Is It Goodbye?

.

.

BlackIDyeol

.

.

Main Cast :

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Oh Sehun

etc.

.

.

.

Warning : Not so strong word, kkk.

maybe will be a boring story

.

.

.

But enjoy!

.

"Dasar kau lelaki sialan! Sudah berapa kali aku melarangmu untuk berbicara dengan orang lain!" ucap pemuda itu penuh amarah. Disetiap kata yang terucap, ia menendang seseorang yang kini meringkuk di bawah. "M-maaf, aku t-tidak bermaksud—"

"Aish, aku sudah berusaha keras untuk menahan amarahku Baekhyun, sial" ia kembali menendang seseorang yang bernama Baekhyun.

Baekhyun, pemuda berumur 25 tahun itu meringkuk dibawah, melindungi perutnya yang lemah. Memar dari 3 hari yang lalu belum menghilang, dan ia harus menambah beberapa memar lagi. Wajahnya penuh dengan lebam dan terdapat beberapa percikan darah disana.

Ia tidak bisa berontak dan melaporkan kejadian ini pada polisi. Bagaimanapun juga tersangkanya adalah kekasihnya sendiri, Oh Sehun.

"Apa kau suka? Apa kau suka ketika lelaki berhidung belang itu menyentuhmu, huh?" Sehun menarik rambut Baekhyun dan membuatnya berdiri. Beberapa kali Baekhyun merintih kesakitan, namun pemuda itu tak ada habisnya menghajar kekasihnya sendiri.

"Aku tanya padamu, jalang! Apa kau suka?! Jawab aku sial!" teriak Sehun tepat di depan wajah Baekhyun yang merintih. "T-tidak!"

Sehun melepaskan kepala Baekhyun, yang mana membuat Baekhyun kembali meringkuk di atas trotoar sebuah gang kecil yang tak banyak orang melewatinya.

"Bohong!" Sehun menampar wajah Baekhyun.

"Berani-beraninya kau membohongiku, Baekhyun! Kau tahu bukan jika aku tidak bisa menoleransi kebohonganmu?!" pemuda itu kembali menarik rambut Baekhyun dan kembali membuatnya berdiri. Ia menyeretnya hingga penghujung gang dan menjatuhkannya kembali.

"Katakan yang sebenarnya! Apa kau suka ketika lelaki itu menyentuhmu?!" Baekhyun menangis, ini bukan pertama kalinya terjadi. Lebih dari sering Sehun membentak, memukul, serta menarik rambutnya. Tapi ia tidak bisa pergi, tidak bisa.

"Iya, kau benar! Aku suka!"

Ketika Baekhyun membenarkan pernyataan Sehun. Sehun tidak menghentikan perbuatannya pada Baekhyun. Ia melanjutkan, bahkan lebih, dan lebih kejam.

"Lihat? Kau suka bukan. Kau suka!" dan kemudian Sehun memukul wajah Baekhyun hingga ia kembali meringkuk. "Aku tahu kau suka!" lalu ia kembali menendang tubuh Baekhyun.

"Hey hey hey hey hey, kau tidak bisa melakukan hal seperti ini pada orang lain" Sehun terhenti ketika seseorang menahannya dan menjauhkan dirinya dari Baekhyun. "Sebenarnya aku bisa, ia adalah kekasihku. Jadi kau bisa pergi dan hiraukan kami"

Sehun melepas paksa tangan pria yang berada di bahunya, "Wow wow wow, sabar dude. Jika aku menjadi dirimu aku tidak akan memukul kekasihku" ia menahan Sehun sebelum pemuda itu memukul kekasihnya kembali.

"Well, sayangnya ia adalah kekasihku. Aku bisa melakukan apa saja padanya, itu hak milikku" Dan Sehun berhasil melewati pria yang lebih tinggi beberapa centi darinya.

"Aku tidak setuju denganmu"

"Huh?" Sehun terhenti dan memutar tubuhnya. "Apa maksudmu tidak setuju denganku?"

"Ia adalah kekasihmu, kalian masih berpacaran. Dan kau tidak bisa melakukan apa saja padanya, kalian belum terikat sepenuhnya"

"Lalu apa yang kau inginkan?! Kau menantangku berkelahi, huh?"

Pria itu menarik satu sudut bibirnya dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak berkelahi dengan pengecut"

"Pengecut?" Sehun melangkahkan kakinya menuju pria yang 'sok' angkuh di hadapannya. "Kau berkata aku pengecut?"

"Siapa di dunia ini yang memukul kekasihnya sendiri? Ia hanyalah pengecut. Dan, lebih baik kau pergi sebelum banyak orang yang melihatmu memukul kekasihmu sendiri" Sehun melihat sekelilingnya, orang berkumpul mengelilingi mereka, mengambil video dan mengunggahnya.

"shit" umpatnya perlahan dan kemudian meninggalkan lelaki itu dan Baekhyun.

Setelah Sehun pergi, orang-orang mulai berangsur pergi dan berjalan seolah tak terjadi apa-apa. Baekhyun masih meringkuk namun kini ia bersandar pada sebuah dinding. Saat Sehun dan lelaki itu 'berbincang', Baekhyun mencoba sekuat tenaga menyandarkan tubuhnya pada dinding di dekatnya.

"Hey, kau tidak apa?" lelaki itu mendekati Baekhyun.

Namun ketika lelaki itu berada beberapa langkah di hadapannya, pandangan Baekhyun memudar dan ia tak sadarkan diri.

.

.

.

Saat Baekhyun membuka matanya, bukan tembok putih dipenuhi dengan poster band rock yang ia lihat. Namun hanya putih dan ruangan itu tertata rapih, tidak seperti yang ia ingat.

"Pada akhirnya aku sekarat" ucapnya lirih. Ia tidak bisa banyak bicara mengingat luka robek kecil di sudut bibirnya. "Kau belum mati, tenang saja" seseorang memasuki ruangan itu. "Apa kau kecewa?"

Baekhyun mengerutkan keningnya ketika lelaki itu mendekatinya, "Aku bukan orang jahat seperti kekasihmu, tenang saja. Aku Chanyeol, Park Chanyeol"

"B-byun… B-baekhyun"

"Byun Baekhyun? Nama yang bagus" Pemuda itu, Chanyeol, tersenyum kecil. "Apa kau lapar? Kau tidak sadarkan diri selama beberapa hari"

Baekhyun terkejut. Beberapa hari? Biasanya jika ia tertidur lama, Sehun akan membangunkannya paksa. Namun beberapa hari ia tertidur? Itu adalah hal baru.

"Kau tahu, aku tidak bermaksud menghina dan mengumpat, tetapi kekasihmu itu benar-benar asshole" Chanyeol tersenyum kecil setelah mengatakannya.

"Aku akan membawakanmu makanan" kemudian Chanyeol pergi dan kembali membawa semangkuk bubur dan beberapa lauk. "Apa kau bisa makan? Tanganmu terluka" tanya Chanyeol.

Tidak ada jawaban dari Baekhyun, maka dari itu Chanyeol mengambil inisiatif menyuapkan beberapa sendok makanan untuk Baekhyun.

"Apa kau suka?" Baekhyun mengangguk kecil. "Syukurlah, setelah ini kau harus banyak beristirahat. Lukamu masih banyak dan belum sembuh" Chanyeol menunjuk daerah sekitar wajah Baekhyun dimana terdapat lebam, terutama mata kanannya yang membiru dan membengkak.

Baekhyun mengangguk kecil mematuhi perintah Chanyeol. Dan setelah 5 suapan, Baekhyun merasa lelah dan kembali tertidur.

.

.

.

Baekhyun terbangun beberapa hari kemudian, perutnya berbunyi lapar, dan membuatnya membuka matanya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya menatap sekitar. Ruangan yang sama, syukurlah.

Ia mengesampingkan selimut putih yang menutupi tubuhnya. Dan yang ia lihat hanyalah lebam dan memar yang mengukir tubuhnya. Ini bukanlah hal baru.

"Oh? Kau sudah sadarkan diri?" Chanyeol datang dari pintu kayu disudut ruangan. Baekhyun mengangguk kecil. "Kau pasti lapar, benar?" dan sekali Baekhyun mengangguk kecil. "Akan ku bawakan makanan kalau begitu, tunggu disini"

Chanyeol kembali dengan semangkuk sup yang cukup panas. "Hati-hati, panas, bisa membakar lidahmu" ucap Chanyeol sembari menyerahkan sup itu pada Baekhyun. "Akan ku putarkan lagu, kau pasti bosan"

"Terimakasih, Chanyeol-ssi"

"Tentu"

"Jadi…" Chanyeol memulai perbincangan seperti yang lalu, namun kali ini ia terdengar tidak yakin. "Hm? Ada apa?"

"Kalau kau sudah membaik, kemana aku harus mengantarmu?"

Baekhyun terhenti, "Mengantarku?" Chanyeol mengangguk.

"Akan kupikirkan ketika aku sudah membaik. Terima kasih karena sudah menjagaku, Chanyeol-ssi"

"Ey, hentikan ssi itu, cukup Chanyeol saja"

"Omong-omong, kau terlihat semakin membaik" lanjut Chanyeol ketika Baekhyun masih sibuk dengan supnya. "Ya, seperti yang kau lihat. Lebih baik daripada sebelum-sebelumnya"

Baekhyun semakin membaik hari demi hari, tidak ada penambahan luka ataupun memar dalam beberapa hari. Memar ditubuhnya masih ketara, namun tidak seburuk hari dimana Sehun memukul habis-habisan setelah mereka keluar dari bar.

Pemuda itu belum dapat berjalan dengan baik, tungkainya masih terlalu lemah untuk pergi. Maka dari itu, saat ia hendak ke kamar mandi, ia meminta tolong pada Chanyeol untuk membantunya berjalan menuju kloset.

"Chanyeol, kau tinggal sendiri?" tanya Baekhyun setelah seminggu ia menginap di rumah Chanyeol. Chanyeol mengalihkan pandangannya dari TV dan menatap Baekhyun yang masih berada di ranjangnya.

"Well, Uhm, ya"

"Wow, uhm, apakah ini hal sensitive jika aku menanyakan mengenai keluargamu?"

Chanyeol tersenyum kecil, "Aku biasanya tidak mengungkit ini. Tapi—"

"Kalau begitu jangan ceritakan jika memang ini adalah hal sensitive"

"Akan ku ceritakan padamu kapan-kapan" Baekhyun mengangguk. "Apa kau tidak bosan selalu di dalam kamar?" tanya Chanyeol ketika Baekhyun mengalihkan pandangannya pada TV yang masih memutar variety show. "Kemana lagi aku bisa pergi? Aku ke kamar mandi saja masih memerlukan bantuanmu"

"Ingin ke ruang tengah? Ada beberapa camilan disana" Baekhyun terlihat ragu. "Aku akan membantumu berjalan, seperti biasa" dan Chanyeol dapat melihatnya.

Chanyeol membantu Baekhyun berjalan menuju ruang tengah. "Tidak perlu buru-buru, ambil waktumu saja Baekhyun" langkah demi langkah Baekhyun ambil untuk berjalan. Ini melelahkan sebenarnya.

"Chanyeol, aku tidak kuat" rintih Baekhyun ketika ia sudah berada di depan pintu kamar. "Kau bisa, sofa disana cukup empuk dan kau dapat berbaring disana" Baekhyun menghela nafasnya keras dan menghapus keringat di keningnya.

"Kau pasti bisa, aku akan menjagamu" Chanyeol masih membantu Baekhyun berjalan. "Tinggal beberapa langkah lagi, kau bisa!"

Baekhyun langsung mendudukkan tubuhnya begitu ia sampai di sofa ruang tengah. "Ini sangat melelahkan" Chanyeol tersenyum kecil dan segera menyalakan televisi besar dihadapan mereka. Kemudian mendudukan tubuhnya di samping tubuh Baekhyun yang terluka.

"Ingin menonton film?"

"Film?" Chanyeol menganggukkan kepalanya. "Sudah lama aku tidak menonton film" ucap Baekhyun lirih.

"Huh? Apa aku tidak salah dengar? Kapan terakhir kali kau menonton film"

"Sekitar tiga atau empat tahun yang lalu, mungkin? Aku tidak begitu ingat"

"Semua jenis film?" Baekhyun mengangguk, membenarkan pertanyaan Chanyeol. "Woah, kau pasti orang yang sangat sibuk" Baekhyun tersenyum tipis, bukan itu sebenarnya.

"Hey, ingin membahas asshole itu tidak? Aku tidak mengerti dengan perilakunya pada orang lain" tanya Chanyeol saat sebuah film mulai berputar di televisi besarnya. Kungfu panda.

"asshole? Maksudmu Oh Sehun?"

"Aku tidak tahu namanya, tapi ia benar-benar ass fucking hole with that flat fucking face" Baekhyun tersenyum kecil ketika mendengar kata umpatan yang keluar dari mulut Chanyeol. Bukan karena ia tidak mengerti apa yang Chanyeol katakan, Sehun sering mengumpat omong-omong.

"Kau berpacaran dengannya?" Baekhyun mengangguk. "Mungkin sudah sejak aku berumur 20 tahun? Berarti itu sekitar 5 tahun yang lalu"

"5 tahun? Kau berpacaran dengan asshole itu selama 5 tahun?"

Baekhyun tersenyum dan mengangguk, "Ya, 5 tahun. Aneh ya?"

"Apa kau gila? Apa selama 5 tahun ini kau selalu di perlakukan seperti ini?" Baekhyun menggelengkan kepalanya. "Tidak, diawal saat kami berpacaran ia sangat manis dan baik"

"Lalu? Mengapa berubah?"

"Dia adik yang penurut sebenarnya"

"Tunggu, adik?! Maksudmu…asshole—"

Baekhyun mengangguk, "Ia lebih muda dua tahun dariku"

"Ia lebih muda darimu? Wah ia benar-benar tidak memiliki tata krama" seru Chanyeol.

Mereka terlalu sibuk dengan asshole hingga mengabaikan Po dan furious five berkelahi di televisi. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan, toh Chanyeol masih memiliki banyak stok film yang lain yang lebih menarik.

"Lalu mengapa asshole—maksudku Sehun berubah?"

"Ia melihat ayahnya berselingkuh, mereka bercumbu di depan mata Sehun, tidak hanya sekali. Sehun bukan anak kecil lagi, namun ia benar-benar tidak baik dalam mengatur emosinya"

"Hanya itu?"

"Harus kuceritakan semua?"

"Tidak perlu jika memang tidak ingin kau ceritakan"

Mereka menonton beberapa film hingga mereka tertidur.

Baekhyun terbangun ketika alarm ponsel Chanyeol tidak henti-hentinya berbunyi dan mengusik mimpinya. Dan yang ia temui pada pagi itu adalah dada bidang milik Chanyeol. Baekhyun mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berteriak dan kemudian terjatuh dari sofa.

"Aduh!" Baekhyun merintih kecil dan membangunkan Chanyeol dengan teriakannya tadi.

"K-kau tidak seharusnya… di-disini… S-Sehun—"

Kening Chanyeol mengerut, "Baekhyun?" ia mengusap matanya sebelum melihat ekspresi Baekhyun berubah menjadi ketakutan.

"S-Sehun akan… memukulku jika ia… melihatmu… kau harus pergi" Baekhyun masih meringkuk di atas karpet halus di ruang tengah, jadi Chanyeol turun dari sofa dan merendahkan tubuhnya. "Hey, Baekhyun, asshole tidak disini"

"I-ia akan memukulku"

"Baekhyun, tenanglah" Chanyeol mengusap kedua punggung tangan Baekhyun. "asshole tidak tahu rumahku, jadi ia tidak akan mungkin melihat kita"

Nafas Baekhyun yang awalnya tidak teratur berubah menjadi teratur, dan keringat dingin di keningnya berangsur menghilang. "M-maafkan aku"

Chanyeol tersenyum dan kemudian merentangkan tangannya, kemudian memeluk tubuh kecil milik Baekhyun. "Tenanglah Baekhyun, kau aman bersamaku" Baekhyun mengangguk kecil.

"Mengapa kau sangat terkejut?" tanya Chanyeol ketika Baekhyun terlihat semakin membaik. Baekhyun menatap Chanyeol, ia harus mendongak agar ia dapat melihat pemuda itu dengan jelas.

"Kau bertelanjang dada ketika aku terbangun. Dan kita berdua tertidur di atas sofa. T-tentu aku takut Sehun akan—"

"Sshh, asshole itu tidak akan memukulmu lagi. Aku berjanji, okay?"

Baekhyun mengangguk, "Tapi mengapa kau perlu bertelanjang dada?" Chanyeol melepas pelukannya dan tersenyum canggung.

"Well, uhm, semalam cukup panas, udaranya maksudku. Dan kau terlihat terlalu lelah untuk berjalan menuju kamar kakakku, jadi ya sudah, kita tertidur disofa. Apa asshole belum pernah bertelanjang dada di hadapanmu, hm?"

Pipi Baekhyun memerah, "Uhm, ya, Sehun sering bertelanjang dada dirumah"

"Tunggu, kau dan Sehun tinggal bersama?" Baekhyun mengangguk. "Kupikir kau tinggal bersama keluargamu" Baekhyun menggelengkan kepalanya kecil. Ia menyandarkan tubuhnya pada sofa dan menekuk kedua kakinya.

"Aku bukan dari keluarga kaya di Bucheon, dan aku adalah anak tunggal. Kedua orangtuaku meninggal ketika aku berumur 13 tahun, kecelakaan katanya. Akhirnya aku pindah ke Seoul untuk tinggal bersama paman dan bibiku. Namun semenjak umur 19 tahun, aku pergi dari rumah, aku berpikir aku terlalu merepotkan mereka yang sedang mengalami krisis ekonomi"

"Kau tidak perlu menceritakannya jika kau memang tidak ingin bercerita" Baekhyun menggelengkan kepalanya sembari memijat pergelangan tangan kanannya, "Aku ingin bercerita"

"Kalau begitu aku akan mendengarkan"

"Ia sering datang ke café dimana aku bekerja, namun karena biaya rumah susun sangat mahal untukku, aku diusir karena berhutang untuk 3 bulan. Disaat aku terpuruk dan tak bisa pergi kemanapun, ia menawarkan tempat tinggal hingga aku menemukan rumah dan membantuku saat aku mengalami masa sulit"

Chanyeol memperhatikan Baekhyun berbicara. Pemuda itu tak dapat memutuskan pandangannya dari pemuda kecil yang tengah bercerita. "Namun tiba-tiba ia menyatakan perasaannya padaku 1 tahun kemudian setelah kami tinggal bersama"

Chanyeol menghela nafasnya, "Ibuku meninggal ketika aku berumur 9 tahun, kemudian ayahku menikah dengan seorang janda beranak satu. Yahh, aku dan noona tidak menyukai istri dan anaknya itu, jadi noona meminta untuk tinggal di rumah susun ini"

"Tunggu, noona? Kau memiliki noona?"

Chanyeol mengangguk, "Ya, aku memiliknya. 10 tahun lebih tua dariku"

"Aku tidak pernah melihat noonamu" Baekhyun masih memijat kecil pergelangan tangannya. "Yah, semenjak ia berpacaran, ia tinggal dengan kekasihnya. Kamar yang kau gunakan itu adalah kamar milik noona, dan yang memasakanmu makanan tempo hari adalah masakan noona"

"Pantas saja rasanya enak"

"Kau menghina aku tidak bisa memasak, huh?" Baekhyun tersenyum kecil mendengar perkataan Chanyeol. "Aku tidak pernah mengatakan kau tidak bisa memasak"

"Aku bisa, tapi aku takut aku akan memasukan racun daripada memasukan garam ke dalam makananmu" Kemudian Chanyeol dan Baekhyun tertawa. Untuk beberapa saat, ketika kemudian Baekhyun merintih kesakitan disudut bibirnya.

"Kau jangan tertawa berlebihan" Baekhyun mengangguk setuju.

Jujur saja, hatinya tersentuh ketika Chanyeol bersikap seperti ini padanya. Sudah lama Sehun tidak memperlakukannya seperti ini. Betapa menyenangkannya.

.

.

.

Baekhyun semakin membaik setiap harinya, tidak ada tambahan luka ataupun lebam ditubuhnya. "Chanyeol, boleh tidak jika aku menetap disini untuk sementara? Hanya sampai aku siap untuk bertemu Oh Sehun lagi" ucap Baekhyun ketika ia dan Chanyeol menonton film di ruang tengah.

Chanyeol menaruh tangannya pada bahu Baekhyun dan menariknya lebih dekat, "Kau boleh tinggal disini semaumu" Baekhyun tersenyum dan mengangguk.

"Tapi, kenapa kau membantuku sebanyak ini? Kau bisa menolak permintaanku sebenarnya"

"Hm, kenapa ya?" Chanyeol terlihat berpikir meskipun Baekhyun tahu itu hanya dibuat-buat. Tangan Chanyeol masih melingkar di bahunya, membuat Baekhyun merasa lebih aman dan nyaman. "Mungkin karena kau kecil"

"Huh?"

"Dibandingkan dengan tubuhku kau 2 kali lebih kecil, jadi rasanya aku harus melindungimu"

"Alasanmu itu ada-ada saja, dan lagi aku tidak 2 kali lebih kecil darimu, kau saja yang terlalu tinggi"

Chanyeol tertawa kecil sebelum menaruh kepala Baekhyun untuk bersandar pada pundaknya, "Apa kau tidak lelah? Tidurlah"

"Chanyeol, apa Sehun akan marah?"

"Asshole? Jangan khawatirkan asshole itu, kau aman disini" Baekhyun mengangguk dan menyamankan tubuhnya untuk bersandar pada Chanyeol.

Suara dengkuran halus terdengar, dan Chanyeol tersenyum kecil ketika mengetahui Baekhyun berdengkur kecil. "Kau lucu ya, rasanya jadi ingin menyimpanmu selamanya"

"Mmhh" Baekhyun mengusakkan kepalanya pada pundak Chanyeol, menyamankan tubuhnya. Setelah 15 menit, Baekhyun membuka matanya lelah.

"Tidak nyaman ya?" Baekhyun mengangguk lucu. "Tunggu"

Chanyeol merebahkan tubuhnya di atas sofa, dan Baekhyun ikut merebahkan tubuhnya di atas sofa berdampingan dengan Chanyeol. Sebagian tubuh Baekhyun bersandar pada Chanyeol, mengingat sofa itu tidak terlalu besar.

"Bagaimana dengan sekarang?"

Baekhyun menyembunyikan wajahnya pada dada Chanyeol, "lebih baik" ucap Baekhyun kemudian kembali menutup kedua matanya. Chanyeol tersenyum dan menaruh tangannya pada pinggang Baekhyun, takut-takut akan terjatuh seperti tempo hari.

"Tidur yang nyenyak, Smurf"

Baekhyun tidur lebih nyaman dari sebelum-sebelumnya. Ac yang berada di kamar terasa lebih dingin, bahkan selimutpun tidak terlalu membantu. Namun kini kulit Chanyeol yang bersentuhan dengannya membuat terasa lebih hangat.

Saat Baekhyun terbangun, tidak ada Chanyeol di sampingnya. "C-Chanyeol" Baekhyun mengusap matanya sebelum menurunkan kakinya untuk menapak pada karpet halus yang terlihat mahal itu.

"Mmhh" Baekhyun melenguh ketika udara dingin menyentuh kulitnya.

"Kau sudah bangun?" Baekhyun mengangkat kepalanya dan mendapati Chanyeol sudah berdiri di hadapannya. "Darimana saja kau?"

"Merokok"

Baekhyun mengangguk paham. "Aku kedinginan setelah kau pergi, omong-omong" keluh yang lebih kecil. Chanyeol tersenyum kecil dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Kau merokok pagi-pagi?" tanya Baekhyun mengikuti langkah Chanyeol perlahan. "Tidak pagi juga sebenarnya, ini sudah pukul 10 omong-omong"

"Kau tidak pergi?"

"Kemana?" Chanyeol terhenti dan menatap Baekhyun yang kini berdiri di sampingnya. Sedangkan yang lebih kecil hanya mengedikkan bahunya. "Kemanapun, kuliah, atau mungkin kerja?"

"Aku tidak kuliah, dan tidak kerja" ucap Chanyeol setelah memanaskan sup dan menggoreng 2 butir telur.

"Lalu? Dapat darimana semua uangmu?"

"Ayahku sangat kaya, hingga keturunannya yang ketujuhpun mungkin akan tetap mendapatkan warisannya"

"Keluargamu pasti sangat kaya ya?"

Chanyeol menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya, "Hanya ayahku, aku tidak. Aku ingin mencoba, tapi ayahku melarang"

"Benarkah? Kau ingin mencoba apa?"

"Apapun, kuliah, kerja. Tapi ayahku tidak memperbolehkanku"

"Ayahmu aneh ya?" Chanyeol tersenyum kecil dan mengusak rambut Baekhyun. "Omong-omong, kau dengan saudara tirimu itu, apakah kalian dekat?"

Chanyeol menggelengkan kepalanya lagi, "Tidak, aku dan noona tidak suka dengan keluarga ayah yang baru. Bibi itu mendapat semua perhatian ayah, dan aku tidak pernah menganggap mereka keluarga. Hanya sebatas kenal nama saja"

Baekhyun mengangguk paham, "Keluargamu terdengar seperti drama yang sering aku tonton diam-diam"

"Untuk apa kau menonton drama diam-diam?"

Baekhyun membantu Chanyeol membawakan piring ke atas meja dan menata meja makan untuk mereka sarapan. "Drama itu siaran saat jam biasanya Sehun tidur, ia akan marah jika aku mengganggu tidurnya"

"Dan setelah semua itu, kau masih bertahan dengan asshole?"

"Aneh ya?"

"Terdengar gila untukku"

.

.

.

Chanyeol terkejut ketika seseorang tiba-tiba membuka pintu kamar mandi. Ia tidak sedang dalam keadaan telanjang, syukurlah, namun tetap saja ia sangat terkejut. "Huh, Baek, ada apa?" nafas Chanyeol terdengar berat ketika kepala Baekhyun muncul dari balik pintu.

"Apa yang kau lakukan disana?" tunjuk Baekhyun pada Chanyeol. Pemuda itu tengah mendudukkan tubuhnya di lantai kamar mandi dengan bersandar pada bath-up. Sebatang rokok terselip di antara jemarinya, dan sebuah jendela terbuka disisi atasnya.

"Merokok lagi?"

Chanyeol mengangguk dan tersenyum kecil. Baekhyun mendudukkan tubuhnya yang sudah membaik di hadapan Chanyeol. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku bosan" jawab Baekhyun memeluk kedua kakinya.

Chanyeol kembali menyesap rokoknya, "Ku pikir kau ingin memakai kamar mandinya" Baekhyun menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak sedang ingin ke kamar mandi"

"Uh, kau tidak ingin mandi?"

"Benar juga, aku sudah jarang mandi sejak aku disini"

"Haruskah aku keluar? Kau bisa mandi disini"

Baekhyun tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu. Kau sedang merokok disini, aku bisa mandi nanti"

"Tapi… kenapa kamar mandi?" lanjut Baekhyun.

"Huh?"

"Mengapa kau merokok di kamar mandi? Biasanya Sehun merokok dimana saja" Baekhyun masih menatap pemuda yang masih bergelut dengan rokoknya.

"Uhm, Well, karena aku tidak memiliki balkon. Aku akan merokok di balkon jika aku punya, tapi aku tidak memilikinya. Dan noona terkadang datang kemari tanpa kabar, ia tidak suka jika aku merokok. Psshh, padahal kekasihnya sendiri merokok!"

Baekhyun tertawa kecil mendengar Chanyeol menggerutu kecil. "Jangan mengutuk kakakmu sendiri, Chanyeol"

Chanyeol terdiam untuk beberapa saat, hingga tiba-tiba Chanyeol menjerit dan mengejutkan Baekhyun. "Aduh! Panas!" Chanyeol kemudian menjatuhkan puntung rokoknya dan mengaduh kesakitan pada jarinya.

Baekhyun tertawa melihat tingkah Chanyeol yang terlihat sangat aneh. "Jangan tertawakan aku. Ini sakit tahu" keluh Chanyeol yang kemudian dibalas anggukan oleh Baekhyun. Pemuda yang masih memiliki luka samar di ujung matanya itu menghilangkan air mata yang berkumpul di matanya.

"Bahkan kau menangis seperti itu" Chanyeol kembali mengeluh.

Baekhyun masih dengan senyumnya menarik tangan kanan Chanyeol dan melihat jari Chanyeol yang melepuh karena puntung rokok. "Sangat sakit ya? Apa kau memiliki kotak obat?"

"Di kamar noona"

Baekhyun bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar mandi. Saat ia kembali, terdapat sebuah botol ditangannya. "Apa itu?" tanya Chanyeol.

"Obat untuk luka bakar" Baekhyun menarik tangan kanan Chanyeol dan mengoleskan obat itu pada permukaan jari telunjuk Chanyeol yang melepuh. "Katakan padaku jika ada gelembung di jarimu, okay?" Baekhyun yang awalnya menatap jari Chanyeol kini menatap Chanyeol, yang mana membuat pemuda itu terkejut. Pasalnya ia tak henti-henti menatap pemuda yang memegang lembut tangannya dan mengobati luka kecilnya.

"Kau tahu banyak soal obat-obatan ya?" puji Chanyeol.

Baekhyun menggelengkan kepalanya, "Tidak juga. Aku hanya tahu beberapa. Aku memeriksanya melalui ponselku—"

"—Ah! Ponselku!"

"Sudah kusimpan, tenang saja" Chanyeol menatap jarinya yang kini terasa perih. "Tapi, bagaimana bisa kau tahu obat apa yang harus kau gunakan?"

Baekhyun menghela nafasnya kemudian mengangkat pergelangan tangannya, menunjukkan sebuah luka lama yang tidak terlalu besar di dekat pembuluh darahnya. "Aku sempat tersulut rokok juga"

"Kau merokok?"

Chanyeol akan sangat terkejut jika memang benar Baekhyun merokok. Wajahnya yang manis itu tidak cocok bila menghembuskan asap rokok yang perlahan merusak tubuhnya. Namun syukurlah pemuda dihadapannya itu menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak merokok, hanya Sehun yang merokok dirumah"

"Lalu, lukamu itu?"

Baekhyun menurunkan pergelangan tangannya dan mengelusnya perlahan. "Sehun mabuk saat itu. Moodnya juga sedang buruk, dan ia, ehm, mungkin secara tidak sengaja menyulut tanganku"

"Kau yakin itu tidak sengaja?"

"Baiklah, ia memang menyulut tanganku—Tapi itu karena ia sedang mabuk"

"Wah, as what I was expect, sekali asshole selamanya tetap asshole"

"Lagipula sudah lama, jadi aku tidak apa. Dan apa yang kaupikirkan hingga kau tersulut rokokmu sendiri?"

Chanyeol kembali menundukkan kepalanya, terlihat berpikir. "Chanyeol, kau tidak apa?" tanya Baekhyun ketika Chanyeol tak bergerak sama sekali bahkan setelah 5 menit.

"Ehm, oke, jadi aku berpikir untuk pergi keluar. Mencari hiburan untuk otakku"

"Kemana? Apakah jauh?"

"Tidak juga, hanya berada di Seoul. Kau ingin ikut?"

"Tentu!"

"Kalau begitu, akhir pekan ini kita akan berkeliling Seoul"

"Kau suka?"

"Tentu! Terimakasih Chanyeol!"

.

.

.

.

TBC

.

.

.

Note;

Pertama-tama, maafkan aku yang labil belum ngepost chapter lanjutan untuk ffku lainnya. *bow*

Kedua, terima kasih sudah membaca cerita yang mungkin absurd ini

Ketiga, tolong tinggalkan jejak jika berkenan, protes juga nggak papa kokkk ^^