Title: Even had lost a friend

Author: codetreasure

Rating: Teenagers

Length: Chapter

Genre: Romance (?) adventure (?) *I don't know, I can't decide .

Characters: Choi Jonghun, Lee Hongki, Sasuke Uchiha, Naruto Uzumaki, others

Note: Saya orang yang payah dalam membuat cerita dan babo dalam menentukan judul hehehe *slap. Part 1 hampir full SasuNaru, Jongki-nya belum keluar karena otak yang tiba-tiba soak xD. OOC.

Warning: I'm NOT a good author and an amateur. So, you may know what you will find. Dislike don't read, okay?

xoxoxo

Bulan terilhat di langit malam memancarkan sinar pantulan dari matahari. Berpuluh-puluh bintang juga terlihat ikut menerangi gelapnya malam. Cahaya mereka melukiskan siluet tubuh mungil seseorang yang menggigil karena udara malam yang begitu dingin, juga menggambarkan bayangan seorang lelaki berambut pantat ayam mendekati temannya, lalu merangkulnya.

"Naruto, maafkan aku," Terdengar suaranya parau. Lelaki bermabut pantat ayam itu mempererat pelukannya.

"Maaf untuk apa? Kau tidak punya salah." Jawab lelaki cantik disebelahnya, tersenyum.

Sasuke Uchiha, lelaki tampan–bermabut mirip pantant ayam–Itu semakin erat merangkul temannya, err… maksudku kekasihnya, Naruto Uzumaki.

Sang dewi malam semakin memancarkan sinar keperakannya. Begitupun dengan angin malam yang semakin larut semakin terasa dingin hingga kedua lelaki itu tidak sadar tertidur pulas. Lelaki berambut pirang merasakan hangat tidur di atas dada bidang Sasuke. Begitupun Sasuke, ia merasa hangat mendekap erat orang yang paling dia sayangi saat ini. Tidak peduli meski angin malam bertiup kencang, mereka tetap tertidur hingga langit mulai berwarna biru tua.

Sinar matahari dari ufuk timur mulai menghangatkan wajahnya dan memaksakan kedua mata indahnya terbuka. Naruto bangkit, beradaptasi dengan sinar matahari yang menerobos pupil matanya yang mengecil otomatis. Lelaki bermabut pirang itu kemudian membangunkan Sasuke yang masih tertidur.

"Sasuke-kun, ayo bangun!" Teriaknya begitu ceria, "Lihat! Ada jalan keluar disana!" Naruto begitu semangat sampai menguncang-guncangkan tubuh Sasuke, "Ya! Sasuke-kun!"

Kedua mata onyx milik Sasuke Uchiha perlahan terbukan, melihat seseorang yang menggangu tidur pulasnya, "Aish… Dobe! Cukup sekali saja berteriak!"

"Huh!? Hey! Teme, tidak sadarkah siapa yang membuat aku terjebak di hutan aneh ini?"

Mendengar pertanyaan Naruto, lelaki dengan mata hitamnya itu langsung menunduk malu. Naruto hanya menatapnya sinis.

"Yasudah kalau kau masih ingin disini, aku pulang duluan!" Naruto berjalan menjauhi Sasuke sambil membawa buntelannya yang berwarna hijau. Dalam hatinya, ia berharap dicegah oleh lelaki itu. Namun, beberapa meter dari tempat terakhir ia berdiri, Naruto belum juga mendengar suara Sasuke.

"Yaish... kenapa bocah tengil itu tidak mencegahku?" batinnya kesal.

Naruto membalik ke arah Sasuke, melihat adik Itachi itu berjongkok seperti sedang meneliti sesuatu. Naruto mendekatinya, menepuk pundak Sasuke keras.

PLAK!

"Sasuke! Kau sedang apa?"

"Awh! Sakit!" gerutu Sasuke kesal langsung berdiri menghadap Naruto. "Hey, aku menemukan peta untuk keluar dari sini,"

"Hehehe gomen ne, yasudah kita ikuti!" Naruto melenggang duluan, meninggalkan Sasuke yang masih meneliti peta kusam itu, "Aku ingin cepat pulang, sudah sangat rindu Gaara."

"APA?!"

xoxoxo

Hampir seharian mereka berjalan mencari jalan keluar, sampai cairan asin yang keluar dari kulit mereka mulai mengering. Tumit dan telapak kaki putih mereka pun sudah berubah warna ungu kebiruan. Mereka terus berjalan meski banyak luka terlihat dibeberapa bagian tubuhnya.

Terlihat jelas sang bola api raksasa yang sedari tadi pagi mengikuti langkah demi langkah kedua lelaki itu pun lelah. Langit yang mulai berwarna oranye menandakan bola api raksasa itu akan istirahat. Lelaki berbaju biru lusuh dan lelaki berambut pirang itu kemudian berlari melewati beberapa pohon rindang nan tinggi sebelum matahari benar-benar tenggelam di ufuk barat. Namun, ketika berlari, kaki kanan milik Naruto tersandung akar pohon yang menjalar di tanah.

BRUUKKK!

"Awhh sakit! Sa-Sasuke-kun chotto matte!"

Mendengar suara kesakitan Naruto, Sasuke membalikan badan, langsung menghampirinya–menolongnya.

"Naruto? Daijobouka?" Tanya Sasuke begitu khawatir, bahkan sampai Naruto melihat kedua mata kelam itu lebih berair.

"Iya, bantu aku berdiri."

Naruto mengulurkan tangannnya, dengan sigap lelaki berambut hitam itu membantunya berdiri. "Aaaaarrggh sa-sakittt!"

Melihat kekasihnya begitu kesakitan, tentunya ia tidak tega. Tiba-tiba Sasuke jongkok disebelah Naruto, membuat lelaki berkostum oranye itu aneh.

"Mau apa kau?" tanya Naruto dengan raut aneh, namun detik berikutnya mimic itu berubah kembali jadi kesakitan.

"Naik kepunggungku!"

"Eh?"

"Ayo naik, Dobe! Daripada kita tidak pulang!"

"Ta-tapi... apa kau sanggup? Kakimu juga terluka, Teme!"

"Aish… kau ini banyak omong! LUKAku tidak separah dirimu, Dobe! Cepat naik!" suruh Sasuke mempertajam tatapannya–melotot seram–membuat Naruto takut. Terpaksa Naruto mengikuti perintahnya.

xoxoxo

Kini tugas matahari menerangi bumi digantikan oleh satelit alam milik planet yang satu-satunya dihuni oleh manusia. Terangnya memang tak seterang matahari, tetapi cukup membantu penglihatan mereka ketika berjalan. Sasuke masih menggendong Naruto yang tertidur dipunggungnya. Keringat yang bercucuran di wajahnya cukup mewakilkan bahwa lelaki itu sangat lelah. Namun, Sasuke tidak tega jika membangunkan Naruto.

Suara para kodok dan jangkrik malam menemani seiring langkahnya. Otot kakinya mulai menegang, bahkan alas kakinya pun sudah tipis. Sasuke tetap memaksakan berjalan.

Suara derap langkah yang mengikuti dari belakang membuat Sasuke mempercepat langkahnya. Ketika lelaki berbaju biru itu berlari, langkah yang terdengar dari belakang pun ikut berlari. Sasuke mulai sadar bahwa ia dan Naruto dalam bahaya.

Jlebbb!

"Yaish!" Sasuke menurunkan Naruto dari gendongannya, melihat betisnya tertusuk anak panah. Cairan amis berwarna merah itu mulai bercucuran deras didaerah betis kanannya.

"Sial! Hey, siapapun yang melakukan ini padaku, tujukan sosokmu, pengecut!" teriak Sasuke kesal, masih merasakan kesakitan dibetis kanannya.

Tidak ada yang menjawab. Hanya ada suara gema suaranya sebagai jawaban.

Mendengar teriakan Sasuke, lelaki manis bermata biru itu terbangun dari tidurnya. Ia melihat Sasuke merintih kesakitan sambil memegangi lukanya.

"Sasuke-kun, doushita?" tanya Naruto yang masih setengah sadar,

"Oh, Dobe sudah bangun. Ah, tidak apa-apa!" Jawabnya tersenyum–paksa–menahan sakit akibat tusukan anak panah itu.

"Betismu berdarah, tidak apa-apa bagaimana?! Kenapa bisa seperti itu?"

"Err… aku tidak tau. Sepertinya ada orang yang sengaja melakukan ini."

Mereka saling terdiam. Membiarkan sang bayu khas malam hari mengeringkan keringat yang membasahi perawakan mereka. Binatang-binatang yang selalu begadang malam hari untuk mencari makan, kini mereka menonton drama secara langsung yang baru saja dimulai. Biasanya Naruto yang sering adu mulut dengan Sasuke, namun sekarang diam ketika melihat kekasihnya itu menahan rasa sakit.

"Jika jurus seribu bayanganku tidak hilang, pasti kita akan segera keluar dari hutan ini," gumam Naruto membuat Sasuke yang dari tadi menunduk langsung melihat wajah pucat Naruto. "Teme, kau butuh pengobatan. Aku tau kau pasti sakit sekali. Ayo naik kepunggungku, kita cari tabib disekitar sini."

"Eh? Tidak mau!"

"Ya! Uchiha-san, cepat naik. Jangan kira aku tidak bisa menggendongmu, aku bisa lebih kuat darimu!" Naruto memaksa Sasuke menaiki punggungnya. Setelah Sasuke digendongan Naruto, lelaki berambut pirang itu mulai berjalan kembali.

Berjalan cukup jauh dari tempat peristirahatan terakhirnya tadi, akhirnya Naruto menemukan rumah kayu berukuran kecil dengan lampu pijar dihalamannya. Lelaki berkumis enam helai rambut itu mengetuk pintunya.

"Permisi? Paman, bibi, nenek, kakek, atau siapapun tolong kami!"

Tidak ada jawaban. Tidak ada suara apapun. Naruto melakukan hal yang sama lagi. Namun, tetap tidak ada jawaban. Kerena lelah, Naruto membaringkan Sasuke yang sudah terlelap digendongannya di atas tanah. Begitupun Naruto. Akhirnya mereka tertidur setelah seharian berjalan.

xoxoxo

Beberapa makhluk dengan jubah hitam dan senjata yang ada di punggungnya mengikuti jejak sandal yang tercetak jelas di atas tanah. Derap langkah mereka begitu menganggu para binatang yang sedang tertidur.

Matahari masih ada dibalik pegunungan, namun langit mulai terang. Beberapa makhluk berjubah hitam itu akhirnya melihat jejak sandal terakhir yang berada tepat di tempat kedua orang yang sedang tertidur. Mereka mulai melakukan tujuan sesuai rencana yang telah dibuat sebelumnya.

Dua dari beberapa makhluk berjubah hitam itu menculik lelaki pirang dengan kasar, membuatnya terbangun dan kaget.

"Ya! Kalian sia–"

"Shut!"

"Ya!"

BUAAGH!

Mereka membekap mulut mungil milik Naruto, lalu memukulnya hingga sukses warna biru membekas diwajah uniknya. Mereka menyeretnya menjauhi lelaki tampan berbaju biru yang masih terlelap dalam tidurnya.

"Lepaskan aku, sialan!" rengeknya sambil meronta minta dilepaskan.

"Berisik! Diam atau mati sekarang juga?!"

"SASUKE-KUN TOLONG AK–"

BUGH!

Lagi-lagi makhluk berjubah hitam itu memukul wajahnya dengan keras hingga cairan kental amis berwarna meraha itu terlihat disudut bibirnya. Naruto terus meronta minta dilepaskan. Namun, pukulan keras diterimanya lagi bahkan diperutnya.

"Naruto Uzumaki, kau lelaki bodoh dan idiot! Hahaha!"

"Pengecut! Tampakan wajah brengsekmu!" Naruto mencoba menjangkau salah satu makhluk berjubah hitam itu, mencoba membuka jubah yang menutupi wajahnya. Namun, makhluk itu berhasil menjauh.

"Eoh? Kau itu tidak mau diam ya? Baiklah kalau begitu…"

Makhluk itu menyeringai, membenarkan jubah hitam yang dikenakannya, "Hey, habiskan temannya berambut pantat ayam yang masih tertidur itu!"

"Baik!" Semuanya patuh, lalu mulai menjalankan perintahnya.

"Sial! Hey, kalau kau ingin bunuh aku saja, jangan dia!"

"Ya, Uzumaki-san, setelah temanmu itu mati barulah kau, manusia srigala bodoh!"

BUAAGGHH!

xoxoxo

Mendengar keributan terutama suara Naruto, Sasuke langsung membuka kedua matanya, bangkit dari tidurnya. Sasuke begitu kaget ketika melihat tidak ada Dobe disampingnya. Mata onyx-nya mencari-cari keberadaan kekasihnya itu.

"Pengecut! Beraninya keroyokan!"

"Biasanya kau juga kroyokan dengan jurus seribu bayanganmu, bukan?"

"Aiiish... siapa kau SEBENARNYAAAA?!"

Sasuke mendengar gema dari suara Naruto. Ia mencari-cari suara itu. Setelah beberapa saat mencarinya, akhirnya ia menemukan kekasihnya––dengan keadaan disandra oleh beberapa makhluk asing itu.

"DOBEEEE!" teriaknya kencang membuat Naruto dan para makhluk berjubah hitam itu menoleh kearah Sasuke.

"Oh, akhirnya pahlawan kesiangan datang juga. Selamat datang Uchiha-san!" Seseorang, entah siapa, namun sepertinya kepala anggota dari para makhluk berjubah hitam itu mendekati Sasuke, lalu bertepuk tangan.

"Ya! Lepaskan Naruto!" Sasuke dengan beraninya mendekati Naruto. Sayang, dewi fortuna tidak memihak kepadanya, ia juga tertangkap oleh makhluk berjubah hitam itu dari belakang, "Yaishh!"

"Sekarang, siapa yang akan jadi pahlawannya? Kalian berdua benar-benar anak lelaki yang sangaaaaat bodoh! Hahaha!"

"Cih, siapa kau?! Mengakulah!" teriak Sasuke, mencoba melepaskan diri dari dekapan dua orang makhluk berjubah hitam itu.

"Sampai tenggorokanmu kering, bahkan sampai rambut Naruto berwarna hijau pun aku tidak akan mengaku! Baiklah, Naruto, pesan terakhir apa yang akan kau ucapkan untuk sahabat, oh, maksudku kekasih tercintamu ini, huh?"

"Benar-benar iblis! Cuh..." Sungut Naruto kesal, sampai wajahnya terlihat merah dan emosi.

"Cih, kau meludahiku?! Rupanya kau ingin mati lebih cepat!"

"Jangan bunuh Naruto, aku mohon! Bunuh saja aku, jangan sakiti dia!" Sasuke berteriak membuat makhluk aneh bersuara berat itu menolehnya

"Aku akan membunuhmu setelah Naruto!"

BUAGH!

Pukulan sangat kencang mendarat di wajahnya, membuat Sasuke semakin lemas dan tidak bisa berbuat apa-apa.

"Temeeee!" teriak lelaki berambut blonde itu sampai mata indahnya menjatuhkan air asin bening yang biasanya jarang keluar.

GLUKKK…

Salah satu makhluk berjubah hitam itu menegukan cairan berwarna hijau kedalam mulut mungil anak lelaki bermarga Uzumaki dengan paksa. Karena Naruto tidak memiliki tenaga untuk melawan, akhirnya cairan hijau entah apa terteguk habis tanpa sisa.

"Do-dobe..." suara Sasuke begitu lemah dan parau ketika melihat kekasihnya meneguk cairan hijau itu. Sasuke benar-benar ingin membunuh semua para makhluk berjubah hitam, lalu menolong Naruto. Namun, keadaanya yang begitu lemah tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.

"Baiklah, Uzumaki-san, ucakan selamat tinggal pada sahabatmu yang ada disana!"

"Sasuke, percayalah kita akan bertemu lagi!" Naruto tersenyum pasrah, tubuhnya semakin lemas untuk berontak,

"Ya! Dobe!"

"3... 2... 1... ayo ucapkan selamat tinggal pada Sasuke!"

"Selamat tinggal... pengecut!" Naruto melepaskan diri, lalu berlari menjauh sambil menolong Sasuke. Mereka berhasil lolos dari para makhluk seram itu.

"Sial! Kejar mereka!"

xoxoxo

Langkah cepat bak kijang itu melewati berbagai pepohonan yang mengganggu jalan. Seakan ada keajaiban yang diberkati untuk mereka bisa terlepas dari para makhluk berjubah hitam itu. Mereka berlari begitu cepat, sampai tidak merasa sakit ketika batang-batang pohon menusuk telapak kakinya. Namun…

Jleb!

Sebuah anak panah menembus punggung Naruto cepat, membuat pemilik mata biru indah itu berhenti berlari, diam. Naruto bisa merasakan punggungya basah karena darah yang mulai keluar mengalir dari punggungnya. Tanpa babibu para makhluk berjubah hitam itu menangkap tubuh kecil Naruto. Sasuke merasa tidak ada suara langkah kaki dibelakangnya. Ia membalikan badanya, melihat Naruto yang digotong, lalu mengejarnya. Sayang, pemuda dengan rambut model pantat ayam itu juga tertangkap. Sasuke diperlakukan sama seperti Naruto: menegguk cairan hijau karena dipaksa.

Glukkk…

Satu tegukan terakhir itu adalah hal yang paling menyakitkan seumur hidupnya. Tubuhnya seakan direndam di air es yang sangat dingin. Beku. Kaku. Ia tak percaya melihat pemandangan yang baru saja dilihat langsung dengan mata telanjangnya. Cairan bening hangat dari kedua matanya langsung jatuh membasahi pipinya. Naruto dijatuhkan ke laut yang ada dibawah hutan itu.

"NARUTOOO!" Teriak Sasuke frustasi, melepaskan diri, lalu berlari ketepi jurang melihat keksaihnya lenyap diair laut.

"Akhirnya bertahun-tahun niatku membunuh Naruto dapat terwujud! Yeah!"

"Dasar iblis! Sialan!"

"Oh, aku lupa. Kau ingin menyusul Naruto?"

Sasuke diam. Mata hitamnya menjadi merah. Kesabarannya sudah hilang. Lelaki itu mendekati makhluk berjubah hitam yang masih menyeringai dalam rangka memeriahkan kemenangannya. Dengan sisa kekuatan yang ada, Sasuke menyerangnya. Namun, kerena semua jurusnya menghilang, lagi-lagi makhluk berjubah hitam itu menyeringai menang–menyaksikan Sasuke tergeletak ditanah tak berdaya.

"Itu akibatnya melawanku!" ketua makhluk berjubah hitam itu akhirnya membuka jubah yang menutupi wajahnya. Namun, Sasuke terdampar tak berdaya di atas tanah, tak sanggup mengangkat kepalanya. "Singkirkan dia dari sini jauh-jauh!"

xoxoxo

Terik sinar matahari yang sejak tadi pagi begitu menyengat panasnya, kini dihalangi oleh awan-awan berwarna abu-abu pekat. Sang bayu bertiup kencang hingga menjatuhkan ribuan tetes air hujan. Para awan positif maupun negative berbenturan sehingga menghasilkan guntur yang begitu menggelegar.

Berjalan dengan langkah cepat sambil menggosokan kedua telapak tangannya. Anak lelaki bertubuh gempal itu terus berjalan meski air hujan membasahinya. Beberapa kali ia menghembuskan nafas dengan mengembungkan pipi untuk mengurangi hawa dingin yang begitu menusuk.

BRRUUUKK!

Tiba-tiba ia terjatuh karena tersandung sesuatu. Lelaki bermata sipit itu merintih kesakitan sambil mengusap-usap kasar lututnya. Tanpa sengaja ia melihat kesamping, melihat seorang pemuda terbujur kaku dengan darah yang terus mengalir dari keningnnya, terdampar di atas tanah.

"Aaaaaaaarrrgghhh mayaaaaatt!" Ia berteriak histeris ketika melihat pemuda berhidung mancung terbaring tepar berlumuran darah disampingnya. Anak lelaki itu panic, tidak tau harus berbuat apa. Jantungnya berdebar kencang saking panikanya. Dengan sisa keberaniannnya, ia mendekati pemuda yang terdampar itu, memegang urat nadinya.

"Masih berdetak. Huh, syukurlah!"

Ia juga melihat dada pemuda itu kembang kempis. Untuk memastikan, anak lelaki sipit itu meletakan telinganya diatas dada pemuda itu.

"Hidup!" tiba-tiba ia langsung bangkit lalu berteriak, "Tolooooongg!"

Sinar matahari masuk kecelah rumah bilik kecil yang ada di dekat hutan itu, membuatnya perlahan membuka sepasang matanya. Heran. Mungkin itu yang ada dibenaknya. Dimana ini? Apa yang terjadi padaku? Pikir pemuda mancung itu ketika setengah sadar. Ketika matanya membuka dan pikirannya sadar sempurna, tiba-tiba ia bangkit dari tidurnya, duduk ditepi ranjang.

"Dimana Naruto?!" teriaknya, sehingga semua orang yang ada dalam rumah kecil itu langsung menatapnya.

"Syukurlah kau sudah siuman." Seseorang tersenyum, lalu menghampirinya.

"Siapa kau?"

"Perkenalkan, aku Choi Minhwan. Aku yang menemukanmu terdampar ditengah hutan dan keluargaku yang membawamu kesini. Namamu Choi Jonghun, kan? Salam kenal." anak lelaki sipit itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Namun, pemuda berhidung mancung itu mengerenyit heran,

"Choi-Jong-Hun? Aku Choi Jonghun?" tanya pemuda itu sambil menunjuk hidungnya.

"Aku tau namamu dari KTP yang ada di kantung celanamu."

"KTP? Huh? Bolehkah aku pinjam cermin?"

"Oh, tentu." anak lelaki bernama Choi Minhwan itu mengambil cermin, lalu memberikannya kepada pemuda berhidung mancung itu.

"A-APA?! TIDAAAKKK! BAGAIMANA INI BISA TERJADI?!" teriaknya ketika melihat bayangan wajahnya di cermin. "Aku bukan Choi Jonghun! Aku Sasuke Uchiha!"

"Ada apa, hyung?"

"Ya! Aku bukan Choi Jonghun! Aku Sasuke Uchiha! Kenapa aku bisa berubah?!"

"Sasuke Uchiha?" Minhwan mengerutkan halisnya, "Hyung, kau kenapa? Tidak apa-apa, kan?"

"Choi Minhwan, kau menemukanku dimana? Ah iya, ini dimana?"

"Di hutan, Korea selatan. Ada yang salah?"

"Ko-Korea?! Aish... dimana Naruto?"

"Siapa Naruto?" Tanya anak lelaki bertubuh gempal yang ada dihadapannya itu, "Hyung, rumahmu dimana?"

"Rumah? Aku..."

"Ah, bagaimana tinggal dirumah kami saja. Iya kan, appa?"

Pemuda berhidung mancung yang masih bingung dengan dirinya itu melamun, memikirkan apa yang terjadi padanya. "Aku yakin, ada yang sengaja menjadikanku seperti ini. Baiklah, aku akan manfaatkan ini. Aku terima sebagai Choi Jonghun!"

"Hyung?" Minhwan melambaikan telapak tangannya didepan mata Jonghun. "Bagaimana? Mau tidak?

"Oh ya, tentu saja. Terimakasih banyak sebelumnya."

To be continued…

*Maaf jika tulisannya gak rapi, beberapa kali di edit hasilnya tetep begini. Yosh! Minna-san, reveiew please