab tersendiri, berhubung aku ini ketua kelas. Di kelasku ada sebuah papan absen di dekat meja guru. Setiap hari aku melihat nama Gilgamesh disana, nama itu tak pernah terhapus dari papan tulis. Rasanya tulisan nihil tidak pernah terlihat di papan itu. Apa mungkin istilah kata nihil sudah diganti dengan kata Gilgamesh? Aku juga tidak tahu, sampai hari ini pun aku tidak tau, seperti apa wajah murid yang sering tidak masuk yang bernama Gilgamesh itu.

Aku menoleh pada bangku disebelahku, disana ada seorang pria dengan rambut yang terangkat ke atas dan menyisakan sedikit rambut di dahinya, dia temanku sekaligus wakil ku, namanya Diarmuid. Dia sering menemaniku bertugas, tapi sepertinya dia mengerti sesuati mengenai siswa yang sering bolos ini dibandingkan dengan diriku yang lebih sering menyibukkan diri dengan segala kegiatan OSIS itu.

"Psst… Diarmuid… Kamu tau anak yang namanya Gilgamesh ngga?" Diarmuid menatapku dan memejamkan matanya sebentar seolah dia sepertinya berpikir dengan keras.

"Hmmm… Gilgamesh ya? Aku sering dengar namanya sih di kalangan guru guru. Sepertinya dia agak bermasalah, tapi errr… Kudengar gossip dia penyumbang biaya terbesar buat sponsorin sekolah ini lhooo…" Mataku terbelalak mendengarnya, penyumbang terbesar? Dia kira dengan jadi penyumbang terbesar bisa bolos seenaknya? Enak banget dia? Anak ini bener bener deh harus diberi pelajaran. Jangan jangan nanti waktu Ujian tengah dia ga masuk lagi, lalu ada nilainya. Enak sekali dia?

"Hmmm… Sepertinya dia butuh sedikit disiplin, enak saja bolos bolosan terus, dia kira kalo nyumbang duit banyak bisa bikin dia santai apa…" Mendadak semangat Athuria berkobar, dia sudah menyiapkan strategi untuk membawa murid yang namanya Gilgamesh untuk kembali masuk ke dalam kelas. Namun Diarmuid hanya bisa menghela nafasnya dengan pasrah.

"Errr… bukan begitu sih… Tapi gossip lain yang beredar… Gilgamesh gapernah datang ke sekolah lho…" Sontak Arthuria pun berteriak

"APA? Enak sekali dia bisa begitu, anak itu benar benar butuh di kerasin deh…" Dianmuid hanya bisa tersenyum dan menepuk bahu temannya

"Kalau begitu selamat berjuang, semoga saja bisa bertemu dia… Aku mau ganti sepatu, setelah ini kita pelajaran olah raga" Begitu katanya seraya ia pergi meninggalkan temannya dan membawa bola basketnya ikut bersama dengannya


Arthuria menjerit kesakitan beberapa kali, kakinya bengkak karena tergelincir di dekat kolam renang. Bersama dengan Diarmuid yang membantunya berjalan ke ruang kesehatan. Artoria duduk di ranjang kosong dekat dengan meja petugas kesehatan. Sayangnya, petugas kesehatan tidaklah tampak sama sekali. Diarmuid pun menghela nafasnya karena dia tak tau harus melakukan apa.

"Artoria, kau duduk disini dlu… Errr, aku agak lupa kalau pertolongan kaki bengkak itu di kompres air panas atau air dingin" Diarmuid menggaruk pipinya, karena dia sama sekali tidak paham tentang pertolongan pertama karena dia bukan anak kesehatan

"Ermmm… Seingatku air panas deh ya? Tapi masa air dingin? Aku juga agak lupa sih…" Sepertinya Arthuria pun juga tidak mengerti, lebih baik mereka mencari penjaga ruang kesehatan yang sekarang

"Arthuria, aku tidak hafal kalau bengkak harus apa… hnggg.. aku panggilkan dokter saja yaaa…" Begitu kata Diarmuid seraya ia segera meninggalkan Arthuria seorang diri di ruang kesehatan.

"Eh… Diar tunggu, ei… jangan tinggalkan aku dong…" Sayangnya suara itu tidaklah didengar Diarmuid yang sudah menjauh dari sana. Arthuria pun hening, ia tidak tau mau melakukan apa. Tubuhnya pun basah kuyup terkena air dari kolam renang, sekarang ia kedinginan, ditambah lagi dengan AC di ruangan kesehatan yang makin membuatnya menggigil.

"Aduh, Gil… Sudah aku lelah jangan main lagi" Suara itu terdengar familiar di telinga Arthuria. Kalau dari suara sih, sepertinya suara laki laki, tapi dia kurang yakin karena bayangan yang tampak dari tirai yang memisahkannya dari ranjang sebelahnya. Disana dia melihat 2 sosok yang sedang berduaan di ranjang. Yang satu berambut panjang, yang satu lagi sudah jelas laki laki dari postur badannya.

"Apaan sih gil… Udahan kenapa, aku mau balik kelas, nanti aku dilaporin ke Iskandar sensei…" Mendengar itu, Artoria hening. Apa? Iskandar sensei? Wali kelas mereka? Jadi anak yang diduga sedang "main" itu sepertinya salah satu anak kelasnya. Arthuria yang penasaran itupun dengan kakinya yang sedang sakit mengendap endap mencoba untuk mengintip dua sosok yang sedang ada di sebelahnya.

"Gil, udah aku mau balik ihhh… Cape tau gak nemeni kamu terus… Lagian masa kamu mau bolos kelas terus?" Eh? Dia maksa perempuan yang rambutnya hijau manis itu? Dasar si blonde berengsek. Begitulah pikir Arthuria yang terus memperhatikan kedua temannya itu

"Ayolah Enkindu, nanti aku antar pulang deh…" Sahut lelaki blonde dengan wajah sok bossy yang mukanya serasa ingin ti tonjok Arthuria

"GILGAMESH… AYOLAH… SEKALI KALI MASUK KELAS" Seketika arthuria pun terbelalak mendengar nama itu dan ia segera berdiri membuka tirai pembatas ruangannya karena emosi. Dengan wajah yang basah kuyub dan bajunya yang basah, sehingga membuat lekuk tubuhnya terlihat dia berteriak dan meletakkan tangannya di pinggang

"JADI KAMU YANG NAMANYA GILGAMESH? YANG HOBI BOLOS ITU YA?"

Lelaki yang namanya Gilgamesh itupun hanya terbelalak melihat Arthuria, matanya tak lain melihat ke satu tempat dan dia hanya berkomentar 3 kata

"Dadamu rata ya?" Wajah Arthuria pun merah, dia menutup tubuhnya dengan korden. Lelaki yang namanya Enkindu itupun hanya tersenyum kecil menahan tawanya melihat temannya mencari masalah dengan ketua kelasnya

"Mesummm kamu… Mesummm… Dasar mesum… Aku doakan kamu gapunya pacar dasar Homo!" Begitu kata Arthuria yang mengutuki Gilgamesh, teman sekelasnya yang legendaries itu

"Errr… Aku bisa lihat bra biru muda renda renda warna putih yang kamu pake itu dari balik korden lho…" Enkindu pun tidak kuasa untuk tertawa melihat temannya yang mesum itu. Maklum, namanya juga Gilgamesh.

"MESUMMMM…" Arthuria, 16 Tahun, Terkenal sebagai cewe paling perkasa disekolah melemparkan pukulan mautnya pada seorang yang baru pertama kali dia temui, Gilgamesh.

"Wah, kasar sekali… Ketua osis kita kasar juga yaaa…" Gilgamesh berhasil menghindar dari pukulan maut ketua kelasnya dan menangkap kedua tangannya, namun sayangnya Arthoria kembali terpeleset karena kehilangan keseimbangan dan membuatnya terjatuh tepat diatas Gilgamesh.

"Aduh, sudah lepaskan aku… Aku ketua OSIS mu, jangan macam macam kamu!" Arturia mulai mengancam rupanya, tetapi Gil tidak banyak komentar, dia malah memainkan rambut ketua OSISnya sambil tersenyum

"Cewe gaboleh kasar lhooo" Arthuria mulai sebal dengan kelakuan playboy yang ada di bawahnya, belum lagi komentar komentar mesumnya itu

"Eh iya, kukira rata… Ternyata empuk juga…" Gilgamesh tersenyum dengan wajah mesumnya. Sementara ia lengah Arthuria berhasil men tattoo wajah gil dengan sebuah telapak tangan berwarna merah di pipinya.

"Aduh… Sakit juga… Kuat juga dirimu buat ukuran perempuan…" Enkindu yang dari tadi hanya melihat itupun membuka mulutnya dan berkomentar

"Errr Gil, Arthuria ini juara Anggar tingkat nasional, errr dia juga atlit tinju katanya" Gil pun hening mendengar komentar Enkindu, sepertinya menaklukan Arthuria butuh sebuah perjuangan extra. Arthuria yang mendorong pelan tubuhnya dari Gilgamesh, namun sayangnya karena kakinya yang bengkak itu tidak dapat membuatnya berdiri dengan seimbang dan membuatnya jatuh terjengkal ke belakang

"Wow… Biru muda juga bawahnya" Gil tersenyum mesum, sementara Enkindu pun membuang wajahnya karena dia sudah lelah dengan kelakuan temannya

"Hei kau cowo mesum… Ngapain komentar aneh aneh…" Sepertinya Arthuria mulai kesal dan menutupi pahanya supaya si pirang mesum di hadapannya tidak terus memperhatikannya. Namun Enkindu menyadari sesuatu dan dia mulai angkat suara

"Gil, sudahlah… Sepertinya dia sakit… Aku urus dia dulu… Kau diam saja disana" Enkindu pun segera mendekati Arthuria dan membawanya ke kursi terdekat dan memberikannya obat. Namun Arthura masih belum terima rupanya

"Nggak! Pokoknya besok aku mau liad anak yang namanya Gilgames masuk kelas! 2 minggu lagi Ujian Tengah… enak aja bolos muluuu dasar merasa boss!" Enkindu menghela nafasnya seraya ia membayangkan wajah Gilgamesh yang akan terus mengumpat di kelas karena dia tidak suka di kelas

"Iya, akan ku usahakan dia masuk kelas besok…" Kali ini arthuria terus memperhatikan Enkindu yang sedang mengobati kakinya. Namun dari kejauhan ada sepasang mata yang melihatnya dari balik korden. Siapa lagi kalau bukan Gilgamesh. Dia tersenyum sendiri selagi menyaksikan ketua OSIS nya yang sedang diobatin oleh temannya sendiri.

"Eh, Enkindu… Ketua Osis kita tadi namanya siapa sih?" Enkindu yang sedang membersihkan alat alat yang ia gunakan untuk mengobati Arthuria itupun melayangkan pandangannya pada temannya yang sedang duduk di ranjang dengan PSP yang ada di tangannya.

"Hmmm… Kenapa sih tadi ngga Tanya dia namanya siapa? Kok malah Tanya ama gue?" Enkindu sepertinya kesal dengan kelakuan temannya ini, yang benar saja. Masa sampai ketua kelas dan ketua OSIS sekolah sendiri tidak tau? Yah, maklumi saja raja preman yang satu ini.

"Ayolah, tadi saja baru bertemu dengannya sudah dilabrak begitu bagaimana mau Tanya namanyaaaa…" Gil tumben tumbenan peduli sama orang? Bisanya dia Cuma suka main PS dan gak peduli dengan orang lain deh? Apa ini suatu tanda?

"Namanya Arthuria Pendragon, dia lumayan kaya raya sih. Seingatku orang tuanya punya rumah mirip istana, yah tajir kea elu gitu. Orang tuanya tinggal di inggris disini dia tinggal di apartemen sama kakaknya. Hmmm… Tapi dia murid teladan sama… Ah iya… Banyak cowo yang sempet nembak dia katanya, tapi errr… Mereka takut dluan soalnya errr… yaaa… kamu liad sendiri kan?" Gil hanya mengangguk saja mendengar penjelasan dari Enkindu. Enkindu sendiri heran dengan kelakuan Gil yang mulai ajaib

"Napa gil? Naksir ya? Tumben seleramu yang kea gitu? Biasanya yang badan bohay, paha semok, pantat bahenol plus oppai besar gitu?" Gilgamesh hanya tertawa mendengar komentar temannya. Enkindu belum tahu rupanya kalau sepertinya Gilgamesh hanya tertarik untuk membuat ketua osis mereka makin tampak wanita dan bertobat di pelukannya

"Yaaa gitu deh, dasar kepo kamu… Lagian nanti juga kl sama gue bisa di latih kok biar dia jadi bohay dan semok… Ah iya… Tadi pas kamu obatin suara dia pas njerit kesakitan manis juga tuh… Jadi pengen denger lagi" Enkindu terbelalak mendengar komentar temannya yang sepertinya agak gila itu. Menjinakkan ketua osis mereka yang kea singa itu? Sebetulnya Enkindu hanya bisa bilang selamat berjuang saja, baru bertemu saja dia sudah speechless dengan mereka apa lagi nantinya.

"Selamat berjuang aja deh Gil…" Begitu kata Enkindu sambil menepuk bau temannya

"Lah napa sih? Asik kali kalo aku bisa tahlukin ketua osis elu yang serem itu…" Gil Over pede rupanya, dasar narsis

"Gue nyerah gil kalo sama ketua osis… Serem" Enkindu merinding sendiri membayangkan wajah Arthuria yang sedang memarahinya

"Cih, serem serem gitu keliatannya asik juga tuh kalo di bully… Toh dia udah 16 tahun single kan?" Gilgamesh kembali tersenyum setan namun Enkindu membuang pandangannya karena lelah dengan temannya

"Iya sih dia single 16 tahun, tapi… Errr… kamu yakin tuh? Ada wakilnya dia sih, kadang kukira kea pacarnya dia" Gilgamesh mendecih, sepertinya dia kesal kalau di bandingkan dengan orang lain

"Cih, tentu aku lah lebih berkompeten…" Gilgamesh tersenyum licik, Enkindu hanya bisa menghela nafasnya. Seketika akal busuk yang mungkin sepertinya bisa membuat Gilgamesh sedikit tobat merasuki

"Gil, gimana kalo besok kamu masuk kelas… Hmmm… sebelahnya ketua osis itu bangku kosong lho… ga ada yang berani duduk sebelah dia kecuali si wakilnya dia itu… Gimana mau masuk kelas?" Tawaran yang lumayan menarik bagi Gil kalau dia harus duduk disebelah ketua osisnya yang galak ini, Gilgamesh tersnyum, sepertinya dia tertarik pada tawaran ini

"Baiklah, besok aku akan masuk kelas… Tapi ingat, aku Cuma mau duduk di sebelah ketua osis! Bukan disamping para mongrel berisik yang suka mengerumuniku…" Enkindu pun terdiam mendengarnya. Dia lupa kalau Gilgamesh punya banyak fangirl, yah ngga kalah sama Arthuria yang terkenal banya cowo yang suka dia itu.

"Iyaaa… Bereslah gil… semua bisa diatur… Tapi syaratnya kamu datang pagi pagi ya…" Sekarang Enkindu malah bingung, bagaimana dia menggeser tempat duduk Diarmuid biar Gilgamesh bisa duduk disebelah Arthuria.


Pagi itu, Enkindu segera mengotori meja milik Diarmuid, sebelum Arthuria datang. Dia mencoba untuk mengusir Diarmuid yang selalu duduk di sebelah Arthuria, kemudian memindahkan buku buku diarmuid ke bangku lain yang ada di pojok belakang yang terkenal selalu kosong. Enkindu gemetaran mencoba untuk melakukan hal setan sejahat itu untuk pertama kalinya. Namun sebetulnya ini juga demi kebaikan temannya yang selalu tidak masuk kelas itu. Paling tidak mungkin ketua kelas akan menyetujuinya karena setidaknya dengan Gil yang berada di sampingnya mungkin saja dia tidak akan bisa berbuat macam macam kepada guru kelas mereka, Pak Iskandar.

Sesuai dengan rencana Enkindu, pagi itu Gilgamesh datang lebih pagi dari biasanya. Kira kira satu jam sebelum kelas di mulai. Sungguh sempurna kata Enkindu dalam hati. Tentu saja dengan wajah bangga dia melirik Enkindu yang sudah mempersiapkan bangku Diarmuid untuk ditempati oleh Gilgamesh. Tanpa menunggu lagi dia segera meletakkan tasnya dan duduk sambil menaruh kakinya diatas meja.

"Nah, akhirnya setelah sekian lama… Kalau bukan karena ketua osis gila itu, aku tidak mungkin ada di kelas ini enki"

Enkindu hanya mengangguk angguk saja. Sebenarnya dia dari tadi berpikir, bagaimana caranya dia mencari alasan untuk menjelaskan bangku Diarmuid yang sekarang berada di pojok belakang ruangan itu. Gilgamesh sedari tadi memperhatikan bangku yang ada di sampingnya. Dia tersenyum sendiri menatapnya. Entah kenapa kadang Enkindu merasa bahwa mungkin temannya ini otaknya sudah agak miring sampai sampai dia kadang keliatannya sudah gila

"Selamat pagi…"

Suara itu terdengar begitu Khas, suaranya tegas. Walau dia baru mendengar suara itu kemarin, namun Gil sudah hafal betul dengan suara ketua kelasnya yang terdengar tegas, lembut namun terkesan agak ketus baginya.

"Good morning My Queen…"

Arthuria terbelalak mendengar suara Gilgamesh yang ada di hadapanya. Perasaannya kacau melihatnya ada di kelasnya antara senang karena akhirnya dia rela mengikuti kelas, sekaligus pusing. Bagaimana caranya agar anak ini tidak mengganggunya. Kemudian Arthuria menyadari sesuatu begitu dia mencapai bangkunya dan dia segera menoleh kearah Gilgamesh

"Ehm… Ini kan bangkunya Diarmuid… Kau yakin mau duduk disini? Nanti mungkin diarmuid marah padamu lhooo…"

Gil tidak menjawabnya namun dia hanya tertawa dengan keras. Dia menatap Arthuria dan menurunkan kakinya serta melipat kedua tangannya

"Kau tau kan, siapa cepat dia dapat? Bagaimana kalau kau anggap aku duduk disini karena aku Jodohmu karena aku bisa tau kau duduk di mana hmmm?"

ARthuria memijit kepalanya dan mengangguk saja, sepertinya akan jadi hari yang panjang hari ini mengingat ada Gil yang akan duduk di sampingnya mulai hari ini.

"Terserah kau saja Gil… Nanti kau urus saja urusanmu dengan Diarmuid, aku gak mau ikutan"

Arthuria mengeluarkan bukunya dari tasnya dan membacanya, sepertinya kalau melihat dari sampulnya Arturia suka membaca novel. Gil yang merasa sok dekat dengan Arthuria itu segera menggeser mejanya dan membuat mereka tampak sebangku dan duduk bersama. Tangannyapun tidak segan segan untuk melintang di kursi Arthuria seolah dia mau merangkulnya. Namun sebuah injakan di kaki diterima Gilgamesh dan membuatnya mendecih pelan

"Awww… Kau ini kenapa sih… Aku kan cuma mau dekat denganmu?"

"Ingat Gil… ini di sekolah bukan di café… Kalo mau begini kau ke café aja, sama fans fans mu yang jumlahnya banyak itu lhooo…"

Gil menghela nafasnya, dia berhenti merangkul Arthuria, namun sekarang dia berusaha untuk melirik buku yang di baca oleh Arthuria. Sepertinya ketua kelasnya punya selera yang cukup tinggi untuk urusan pelajaran dan seni apa lagi sastra. Tidak seperti dirinya yang Cuma tau main basket, flirting cewe, bolos dan main game. Kira kira itu kata kata yang pantas untuk menggambarkan seorang Gilgamesh yang suka bolos itu.

Tak lama, kelas pun mulai ramai, dan pemandangan yang langka pun terjadi. Semua mata memandang Gilgamesh. Mereka sepertinya terkejut melihat Gil yang biasanya bolos tiba tiba masuk ke dalam kelas dan duduk di samping ketua kelas mereka. Tapi semua sudah pasti memikirkan satu hal, apa lagi kalau bukan gossip yaitu. "Arthuria berhasil membujuk Gilgamesh si preman kelas untuk ikut pelajaran"

"Oi, Pagi Arthuria"

Suara itu khas sekali, suara siapa lagi kalau bukan suara diarmuid. Arthuria segera menutup bukunya dan menghela nafanya sementara Diarmuid terheran heran melihat makhluk pirang yang duduk di bangkunya.

"Hey, kamu siapa?"

Pertanyaan diarmuid membuat sekelas hening dan diam, beberapa juga ada yang heran juga siapa yang dari tadi duduk bersama dengan ketua kelas mereka. Gil mendecih pelan, kemudian dia berdiri dan meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Aku Gilgamesh, kau tak kenal aku? Aku anak angkat penyumbang terbesar di sekolah ini. Ingat itu mongrel…"

Seketika Diarmuid terdiam, dia sama sekali tidak mau mencari masalah dengan Gilgamesh. Dia menghela nafasnya.

"Baiklah, kau bisa duduk disini Gil, tapi ijinkan aku ambil buku bukuku yang ada di dalam kolong mejaku…"

"Aku sudah memindahkannya mongrel… Disana"

Gilgamesh menunjuk sebuah meja di belakang di sebelah Enkindu teman baiknya, disana barang barang Diarmuid sudah tertata rapi diatur oleh Enkindu, daripada dia mencari masalah lebih banyak, diarmuid memilih untuk segera berjalan kesana. Enkindu menyambutnya dengan senyuman di bibirnya

"Maafkan Gilgamesh ya, dia emang yaaa… Kau tau sendiri lah… Ahahahaha…"

Diarmuid hanya mengangguk saja, dia segera menoleh ke arah Enkindu dan menghela nafas, sepertinya ada perasaan sedikit lega darinya. Mungkin karena dia tidak perlu berurusan dengan Gilgamesh?

"Ah, tidak apa… Lagipula lumayan juga bisa sedikit melarikan diri dari Arthuria yang selalu mengajakku ikut rapat osis.. Eh iya… Bisa minta tolong tidak enki?"

"Ada apa ya?"

"Tolong pasang koyo di bahuku… Kemarin aku disuruh Arthuria mengangkat kursi di ruang Auditorium"

Enkindu sepertinya mengerti penderitaan Diarmuid, tampaknya kedepannya mereka akan jadi semakin akrab. Bukan hanya karena Gilgamesh, namun juga karena dua duanya tersika karena ulah atasan mereka.


Bunyi bell tanda akhir pelajaran berbunyi, Gilgamesh segera menghela nafasnya karena sedari tadi selama pelajaran mata pak guru Iskandar tidak pernah berhenti mengawasinya. Dia pun segera menatap ketua kelasnya yang duduk di sampingnya dan sedang menikmati sebuah snack sambil membaca bukunya. Namun, ada sebuah suara yang tidak di sukai Gilgamesh. Tidak lain adalah suara dari para fangirlnya yang biasanya mengerumuninya setiap kali main basket.

"KYAAAA… GIL-SAMA MASUK KELASSSS… SENPAI PASTI HAUS YA? MAU JUS TIDAK?"

Suara suara teriakan seperti itu terus berdatangan di sekitarnya dan membuatnya agak kesal, namun ada sebuah suara yang lebih besar dan sepertinya sedikit mengancam yang memanggilnya untuk pergi meninggalkan kelas, nggak lain lagi suara dari Iskandar sensei

"Gilgamesh dan Arthuria, saya minta ikut saya ke ruang guru sekarang Juga"

Gilgamesh segera tersenyum, tanda dia senang karena akhirnya ada alasan bagi dia untuk meninggalkan fangirlnya yang selalu mengikutinya. Namun berbeda dengan Arthuria yang membawa rotinya di tangannya sambil memakannya perlahan sambil mengikuti Iskandar gurunya ke ruangan Guru.

"Kalian berdua duduklah… Santai saja…"

Kata Iskandar sensei sambil meletakkan gelas kopinya berasama 2 gelas air minum untuk kedua muridnya. Sepertinya Iskandar sensei orangnya cukup santai dan enak di ajak ngobrol, tapi berbeda dengan Gilgamesh yang masih saja tetap diam dan melipat kedua tangannya, sepertinya dia agak malas berada disana dan dia ingin segera melarikan diri ke UKS tempat dia biasa menghabiskan waktunya.

"Aku tau Gilgamesh jarang masuk kelas dan sering berasama Enkindu, berhubung sebentar lagi ujian… Aku mau meminta tolong pada Arthuria"

Seketika matanya terbelalak mendengarnya, Arthuria tentu terkejut mendengarnya. Membawa Gilgamesh masuk ke dalam kelas saja sudah cukup menyebalkan apa lagi untuk menemaninya belajar selama dua minggu kedepan. Dia yakin pasti Gilgamesh tidak akan mudah mengerti semua pelajarannya dengan mudah. Yah tipe anak anak basket yang bisa main fisik tapi tidak bisa pake otak begitu pikirnya.

"Tapi pak Gilgamesh kan gapernah ikut kelas"

"Justru itu tantangannya, kalau kamu bisa bantu dia. Bapak juga bisa bantu kamu untuk nilai kesenian kamu yang hanya dapat C itu lhooo jadi nilaimu kan bisa perfect"

Seketika di dalam pikiran Arthuria dia membayangkan wajah pamannya. Paman Lancelot dan kedua saudaranya. Bedievere dan Arthur, kakak kembarnya. Membayangkan mereka semua menyambut Arthuria saat melihat nilainya yang semakin bagus dan memanjakannya dengan banyak makanan yang enak. Seketika dengan khayalan nista itu Arthuria pun meng iya kan syarat yang diajukan oleh gurunya

"Iya pak, saya rela mengajarkan Gilgamesh sampai bisa… "

"Nah begitu dong, saya suka dengan semangat kamu… Nah sekarang Gilgamesh, saya tau kok kamu banyak prestasi di bidang olah raga terutama basket… Nah kalau ujianmu kali ini nilainya bagus, saya bisa kasih jaminan selama 2 bulan ke depan kamu gaperlu ikut kelas olah raga, jadi kamu bisa santai dan tiduran di UKS gimana?"

Seketika Arthuria terdiam, dia teringat pada saat dia harus menonton pertandingan Basket dan melihat Gilgamesh dengan mata merahnya itu melepas jerseynya dan membiarkan tubuhnya nampak jelas. Arthuria tidak bisa bohong, dia mengakui kalau Gilgamesh memang seksi, apa lagi kalau waktu dia main basket.

"Tch… Bapak ini kea gatau saya aja… Gimana gimana saya pasti bisa lah pak kalo urusan pelajaran, bahkan tanpa perlu meminta ketua osis sendiri yang ngajarin saya"

Gilgamesh melirik ke arah Arthuria dan dia pun meliriknya dengan tatapan seolah menantang ke arahnya. Gil hanya bisa tersenyum licik.

"Baiklah pak… Mulai hari ini ketua osis yang akan mengajariku semua mata pelahajaran…"

Gilgamesh merentangkan tangannya dan membuat Arthuria yang duduk di sebelahnya itu merapat ke arahnya dengan menariknya perlahan ke arahnya. Arthuria yang kesalpun segera mencubit tangan Gilgamesh yang lancang itu dan berhasil membuat wali kelas mereka tertawa

"Baiklah, bapak tunggu hasilnya 3 minggu lagi selesai ujian tengah… Kalau Gilgamesh dapat bagus… Semua yang bapak janjikan akan bapak berikan… Nah, sekarang kalian boleh keluar dan melanjutkan makan siang…"

Arthuria dan Gilgamesh tanpa menunggu lagi segera keluar dari ruangan itu menghela nafasnya. Arthuria melirik ke arah Gilgamesh dengan tatapan sinis, sepertinya hari ini akan semakin panjang belum lagi dia harus mengurus monster menyebalkan yang namanya Gilgamesh ini.

"Gil, setiap pulang sekolah… Temui aku di ruang Osis, kau bisa istirahat setiap hari rabu karena hari itu biasany ada rapat osis… Terus untuk hari sabtu dan minggu, itu terserah kau… Tapi kalau kau mau aku tidak masalah tapi usahakan jam 12 siang keatas karena aku ingin istirahat"

Gilgamesh tersenyum melihat ketua osisnya. Sepertinya setelah mengetahui jadwal yang dimiliki oleh ketua osisinya dia mulai berpikir untuk mengajaknya kencan atau melakukan seuatu pada ketua osisnya. Gilgamesh mengeluarkan handphonenya dan memberikannya ke Arthuria

"Berikan aku nomermu, dan aku akan memberikanmu nomerku… Jadi kau tak perlu berteriak ke sepanjang koridor kelas mencariku. Kau bisa menelponku…"

Arthuria menghela nafasnya dan memberikan nomernya paga Gilgamesh, dia menatapnya dengan tatapan yang menyebalkan

"Ingat ya Gil… Telpon aku di saat butuh saja… Jangan menelponku untuk urusan yang tidak penting"

Gil hanya mengangguk pelan, namun tidak jarang dia sudah memikirkan rencana jahat di dalam pikirannya untuk mengajak ketua osisnya ini kencan atau hanya sekedar pergi berdua atau nonton dengannya. Entah bagaimana caranya tapi Gilgamesh ingin mengajaknya pergi.


Bel tanda akhir pelajaran berbunyi, Arthuria segera menghela nafasnya dan menatap Gilgamesh yang duduk di sampingnya. Dia hanya berharap Gil tidak melupakan janjinya untuk belajar bersama Arthuria di ruangan Osis. Namun teriakan teriakan bising terdengar begitu pelajaran usai

"Gilgamesh-samaaa… Kau ngga main basket hari ini? Aku ingin lihat dirimu bermain"

"Gilgamesh samaaa… Ayo ikut dengan kami makan di cafeee"

Jeritan fans itu membuat Arthuria pening, dia segera menepuk bahu Enkindu dan memberI tahu teman baik Gilgamesh itu untuk mengingatkan temannya yang sesat itu. Enkindu pun mengangguk tanda dia mengerti. Saat Enkindu mencoba mendekati Gilgamesh, Enkindu sedikit terkejut ketika Gil mengambil bukunya dan memasang wajah menyebalkannya ke fans nya yang mengerumuninya

"Sudah, hari ini aku sibuk… Aku ingin pulang dan mengerjakan sesuatu"

Enkindu terheran mendengarnya, dia mengikuti Gilgamesh keluar dan menghampirinya dengan heran. Dia memperhatikan Gil berjalan ke arah ruang osis. Sepertinya dia mau melakukan seusatu pada ketua Osisnya entah mengencaninya atau memarahinya.

"Gil, tumben pulang sekolah ngga jalan jalan? ADa apa ini?"

"Tch… Kau harus tau, mulai hari ini selama 2 minggu kedepan aku akan diajari secara intensief oleh ketua osis berkat Pak Iskandar wali kelas kita tuh"

"Wah ya, bagus dong… Kan kamu sendiri yang bilang kapan hari ingin membuat ketua Osis suka sama kamu? Kesempatan dong ini?"

Seketika Gil mengalihkan wajahnya pada Enkindu, dia tersenyum dengan penuh arti dan menyeringai lebar. Sepertinya Enkindu sudah memberikannya sebuah semangat lain, namun sebuah suara mengalihkannya untuk mengambil handphone di sakunya. Suaranya berdering kencang, dari layarnya tampak sebuah nama yang menerornya 'Arthuria, Singa Kesurupan'. Enkindu menghintip dan memperhatikan layar handphone Gilgamesh yang berbunyi, dia tersenyum melihatnya.

"Sudah sana, samperin situ si ketua osis… Ntar marah lagi dia… Lu tau sendirilah dia kalo marah gimana…"

Gil segera menghela nafasnya kemudia meninggalkan Enkindu, dia segera berlari menuju ruangan Osis dan mendapati Arthuria yang sudah menunggunya sambil memainkan handphonenya. Arthuria sama sekali tidak memperhatikan Gil yang memasuki ruangan OSIS, dia terus memperhatikan handphonenya dan tak lama menyapanya

"Gil? Kau disini? Kukira kau akan memilih tidur di UKS atau mungkin bolos hmmm?"

"Sebetulnya aku ingin bolos… Tapi kau memanggilku, kau pasti kangen padaku kan sampai menelponku?"

"Engga lah, kenapa aku harus kangen padamu… Lebih baik aku tidur daripada mengurusmu"

"Nah, kalau begitu kenapa kau tidak tidur saja? Jadi aku bisa pulang dan kita tidak perlu repot berada disini…"

"Tapi… Gil… Kau tanggung jawabku… Kalau nilaimu jelek, aku yang kena marah tau… Baiklah aku ada penawaran, tapi ini penawaranku secara private. Kalau nilaimu bisa sampai angka 9 di semua mata pelajaran yang aku ajarkan. Aku akan turuti semua yang kamu mau. Bagaimana?"

"Baiklah… Tidur denganku? Katamu kan bebas…"

"Nggak… Apa kau sudah gila?"

"Hmmm… Kencan denganku"

"Tetap saja tidak mau…"

"Kalau begitu nonton denganku…"

"Sama saja aku tolak…"

"Makan malam denganku"

"Oke aku deal…"

Sepertinya Arthuria lumayan mudah di pancing dengan makanan, pikir Gilgamesh yang sedari tadi memperhatikan ketua kelasnya selalu membawa camilan di sampingnya. Mungkin kedepannya dia harus memasok makanan untuk ketua OSIS nya ini untuk merebut hatinya

"Baiklah berhubung kau baru, bagaimana kalau kita mulai dari yang gampang?"

"Aku sudah bisa aljabar, aku sudah bisa turnan, aku sudah bisa hukum newton dan hukum grafitasi… Jadi kau mau mengajariku apa?"

Arthuria terdiam sebentar, dia shock mendengarnya. Seorang Gil yang suka bolos kelas mengerti hukum hukum itu? Ini pasti dusta. Arthuria tanpa menunggu lagi segera mengeluarkan buku matematika bersama dengan soal ujian dian menyodorkannya ke Gil.

"Kerjakan itu… Kalau kau benar semua, kita bisa santai saat pertemuan selanjutnya…"

Arthuria menghela nafasnya selagi dia memperhatikan Gil yang mengerjakan pekerjaannya. "This gonna be a long day" pikir ARthuria melihat Gil mengerjakan tugasnya.

Langit semakin keemasan, jam pun sudah menunjukkan jam 4 sore, sekolah juga cukup sepi. Di ruangan Osis tidak ada siapapun selain mereka berdua. Gil memilih untuk berbaring di sofa, selagi Arthuria mencoba untuk memeriksa seluruh soal yang sudah di kerjakan oleh Gil. Arthuria sepertinya cukup lega melihat hasilnya walau hasilnya tidak se bagus harapannya. Arthuria menghela nafasnya pelan dan meletakkan kertasnya di dekat Gil

"Untuk orang yang nyaris tidak pernah masuk kelas, lumayan juga rupanya gil, walau nilainya hanya 7"

Gil segera mendekat ke sofa tempat ARthuria duduk dan mencoba untuk merangkulnya, namun sebuah cubitan di pipinya membuatnya meringis kesakitan. Namun bukan Gilgamesh namanya kalau dia tidak nekat tetap melakukan hal itu.

"Kau kenapa sih, kok suka banget main kasar denganku…"

"Kamu sendiri yang sukanya pegang pegang tau… Dasar playboy…"

"Kamu sendiri aja yang kelamaan single"

Arthuria terdiam mendengarnya,dia menatap Gil dengan tajam dan kertas yang dia pegang itupun kusut, sepertinya dia marah besar pada Gil yang memanggilnya single.

"Apa kamu dasar playboy, aku doakan kamu ga laku dan ga punya istri nanti"

"Yeee… Biarin asal ntar istriku gak kea kamu aja…"

"Yeee… SApa juga mau suami males kea kamu Gil…"

"Yasudah, jadi hari ini sampai disini atau kau masih mau menahanku di ruangan sini hmmm?"

"3 nomor yang aku lingkari… Itu sebenarnya benar sih caranya… Tapi kamu salah hitung Gil, kau terburu buru yaaa…"

Gil mendecih pelan, tentu saja dia terburu buru, karena ingin segera berada di rumahnya dan menikmati pemandangan malam sambil bermain game. Namun sekarang dia harus ada disini bersama dengan ketua osisnya ARthuria. Kalau boleh jujur, sebenarnya dari tadi Gil sendiri diam diam memperhatikan ketua Osisnya. Walau dia galak tapi di mata Gil dai manis kok, namun mungkin dia butuh perjuangan extra untuk mendekati ketua OSIS nya ini. Tidak seperti cewe cewe yang biasa mengurumuninya dan siap mengatakan iya kalau dia mau berpacaran dengan mereka.

"Terus aku harus apa dong kalau salah begini hmmm? Ini sudah sore lhooo yakin kau gamau pulang saja Arthuria?"

Arthuria menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya, dia menghela nafasnya karena semakin lelah dengan perilaku temanya yang playboy satu ini.

"Tidak Gil, aku sudah biasa pulang malam dan aku akan mengajarimu sampai kau mengerti tentang bab ini. Paham?"

Aura Arthuria terasa seperti seorang guru di mata Gil, dia tersenyum licik sepertinya Gil ingin memanfaatkan situasinya yang sedang berdua saja dengan ketua osisnya yang terkenal agak ketus ini.

"Iya Arthuria sensei aku paham kok…"

Gil segera mengambil bolpennya dan mengerjakan tugasnya. Dia menatap ke lembar kerjanya, namun sesekali matanya memperhatikan ketua osisnya yang membaca sebuah buku lain di tangannya selagi menunggunya mengerjakan tugasnya sepertinya ketua osisnya memiliki hobi baca, dan Gil pun mulai pensaran. Buku macam apa yang suka di baca oleh ketua osisnya ini.

"Oi Gil, jangan melamun… lihat apa kamu…"

Arthuria mendekati Gil yang sedari tadi melamun dan memperhatikannya, segera saja Gil terbagun dari lamunannya. Kalau dia terus melamun bisa saja ketua osisnya ini memukulnya hingga bengkak. Yah, tapi namanya juga perempuan. Gil sendiri tidak berani terlalu keras pada Arthuria, dia hanya cukup mengancam saja

"errrr tidak ada apa apa kok kenapa? Kalau aku lihatin jadi doki doki ya kamu hmmm?"

Arthuria terbelalak mendengarnya, dia mengambil benda terdekatnya yang bukan lain adalah buku novel yang dia baca dan memukulkannya ke punggul Gil. Dia menatap tajam Gil seolah mengancamnya

"Hei kerjakan dong itu tugasmu.. perlu aku duduk di dekatmu biar makin focus ha?"

Gil mendecih pelan, sebetulnya bukan masalah itu tapi sebetulnya di sisi lain dia berharap Arthuria tidak berada di dekatnya karena Gil ingin terus menggoda ketua Osisnya yang agak keras ini. Expresi Arthuria cukup lucu untuk di goda terus terusan pikir Gil

"Duduk saja dekatku, dasar tsundere kalau kau suka padaku aku ga masalah kok"

"Dasar genit, kerjain sana tugasmu…"

ARthuria memilih untuk duduk di atas meja tempat gil bekerja, dia melipat kakinya dan kembali mengancamnya. Namun Gil hanya tersenyum ambigu melihat ketua osisnya duduk di meja, tak lain Gil memperhatikan paha ketua osisnya yang tampak jelas di sampingnya sambil mengerjakan tugasnya. Sepertinya kalau keadaannya seperti ini Gil tidak akan keberatan kalau setiap hari dia harus diajari oleh ketua osisnya

"Sudah Gil, kurasa hari ini sudah cukup… Lagipula sekarang juga sudah cukup sore… Kau bisa pulang…"

ARthuria menghela nafasnya, dan merapikan bukunya sementara Gil segera meregangkan tangannya dan mengambil nafas panjang

"Akhirnya selesai juga… Bagaimana Arthur? Apa besok kau mau mengajariku lagi hmmm? Sampai sore seperti ini juga"

"Ya, apa boleh buat Gil ini juga perintah pak Iskandar, juga buat nilaimu… Apa lagi kamu sering tidak datang kelas…"

"Yah itu semua karena di kelas membosankan Arthur, mungkin sesekali kau ingin kabur denganku hmmm?"

"Tidak, terima kasih… Aku masih ingin ikut kelas daripada bermain denganmu Gil…"

Arthuria mengemas bukunya dan memasukannya ke dalam tasnya

"Kau tak mau aku mengantarmu pulang hmmm? Aku bisa mengantarmu sampai ke rumahmu…"

Gil memamerkan kunci mobilnya yang dia bawa di tangannya, dia tersenyum dengan bangga memamerkan logo di kunci mobilnya dengan lambing 4 buah lingkaran. Yaaa, untuk ukuran anak sekolah kalau membawa mobil seperti itu sepertinya sih terlalu mewah. Tapi namanya juga Gilgamesh yang punya banyak harta

"Tidak Gil, terima kasih… Lagipula aku yakin surat mengemudimu pasti belum ada atau kau memalsukan umurmu..."

Arthuria segera pergi meninggalkan ruangan Osis dan membiarkan Gil di dalam sana seorang diri.

"Ah, dasar ketua Osis… Susah juga ya menjinakkan dia… Memang betul kata Enki akan butuh perjuangan Extra buat mendapatkan dia…"


Arthuria berjalan kaki, dari sekolah menuju ke apartemen tempat tinggalnya cukup jauh, namun bukan Arthuria namanya kalau dia bermanja manja untuk minta di jemput kakaknya Arthur yang sekolahnya tidak kalah jauh darinya. Namun sayangnya hari baik sedang tidak memihaknya. Dari kejauhan sepertinya tampak gerombolan lelaki yang baru saja keluar dari tempat karaoke. Kalau melihat penampilannya sih, mereka ga jauh beda dengan Gilgamesh yang di fotocopy jadi 10. Atau gerombolan cowo cowo pemalas yang suka bolos. Mereka melihat ARthuria yang sedang lewat, dan tersenyum ambigu. Sepertinya mereka ingin menggodanya.

"Anak manis nih… kek bule aja… Rambutnya pirang matanya ijo pula…"

"Minum ama Kita yuk… Kita bayarin lhooo…"

Nah kan bener, batin ARthuria melihat kelakuan cowo cowo ganas yang menggodanya ini, Arthuria menghela nafasnya dan sepertinya dia harus bertarung seorang diri melawan banyak cowo yang menggodanya ini.

"Ihhh cakep cakep jutek… Jadi seneng nih godainnya"

Salah satu dari mereka mendekatinya dan menepuk bahunya, Arthuria sukses menghindar dan melayangkan sebuah pukulan ke pipi orang yang menyentuh bahunya

"Tch, sakit juga untuk ukuran cewe… Memang ya kalo bule lebih extra juga dong dapetinnya"

"Jelas lah, cakep kek bule kok enteng dapetnya… Jangan kasar dong neng ama cowo"

Salah satu dari mereka mendekati Arthuria lagi dan tersenyum mesum ingin memeluknya namun sukses menerima sebuah tendangan tepat di wajahnya. Arthuria tersenyum tipis merasa sedikit bangga berhasi memukul beberapa lelaki mesum itu.

Arthuria yang merasa mendapat kemenangan itu memutuskan untuk kabur saja, dan berlari. Namun sayangnya, salah satu dari mereka berhasil membuat arthuria terjatuh dengan menahan tas Arthuria

"Oops… Kena dehhh… Mangkanya jangan melawan dong kl diajakin minum…"

Mereka segera mendekati Arthuria, dan mencoba mengangkat tubuhnya sementara Arthuria berontak. Namun sebuah suara mendistrak mereka. Arthuria merasa familiar dengan suara yang memanggilnya

"Wow… It's looks like my queen being disturbed rite?"

Arthuria terbelalak mendengar suara yang memanggilnya, dia mengenal baik suara yang memanggilnya itu, bahkan ARthuria kenal dengan siluetnya yang menghampiri gerombolan itu dan menepis mereka semua

"Tch… Mongrel…"

Gil? ARthuria terkejut melihat Gil berdiri disana dan memukul beberapa diantara mereka dan sepertinya dia tidak segan untuk mengancam mereka kalau bermacam macam dengannya

"Kalian belum tau hmmm rasanya dikeluarkan dari sekolah heh? Belum tau rasanya cari masalah sama anak bangsawa heee?"

Mendengar ucapat itu, beberapa dari mereka segera berlari bahkan ada juga yang terkejut mendengarnya

"Kalian tau? Kalian sudah menggoda ratuku…"

Gil menarik tubuh Arthuria yang mereka tahan dan memeluknya mata merahnya bersinar dengan tajam membuat mereka ketakukan sendiri menatapnya.

"Lari itu Gil, anak bangsawan… Lebih baik jangan macam macam padanya"

Gil segera menggotong tubuh ARthuria yang dia peluk dan membawanya. Arthuria mendorong tubuh Gil dan sepertinya dia masih ingin melawan gil.

"Gil sudah lepaskan aku aku bisa pulang sendiri"

"Arthuria… Kau takusah bohong padaku aku tau rumahmu masih jauh kan? Ikut denganku dan aku antar kau pulang… Aku tak akan macam macam denganmu"

"Tapi Gil…"

Omelan ARthuria tidak didengarkan oleh Gil yang segera membawanya ke mobilnya, sementara seluruh mata memperhatikan mereka dengan tawa kecil. Sepertinya mereka merasa Gil dan Arthur ini unik namun manis satu dengan yang lain.

"Sudah, duduklah… Aku akan mengantarmu pulang Arthuria…"

ARthuria masih melawan dan ingin keluar, namun Gil mendorong tubuh ARthuria sehingga dia terhimpit diantara jok mobil dan tubuh Gil yang menahannya.

"kau dengar aku tidak sih? Kau masih ingin di ganggu lelaki mesum itu hmmm? Kau ini masokis ya? Aku tak akan macam macam padamu ARthuria"

Kilat mata Gil yang berwarna merah itu bersinar, Gil menatap ARthuria tajam. Nafasnya menderu, namun yang lebih menarik perhatian Arthuria adalah bekas goresan kecil di pipi Gil. Sepertinya dia mendapat itu saat dia melawan kerumunan murid mesum itu tadi, Arthuria pun menganggukkan kepalannya dan membiarkan Gil mengantarkannya pulang


Selama perjalanan pulang, ARthuria sama sekali tidak memperhatikan Gil yang diam diam memperhatikannya. Dia memilih untuk menatap jendela, sayangnya nasib berkata lain. Mereka terjebak macet sehingga mau tak mau Arthuria harus menghabiskan wkatunya bersama Gil

"Hei… Kau gemetar ya? AC mobilku terlalu dingin hmmmm?"

Arthuria tersentak kaget dan membuatnya terbentur, Gil terkekeh melihatnya dan mendekatinya

"Sakit hm? Kau ini seperti orang ketakutan saja… Grogi melihatku ya?"

Arthuria segera menepis tangannya dan memasang wajah pokerfacenya. Wajahnya sedikit memerah melihat Gil, dia menggembungkan pipinya dan memeluk jas sekolahnya. Gil tersenyum, dia tau kalau Arthuria kedinginan. Dia segera mengambil Jaket hitam yang dia gantung di jok belakang dan memberikannya ke Arthuria

"Pakai ini…"

Begitu Arthuria menerima jaketnya dalam pelukannya aroma maskulin menguar dari jaket itu, dan jaket itu cukup tebal, hingga Arthuria sendiri merasa nyaman. Dia hanya menatap Gil seolah tidak percaya

"Kau kenapa? Kok diam? Terpesona sama aku gitu?"

"Engga ah, bukan gitu sana jalan… Itu mobil belakan sudah klakson dari tadi"

Gil menghela nafasnya dan segera menginjak gas mobilnya dan kembali melanjutkan perjalanan. Arthuria sendiri tetap memeluk jaketnya dan memakainya, Gil tersenyum tipis namun puas melihat ARthuria memakainya.


"Errr… Ini betul jalan ke rumahmu kan? Kenapa disini sepi sekali?"

Arthuria memicingkan bibirnya mendengar Gilgamesh berkomentar, sepertinya mulai besok Gil akan sering muncul di rumahnya, tentunya ini bahaya kalau dia sering muncul. Pasti kakaknya atau pamannya akan mengiranya punya pacar

"Hei… Betul tidak ini? Kenapa sepi sekali… Apa kau sengaja membuatku tersesat eh? Supaya bisa lebih lama denganku ya?"

"Bodoh, bukah begitu… Justru sebentar lagi kita sampai, nanti setelah lewat sini akan ada apartemen besar itu lhoo yang bangunan baru… Aku tinggal disana"

Gil tersenyum mendengarnya, dia melanjutkan perjalanannya hingga mereka sampai. Begitu mereka tiba di depan Apartemen seketika Arthuria tersentak

"Sudah aku mau turun disini…"

Tentunya Gil masih belum rela melepas ARthuria, dia segera mengunci pintu mobilnya

"Oops, sayangnya kau takboleh keluar dulu… Aku ingin pinjam toiletmu dan kau tak ingin memberikanku minum hmmm? Aku sudah mengantarmu lhooo dan menyelamatkanmu…"

Arthuria memicingkan matanya lagi seolah dia ingin menantang Gil. Gil yang mengerti ARthuria yang menantangnya itu segera memberhentikan mobilnya, melepas sabuk pengamannya dan mendorong kursi Arthuria hingga ke belakang.

"Kalau begitu bagaimana kalau kau bayar aku dengan cara yang lain… Aku tak keberatan kl kamu mau membayarku dengan bibirmu itu…"

Gil mendekati wajah Arthuria dan memainkan rambutnya sambil tersenyum licik, Arthuria yang terhimpit diantara jok mobil dan tubuh yang jauh lebih besar darinya itu hanya bisa memandang Gil dari cahaya remang remang dari lampu jalanan yang membuat rahang Preman kelasnya ini terlihat jauh lebih tajam dan lebih maskulin. Belum lagi Aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya dan jasnya yang dia kenakan ini semakin membuatnya mabuk. Oh, Gil yang benar saja. Aku baru mengenalku beberapa hari dan dia sudah mendekatiku seperti ini hingga jantungku tidak beraturan. Bisik ARthuria di dalam hatinya, tapi Arthuria sendiri mengakui kalau Gil ini memang seperti Setan seksi di sekolahnya yang siap membuat perempuan menjerit karena wajah, tubuh dan… Errr… Sepertinya masih banyak lagi, pikir Arthuria yang akhirnya merasakan sendiri pesona setan itu.

"Tidak… Enak saja… Erghhh… Bisakah kau mundur sebentar Gil, aku ingin mencoba menghubungi pamanku atau kakakku…" Gil segera mundur ke belakang, dia memberikan jarak antara dirinya dan Arthuria. Sementara Arthuria sendiri merogoh handphone yang dia simpan di dalam kantongnya. Dia segera menanyakan dimana Kakaknya Arthur dan pamannya Lancelot. Namun tak satupun dari mereka menjawab, Arthuria pun menarik kesimpulan bahwa kakaknya dan pamannya sedang tidak ada di dalam Apartemen. Dengan wajah terpaksa dan sekaligus agak kasihan dengan Gil yang sudah menolongnya ARthuria pun menghela nafasnya dan sedikit mendorong Gil dari atasnya

"Gil, bisa kau minggir dari atasku? Kau bisa ikut denganku ke dalam, tapi tidak lama lama. Aku tak yakin kapan pamanku atau kakakku datang" Gil menggeser tubuhnya yang menindih ARthuria dan membiarkannya lolos dari pelukannya.

"Baiklah kalau begitu… Aku akan ikut denganmu" Gil memberikan senyum tipis penuh arti sementara dia keluar dari mobilnya dan mengikuti Arthuria ke dalam apartemennya.


"Gil sudah jangan genit kenapa, kau ini gak sadar apa kalau dari tadi kita di lihatin? Dari turun mobil sampai ke dalam lift eh?"

Suara omelan Arthuria tedengar dengan keras saat mereka memasuki Lift, didalam sana tidak ada orang lain kecuali mereka berdua. Ini adalah saat yang tepat untuk memarahi setan sialan yang bernama Gilgamesh, pikir Arthuria.

"Kenapa eh? Lagipula dari tadi kau juga sepertinya tidak menolak tuh? Malah kamu menyapa tetanggamu tuh pas aku rangkul" kata Gil sambil mengingat beberapa menit yang lalu dia merangkul Arthuria sambil berjalan ketika Arthuria di sapa oleh tetangganya.

"Kamu dasar genit bikin malu aja… Dasar playboy gatau diri…" Gil terkekeh tertawa, dia kembali menyeringai dan mendorong tubuh artoria ke tembok dan kembali menindihnya

"Kau ini, semakin dilihat aku malah gemas denganmu. Aku heran kenapa kau bisa single terus? Padahal kau ini menarik, aku suka yang sepertimu. Tidak membosankan seperti para fans ku" Arthuria terbelalak dia terkejut, namun dia tidak diam saja

"Kau ini, menyingkir kenapa. BAru kenal sehari aja sudah genit begini, kau ini mesum ya…"

Pintu lift pun terbuka di saat yang tidak tepat, dalam posisi mereka yang ambigu begitu tampaklah teman sekelas mereka yang mengangan melihat mereka, Cu Chulain. Cu menganga melihat mereka, ketua osis dan preman kelas di dalam lift dengan posisi yang ambigu

"Errr? Kalian? Gilgamesh dan ketua osis kan" Komentar Cu, dan tak lama pintu lift tertutup.

-TBC-

Jadi saya lama ga nulis Fic dan entah kenapa ingin nulis lagi. Maafkan saya kalau ini agak aneh atau tak jelas. Smoga kedepan bisa lebih baik. Jangan lupa di review kalau tak keberatan. THX : )