Everything That I Need
TaeGi | HopeGa | TaeKook
"aku tidak suka kau dekat dengan Hoseok, hyung."
Yoongi menghela nafasnya untuk yang kesekian kalinya. Ia sedang berada di meja makan bersama Taehyung yang duduk di sebrangnya. Ia sudah mengetahuinya saat Taehyung datang kepadanya dengan mata penuh amarah. Yoongi tahu jika Taehyung akan membahas tentang hal yang sama lagi. Dan sialnya, Yoongi tidak bisa membantah; Taehyung terlihat menakutkan jika ia sedang marah.
"maafkan aku, oke? Hoseok hanya bertanya sesuatu padaku, Taehyung-ah. Kenapa kau harus semarah itu?" Yoongi menghela nafas lagi. Ia lelah jika boleh jujur.
"sepertinya dia mempunyai perasaan padamu, hyung." Yoongi diam-diam menggelengkan kepalanya.
Di saat Yoongi tidak menjawab, pasti Taehyung akan menatapnya. Cukup lama mereka seperti itu. Taehyung yang menatap Yoongi, dan Yoongi yang memainkan cangkirnya. Taehyung akhirnya berdiri, ia berjalan mendekati Yoongi lalu mengelus pipi halus Yoongi.
"aku hanya takut kehilangan dirimu, hyung," ㅡBohong.
"aku takut kau meninggalkanku." ㅡkebohongan lainnya.
Yoongi yang mendengar itu hanya tersenyum kecil. Setelah Taehyung pergi meninggalkan Yoongi sendirian di meja makan, barulah Yoongi dapat merasakan kedua matanya memanas.
Yoongi tahu, betul-betul mengetahuinya.
Bahwa Taehyung sudah tidak mencintainya lagi.
.
.
.
.
Oh lihatlah mereka, sangat serasi.
Yoongi tersenyum kecut melihat interaksi antara Taehyung dan Jungkook. Mereka bercanda dan tertawa bersama, entah apa yang mereka bicarakan. Keduanya duduk di hadapan Yoongi di dalam mobil van, jadi Yoongi dapat melihat dengan jelas bagaimana pandangan mata Taehyung hanya tertuju pada Jungkook.
Yoongi lelah, ia lelah berpura-pura tidak mengetahui apa-apa. Ia lelah berpura-pura seperti orang bodoh.
Yoongi mengeluarkan ponsel beserta earphonenya. Ia sudah tidak kuat mendengar suara tawa keras Taehyung. Yoongi segera menyumpal kedua telinganya, tetapi baru saja ia menyalakan ponselnya, ada sebuah tangan yang menarik lembut kepalanya. Menempelkan kepala Yoongi di bahu itu lalu melingkarkan tangannya di bahu kecil Yoongi.
Yoongi menghela nafasnya, ia menyamankan dirinya di pelukan hangat itu. Lalu setelah itu ia menutup matanya untuk sekedar mencegah air matanya agar tidak keluar melalui mata sayunya.
Yoongi lalu membuka matanya saat dirasanya tangan orang itu mengelus lembut lengannya. Matanya kembali di suguhkan pemandangan yang membuat hatinya seperti teriris.
"Hoseok," Yoongi berucap pelan dan lemah. Yang dipanggil hanya bergumam. Yoongi menatap Hoseok lalu tersenyum.
"terima kasih.." Hoseok tersenyum juga lalu mengangguk. Tangannya mulai naik untuk mengelus rambut Yoongi.
Hoseok tahu keadaan Yoongi sekarang. Hoseok tahu semuanya. Dan Yoongi tahu jika Hoseok mengetahui perasaannya sekarang. Mungkin terlalu terbaca dari mata Yoongi. Jadi untuk beberapa hari itu, Hoseok-lah sandaran Yoongi.
.
.
"Yoongi-hyung! Tolong aku!"
Yoongi yang sedang menonton televisi di kagetkan oleh kedatangan Jimin. Jimin langsung mendudukan dirinya di samping Yoongi lalu tanpa perintah langsung memeluk Yoongi layaknya sebuah boneka beruang.
"u-ugh, Jimin? Lepaskan, aku ti-tdak bisa bernafas.." Yoongi memukul pelan lengan Jimin yang berada di pinggangnya. Pelukan Jimin benar-benar erat.
"ah! Maafkan aku, Yoongi-hyung. Apa aku menyakitimu?" Jimin bertanya dengan nada khawatir dan wajahnya terlihat lucu saat ia panik.
"tentu saja, kau bisa membuatku mati tahu." Yoongi mendengus lalu memfokuskan matanya lagi pada acara di televisi yang sebenarnya tidak menarik.
"sebenarnya ada apa?" Yoongi penasaran juga akhirnya. Setelah mendengar pertanyaan Yoongi, Jimin langsung menepukkan kedua tangannya bersamaan.
"Tae dan Jungkook menyuruhku keluar dari kamar. Padahal aku sedang tidur tadi. Ugh.. Menyebalkan."
Yoongi menatap Jimin dengan cepat, alisnya bertaut. "maksudmu?" tanyanya.
Jimin menatap Yoongi bingung, tetapi ia membalasnya. "tadi aku sedang tidur, lalu Jungkook datang bersama Taehyung dan menyuruhku untuk keluar dari kamar. Entah apa yang mereka lakukan." suara Jimin memelan seiring berakhir perkataannya. Jimin lalu menatap Yoongi.
"tunggu dulu, kau sedang bertengkar dengan Taehyung, ya?!" Jimin membesarkan mata dan juga suaranya.
Yoongi memutarkan bola matanya. "jangan bicara bodoh, kami tidak bertengkar." lalu tangan Yoongi mengambil remote untuk mengganti chanel.
Yoongi dapat mendengar Jimin menghela nafas lega. "baguslah, kukira ada apa-apa."
Kau tidak tahu, Jimin.
"aku lapar," Jimin mengelus perutnya. "apa Jin-hyung memasak sesuatu?" lalu bertanya antusias.
Yoongi mendelik ke arah Jimin. "masak sendiri sana. Seokjin-hyung sedang berbelanja." Yoongi dapat melihat Jimin mengerucutkan bibirnya. Tetapi bocah itu berdiri juga dari duduknya, berjalan gontai menuju dapur.
Setelah kepergian Jimin, Yoongi terdiam. Televisinya ia matikan, dan Yoongi berselancar di lamunannya. Perkataan Jimin, Yoongi tidak tahu lagi harus bagaimana.
Kenapa kau tidak mengakhirinya, hyung?
Ia ingat Hoseok bertanya seperti itu padanya suatu waktu. Dan Yoongi berkata tidak. Ia ingin agar Taehyung yang mengakhirinya, ia ingin Taehyung memikirkan dengan baik apa yang sebenarnya ia inginkan. Jika Taehyung memilih untuk berpisah, Yoongi dapat menerimanya.
Yoongi hanya berharap Taehyung dapat memilih dengan tepat.
Yoongi tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara kenop pintu yang diputar beserta suara tawa keras. Tawa Taehyung dan Jungkook.
Yoongi buru-buru menyalakan televisi lagi. Berpura-pura menonton, menyibukkan dirinya sendiri. Tetapi kegiatan mari-menyibukkan-diri-nya harus terganggu ketika Jungkook duduk di sebelahnya. Taehyung pergi ke dapur, mungkin.
"Yoongi-hyung~" Jungkook menyengir di samping Yoongi. Dan Yoongi mau tidak mau menoleh ke arah Jungkook.
"ada apa?" Yoongi tidak membenci Jungkook, sungguh. Hanya saja, setiap saat ia melihat Jungkook ㅡditambah dengan senyuman gigi kelincinyaㅡ Yoongi merasa sangat cemburu.
Oh ayolah, siapa yang tidak menyukai orang ini? Jungkook itu manis, muda, dan lucu. Ditambah giginya yang berbentuk kelinci jika sedang tersenyum. Siapa yang akan membenci anak ini? Tidak ada.
Jungkook terkekeh. "hari ini aku boleh tidur di kamar Tae-hyung?" pertanyaan Jungkook membuat hati Yoongi tertohok.
Jungkook yang melihat perubahan wajah Yoongi, mulai bicara lagi. "aku sudah berjanji dengan Tae-hyung, kami hanya ingin bermain saja."
Yoongi terdiam beberapa detik lalu mengangguk. "baiklah." dan dengan perkataan yang singkat itu, Yoongi pergi meninggalkan Jungkook yang memekik riang.
.
.
.
.
Yoongi terbangun di dalam pelukan hangat seseorang. Pelukan itu membuat Yoongi lebih nyaman dan tiba-tiba ia mengantuk lagi. Tetapi di pikirannya ia mengira siapa yang memeluknya sekarang?
Ia juga dapat merasakan tangan orang itu mengeratkan pelukannya di pinggang Yoongi. Dagunya bertumpu pada kepala Yoongi, jadi Yoongi dapat merasakan nafas orang itu menerpa belakang lehernya.
Yoongi perlahan membuka matanya. Dalam hati ia sangat berharap jika orang itu adalah Taehyung. Tapi tidak mungkin. Taehyung pasti tidak akan meninggalkan Jungkook hanya untuk memeluknya dan tertidur.
Ketika matanya sudah terbuka lebar, hal pertama yang ia lihat adalah dada bidang orang itu. Yoongi mendongakkan kepalanya lalu setelah mengetahui siapa yang memeluknya, Yoongi tersenyum simpul.
Hoseok. Siapa lagi.
Kedua tangan Yoongi yang berada di depan dada Hoseok mulai meremas bajunya. Yoongi pikir, ia telah merepotkan Hoseok. Semalam Yoongi tiba-tiba menangis di meja makan, sendirian. Dan tepat saat itu Hoseok datang. Tidak, Hoseok memang selalu ada di saat Yoongi seperti itu.
Jadi intinya, malam itu Yoongi menangis di pelukan Hoseok. Tapi ia tidak ingat jika ia pindah ke kamar Hoseok dan tidur, di ranjang yang sama. Ah, mungkin Yoongi tertidur karena lelah sehabis menangis.
"eung, Yoongi-hyung? Kau sudah bangun?"
Yoongi tersentak dari lamunannya. Ia melihat Hoseok mengusap matanya sambil menguap. Yoongi terkekeh lalu mendudukkan dirinya di sisi ranjang.
"apa kau lapar, hyung? Aku akan membuatkan makanan untukmu." Hoseok ikut mendudukkan dirinya di samping Yoongi. Lelaki manis itu menggelengkan kepalanya.
"aku tidak lapar," Yoongi menjeda sebentar, lalu ia mengalihkan pandangannya pada Hoseok.
"maafkan aku.. Telah merepotkanmu, Hoseok-ah."
Hoseok terdiam sebentar, lalu ia tersenyum dan mengangguk. Tangannya naik ke atas untuk mengelus rambut Yoongi. "tidak apa-apa. Kau tahu bukan, kau bisa bersandar padaku kapan saja? Jadi jangan pernah meminta maaf untuk hal itu, hyung."
Hati Yoongi terasa terenyuh mendengar penuturan Hoseok. Setidaknya ada seseorang yang masih setia berada di sampingnya. Yoongi tersenyum, lalu tanpa perintah ia memeluk Hoseok dengan erat.
"terima kasih.. Sungguh, terima kasih."
.
.
Yoongi berjalan keluar dari kamar Hoseok dengan sedikit gontai. Ia menguap beberapa kali. Sebenarnya ia masih mengantuk, tapi Hoseok sudah melarangnya untuk meniduri ranjangnya lagi. Jadi Yoongi berniat untuk kembali tidur di atas sofa.
Tapi niatnya ia urung ketika melihat Jungkook di dapur. Yoongi menautkan keningnya melihat pemuda itu sedang sibuk mencari sesuatu di kotak obat. Dan wajahnya, sepertinya ia sedang menahan sakit. Yoongi sedikit khawatir, jadi ia dengan perlahan menghampiri Jungkook.
"apa yang kau cari?" Jungkook langsung membalikkan tubuhnya menghadap Yoongi dengan pergerakan yang cepat. Lalu setelah itu ia kembali meringis.
"ah, aku sedang mencari pain killer, hyung." Jungkook menggaruk belakang lehernya dengan canggung. Matanya juga tidak menatap Yoongi.
Yoongi mulai curiga, ia semakin mendekati Jungkook. "pain killer? Kau tahu 'kan kami tidak mempunyainya di drom." Jungkook terdiam sebentar lalu ia mengangguk.
Tanpa berkata Jungkook berjalan meninggalkan Yoongi sendirian di dapur. Mata Yoongi tidak bisa lepas dari gerak-gerik Jungkook. Pemuda itu berjalan sedikit terpincang, dan Yoongi dapat mendengar ringisan yang keluar dari mulutnya.
Nafas Yoongi tercekat. Dirinya langsung berlari menuju kamarnya dan Taehyung. Yoongi dengan tergesa membuka pintunya dan mendapati Taehyung yang baru saja ingin keluar dari kamarnya. Yoongi langsung menutup pintu kamarnya. Taehyung sendiri hanya menatapnya bingung.
"hyung? Ada apㅡ"
"apa yang kau lakukan pada Jungkook kemarin malam?"
Yoongi menatap Taehyung yang terkaget. Nafas Yoongi masih terputus-putus. Melihat Taehyung yang masih terdiam membuat Yoongi menggigit bibir bawahnya. Sungguh, Yoongi takut perasaan buruknya malah menjadi kenyataan.
"Taehyung, jawab aku." suara Yoongi terdengar tegas. Dalam hatinya Yoongi berdoa.
Taehyung menundukkan kepalanya. Ia mengusak rambutnya kasar. "maㅡmaafkan aku, hyung.. Aku lepas kendali.."
PLAK
Taehyung mengangkat kepalanya setelah mendapat tamparan telak di pipi kanannya. Matanya lalu membulat melihat Yoongi dengan mata yang berkaca-kaca, bibirnya bergetar. Taehyung segera menangkup kedua pipi Yoongi tapi Yoongi menepisnya dengan kasar. Air matanya mulai turun.
"hyuㅡ"
"cukup, Taehyung. Aku mengerti sekarang." Yoongi menghela nafasnya, menghapus air matanya dengan kasar. Yoongi lalu menatap Taehyung, tatapannya terlihat sangat kecewa.
"kita akhiri saja sampai di sini. Aku tahu kau sudah tidak menyayangiku lagi seperti dulu. Kau menyukai Jungkook, aku tahu itu. Aku sudah lelah kalau kau mau tahu. Aku lelah berpura-pura tidak mengetahui apa-apa. Aku lelah berpura-pura bodoh," Yoongi menahan air matanya agar tidak menetes lagi.
"aku hanya terlalu mencintaimu. Tapi aku tidak mungkin tetap mempertahankan hubungan ini, Taehyung. Aku akan membiarkanmu bersama Jungkook, karena akuㅡ"
Runtuh sudah pertahanan Yoongi. Ia terisak dalam tangisnya. Menutup wajah memalukannya dengan kedua telapak tangannya. Sedangkan Taehyung masih membeku di tempatnya. Hatinya terasa sakit melihat Yoongi yang terisak seperti itu, terlebih itu karenanya.
"hyung.. Maafkan aku." Taehyung memegang kedua bahu Yoongi, meremasnya dengan lembut.
Yoongi menggeleng lalu menyingkirkan kedua telapak tangannya dari wajahnya. "tidak apa-apa. Dan maafkan aku juga karena telah menamparmu." Yoongi melepaskan tangan Taehyung dari bahunya.
Yoongi tersenyum tipis. Wajahnya terlihat sangat kacau sekarang. Tapi sepertinya Yoongi tidak memperdulikan wajahnya dulu. Yoongi menggenggam tangan Taehyung. Mungkin ini akan menjadi yang terakhir kalinya ia menggenggam tangan Taehyung.
Yoongi juga memberikan senyuman terkahirnya untuk Taehyung. "semoga kau bahagia." lalu setelah itu langsung berbalik dan keluar dari kamar meninggalkan Taehyung di sana.
Yoongi berjalan keluar dari drom tanpa memperdulikan tatapan bingung dari Seokjin, Jimin dan Namjoon yang sedang berada di ruang tengah. Hoseok yang baru keluar dari kamar mandi, melihat Yoongi yang keluar dari drom dengan tergesa. Dan Hoseok bersumpah ia melihat air mata mengalir di pipinya.
"sial!"
Tanpa pikir panjang, Hoseok langsung berlari keluar drom untuk menyusul Yoongi. Menambah kebingungan tiga orang yang sedang bersantai di sana.
.
.
.
.
Hoseok menghela nafasnya lega saat menemukan Yoongi berada di studionya. Yoongi terduduk di sofa dengan menekuk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana. Hoseok mendekati Yoongi dengan perlahan, dan saat ia mendengar isakan Yoongi, Hoseok memeluknya.
Yoongi sepertinya sedikit terkejut. Tetapi setelah mendongak untuk melihat pelakunya, air matanya semakin keluar dengan deras.
"Hoseok?" Yoongi bertanya dengan suara bergetar. Tangannya meremas lengan Hoseok yang melingkar di lehernya.
"iya ini aku, hyung. Menangislah, keluarkan semuanya."
Dan dengan perkataan Hoseok, membawa Yoongi pada puncak tangisnya. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Hoseok, menyembunyikan kepalanya di dada Hoseok. Bahunya bergetar dan Hoseok dapat merasakan kausnya basah oleh air mata Yoongi. Tapi Hoseok tidak memperdulikannya, ia mengelus rambut Yoongi dan dengan reflek mengecup pelipis Yoongi.
Hoseok tahu apa yang terjadi malam itu. Saat itu ia tengah menggendong Yoongi yang tertidur di pelukannya. Saat itu juga Hoseok melewati kamar Taehyung, dan saat itu juga Hoseok mendengar suara-suara itu. Matanya membulat tidak percaya, ia menatap Yoongi yang tertidur di gendongnya. Kening Yoongi mengerut dan Hoseok takut jika ia membangunkannya. Maka dari itu ia segera membawa Yoongi ke kamarnya. Memeluk Yoongi dengan erat dan menutup telinganya. Ia hanya takut Yoongi terbangun saat itu.
Tapi pagi itu Yoongi sudah mengetahui segalanya. Dan entah kenapa Hoseok merasa ingin membunuh Taehyung sekarang.
Setelah beberapa menit dengan tangisannya, Yoongi akhirnya mengangkat kepalanya. Ia dengan lembut mendorong bahu Hoseok untuk melepaskan pelukannya. Kepalanya masih tertunduk, lalu menghapus kasar sisa air matanya.
"Yoongiㅡ"
"aku sudah mengakhirinya."
Hoseok menghela nafasnya. Dia tidak kaget. Yoongi memang sudah seharusnya mengakhiri hubungannya dengan pemuda tidak tahu diri itu. Dan entah kenapa di dalam hatinya ia merasa senang.
Mungkin karena Hoseok tidak akan melihat Yoongi tersakiti lagi hatinya. Ia senang.
Yoongi mengangkat kepalanya. Ia menatap Hoseok dengan mata sayu sembabnya. Tangannya meremas ujung kausnya.
"kenapa Taehyung melakukan itu, Hoseok-ah? Apa aku ini membosankan? Apa aku ini seseorang yang buruk? Kenapa Taehyung melalukan ituㅡugh.." Yoongi menunduk lagi, matanya memanas lagi.
Hoseok segera menangkup kedua pipi Yoongi. Menghapus air mata Yoongi yang masih saja turun. Tapi hal itu entah kenapa malah membuat Yoongi semakin tersedu.
Hoseok mulai jengah juga melihatnya. "Yoongi-hyung," ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah Yoongi. Dan entah keberanian dari mana, Hoseok mencium air mata yang turun melewati pipi itu. Mencium juga kedua mata Yoongi yang terpejam dengan bibir berisi itu.
Hoseok menyatukan kening mereka. Menatap Yoongi yang baru saja membuka matanya.
"kumohon, berhentilah menangis."
Mata Yoongi melebar. Jantungnya berdetak dengan tidak stabil saat bibir itu bertemu dengan bibir tipisnya.
Hoseok menutup matanya. Ia memiringkan kepalanya untuk lebih dalam mencium bibir manis Yoongi. Hoseok pun bingung, kenapa ia sangat berani mencium Yoongi seperti ini. Tapi pemikirannya hilang ketika ia melumat bibir tipis itu, rasanya sangat manis.
Yoongi sendiri masih mematung. Ia tidak mendorong Hoseok ataupun membalasnya. Yoongi hanya terlalu bingung ingin melakukan apa dan bagaimana. Inginya ia segera mendorong Hoseok yang semakin lama semakin dalam melumat bibirnya. Tetapi tubuhnya seperti sulit untuk digerakan entah kenapa.
BRAK
"Hoseok-hyung!"
Yoongi semakin membulatkan matanya ketika melihat Taehyung memasuki studio dengan membanting pintu dan langsung menarik kerah kemeja yang Hoseok kenakan dengan kasar. Membuat ciuman mereka terlepas dengan paksa.
Dan Yoongi memekik ketika melihat Taehyung melayangkan sebuah tinjuan ke pipi kiri Hoseok.
"sialan!" Taehyung meninju pipi Hoseok bertubi-tubi. Tanpa memperdulikan Yoongi yang sudah menarik-narik lengan Taehyung untuk segera menjauh dari Hoseok.
"Taehyung berhenti! Kau melukainya!" Yoongi melirik Hoseok yang terkapar di lantai studio. Di kedua sudut bibirnya mengeluarkan darah karena Taehyung yang memukuli kedua pipinya tanpa ampun, bahkan Hoseok tidak membalas.
Tepat saat Taehyung ingin meninju Hoseok lagi, lengannya lebih dulu di tahan oleh Hoseok sendiri. Taehyung juga menghentikan pergerakannya, nafasnya memburu. Ia melihat Hoseok berdiri dan menatap Taehyung tajam.
"kau tau, seharusnya kaulah yang di tinju saat ini." Hoseok berucap dingin, ia menghempaskan lengan Taehyung yang sebelumnya masih di genggam.
"kau melakukan sesuatu yang sangat menjijikkan di saat kau masih bersama Yoongi." Hoseok menekan kata 'masih' dengan keras.
"Dan sekarang kau memukuliku, apa alasannya?" Hoseok sedikit melirik Yoongi yang sekarang mulai menundukkan kepalanya.
Taehyung terdiam di tempatnya. Ia memikirkan perkatan Hoseok. Benar juga, Yoongi sudah mengakhiri hubungannya, ia sudah menyakiti Yoongi. Tetapi Taehyung masih sangat mencintai Yoongi. Ia sangat yakin itu.
Taehyung menatap Hoseok tajam. "aku masih mencintainya."
"setelah apa yang kau lakukan, kau berani berkata begitu?!" Hoseok mulai meninggikan suaranya. Tangannya mengepal.
"brengsek!" dan tinjuan keras mendarat di pipi kanan Taehyung. Membuat Taehyung terjatuh di lantai.
Hoseok sangat ingin meninju Taehyung lagi, tapi Yoongi tiba-tiba datang menghampirinya dan segera menggam tangannya. Yoongi menatap Taehyung dengan tatapan kecewa, sedangkan Taehyung yang mendapat tatapan itu merasa sangat menyesal.
"Yoongi-hyung, akuㅡ"
"aku ingin pulang." Yoongi segera mengalihkan pandangannya. Ia tidak mau terlalu lama menatap mata Taehyung. Bisa-bisa Yoongi terjatuh lagi.
Helaan nafas berat terdengar dari Hoseok. Ia segera membalas genggaman tangan Yoongi lalu segera menariknya keluar dari studio tanpa berkata apa pun. Meninggalkan Taehyung sendirian bersama penyesalan di hatinya.
.
.
.
.
Yoongi mendudukkan dirinya di samping Hoseok yang duduk di sisi ranjang kamarnya. Di tangannya ada sebuah kapas dan alkohol. Yoongi menekan kapas yang terlapisi alkohol itu dengan sangat hati-hati di sudut bibir Hoseok. Wajahnya terlihat sangat kacau, banyak lembam di wajah tampannya.
Yoongi sejenak melirik Hoseok yang ternyata sedari tadi menatapnya. Yoongi langsung mengalihkan tatapannya. Ia jadi teringat kejadian di studio tadi, di saat Hoseok mencium bibirnya dan itu berhasil membuat kedua pipinya memanas.
Kenapa Hoseok menciumnya? Apa dia melakukan itu untuk menenangkan Yoongi? Tapi, jika memang benar, kenapa harus menciumnya? Apa dia sadar dengan yang ia lakukan itu?
"ㅡ hyung? Kau mendengarkanku?"
"uh? Ya?"
Hoseok tersenyum melihat reaksi Yoongi. Tangannya lalu mengacak rambut Yoongi dengan gemas. Ia juga dapat melihat semburat merah di kedua pipinya.
"kau mendengarkanku, hyung?" Hoseok mengulang pertanyaannya. Yoongi menggeleng.
"aku minta maaf atas kejadian di studio tadi, hyungㅡ ehm, kau tahu.." lidah Hoseok jadi terasa kelu saat ingin mengatakannya.
"aku tahu." Yoongi membalasnya dengan cepat. Kenapa suasananya jadi canggung begini. Yoongi tidak menyukainya.
Hoseok menatap Yoongi dalam. Menangkup sebelah pipi Yoongi agar Yoongi menatap ke arahnya. Hoseok tersenyum lembut walau pun terasa perih di kedua sudutnya.
"tapi aku memikirkannya, hyung." Hoseok mulai mendekatkan wajahnya, tetap menatap Yoongi.
"a-apa?" Yoongi memundurkan kepalanya, tapi sekarang Hoseok menggunakan kedua tangannya untuk menahan kepala Yoongi agar tetap menatapnya.
Hoseok memiringkan kepalanya, wajahnya semakin mendekat.
Hoseok berucap dengan suara rendah. "aku bisa membuatmu bahagia. Apa kau mau bersamaku, hyung?"
Dan tanpa Yoongi duga Hoseok kembali mempertemukan kedua bibir mereka.
To Be Continue
Hiyaaaa~ maafin aku semuaaa. Give Me Love belum dilanjut tapi udh berani bikin ff baru. chapter pula ;-;
abisnya aku ga tahan mau bikin taegi tapi pake taehyungnya yang nyebelin #apaan?
iya gitu ._.
yang pasti ini dilanjut nanti pas GML udah lanjut chapter juga. dahulukan yang lebih tua/?
udah ah gitu aja aku tunggu review kalian ya para penyemangatku :* #muntah
With Love,
WithYoongi
muaah~
