WHEN THE TRUST SAYS THE TRUTH
Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto
Cerita ini hanya untuk hiburan semata. Tidak ada keuntungan komersial yang kami dapat dari membuat cerita ini.
Genre : romance, friendship, hurt/comfort, School-life drama
Rated : T
Here you go! Enjoy!
Tahun ajaran baru telah tiba. Sekerumunan remaja sedang berdiri di depan papan pengumuman Konoha High School, ada yang menangis, ada yang bingung, ada juga yang tertawa girang sambil berpelukan.
"Haruno … Haruno … Haruno…," gumam seorang gadis yang bisa dibilang cukup unik dengan rambut panjang sepinggangnya yang berwarna seperti bubble gum.
"Ah, ADA, ADA! Shimura … Shimura … Shimura…," gumamnya lagi setelah dia menemukan marganya.
"ADAAA!" teriak gadis itu dengan girang, dengan cekatan dia berbalik arah dan memeluk seseorang yang berada tepat di belakangnya,"Kita berhasil loloooos, Sai!"
"Hahaha, tentu saja berhasil, kau kan jenius," ucap laki-laki bernama Sai yang membalas pelukannya.
"Kau juga nggak kalah, kok, jeniusnya."
"Ayo kita kembali, ibuku sudah menyiapkan pesta kecil-kecilan untuk kita, Sakura."
"Okeee!"
Yak! Walaupun mereka menunjukkan kedekatan yang di luar batas, nyatanya, mereka bukanlah sepasang kekasih—kedua orang itu adalah sahabat dari sejak mereka bisa berjalan.
Haruno Sakura dan Shimura Sai.
Mereka membuat teman-temannya saat SMP iri melihat kedekatan mereka, bahkan pacar-pacar Sai selalu menyuruh Sai menjaga jarak pada Sakura karena mereka cemburu. Dan jelas saja, semua berakhir dengan putusnya hubungan Sai dengan para perempuan tersebut. Sai tidak akan pernah menuruti permintaan pacarnya dulu untuk menjauhi Sakura karena bagi Sai, Sakura sudah seperti adiknya sendiri.
"Ah, adaa! Namamu juga ada di sini, Sasuke!" seru gadis berambut pirang pada pemuda di sampingnya.
"Hn," jawab pemuda itu tapi pemuda itu tanpa fokus pada gadis disampingnya. Entah apa yang menarik perhatiannya, yang jelas, pemuda itu tampak sedang memusatkan atensinya pada sesuatu.
"Kau lihat apa, Sasuke?"
"Hn? Bukan apa-apa, sudah selesai?"
"Ih! Kau ini dingin sekali, sih? Kalau begitu terus nanti tidak akan pernah dapat pacar, loh?"
"Berisik! Sudahlah! Ayo kita pergi. Di sini ramai sekali."
"Iya, iyaa … eh kau tahu tidak, dari tadi kau dilihatin terus, loh, oleh cewek-cewek disini," goda wanita yang bernama Ino tersebut.
"Tidak peduli."
"Hehehehe, pasti aku yang bakalan susah nih," gumam Ino.
"Susah kenapa?" Pemuda bermata onyx itu mengangkat sebelah alisnya, bingung akan pernyataan sahabat dari SMP-nya itu.
"Menolongmu dari kejaran wanita menyeramkan, sama seperti saat kita SMP dulu."
"Oh, yaah … mohon bantuanmu lagi nanti."
Sang gadis tertawa kecil saat melihat ekspresi sahabatnya itu sudah sedikit kusut karena membayangkan kejaran para wanita menyeramkan nanti.
.
.WTTSTT.
.
Teng! Teng! Teng! Teng!
Drap! Drap! Drap!
Langkah seseorang yang berlari di koridor sekolah akibat mendengar bel sudah berbunyi terdengar begitu menggema. Orang itu lari secepatnya ke lantai 3, dan begitu sampai didepan kelasnya.
Sreeeg!
" 7.55. Selamat! Sensei belum datang, Sakura."
"Sai … hosh … hosh … hosh … kenapa kamu tega meninggalkanku?" ucap Sakura sambil mengatur napasnya.
"Aku sudah memperingatkanmu tadi malam, kita berada di kelas yang sama, dan masuk jam 8. Aku sudah membangunkanmu tadi pagi, tapi kamu bilang 5 menit lagi sebanyak 7 kali," ucap Sai sambil menghampiri sahabatnya itu dan membantu membawakan tasnya, tentu saja hal itu menjadi bahan omongan satu kelas.
"Mereka pacaran?"
"Tidak tahu, tapi sepertinya akrab sekali."
"Tidak mungkin, ah."
"Laki-laki itu tampan sekali!"
Tanpa mendengarkan ucapan-ucapan yang mulai menambah bising suasana kelas, Sakura tetap menempel pada Sai.
"Apa aku yang paling terakhir?" tanya Sakura pada Sai, saat mereka sudah berada di kursi masing-masing.
"Ehm, itu…."
Sreeeeg!
"Ah … hah … hah … hah … Sa … Suke, ini semua gara-gara kau!"
"Hah … hah … hah … kau yang lelet, ngapain, sih, pake dandan segala!"
"Ah-ku … menata rambutkuh …dulu!"
Kedua orang itu bergumam sambil berjalan ke bangku mereka masing-masing, dan tentu saja itu juga jadi bahan pandangan orang-orang di kelas, termasuk Sakura dan Sai.
Saat sedang mengatur napasnya, Sasuke melirik ke satu sudut. Di sanalah ia melihat objek—tepatnya subjek—yang pernah dia lihat sebelumnya
"Dia …?"
"Waaahh, kita satu kelas dengan Uchiha, senangnyaaa!"
"Iyaa! Yamanaka juga ada di sini, mereka keren, yah, serasi banget!"
"Aku satu SMP, loh, dengan mereka, tapi tidak terlalu kenal. Mereka di SMP sangat kompak, tidak ada yang berani mendekati Yamanaka, juga tidak ada yang berani mendekati Uchiha."
"Eh, Haruno juga di sini? Aku satu SMP dengannya dulu, dia sangat jenius, semua pelajaran dia kuasai … ehm, kecuali olahraga."
"Oh, ya? Kalau aku sih lebih suka Yamanaka, walaupun dia di pelajaran sedikit kurang, tapi dia menguasai semua jenis olahraga!"
Obrolan demi obrolan tercipta. Ada beberapa murid yang menghampiri Sakura, berkenalan dan mengobrol bersama Sai juga. Ada juga yang menghampiri Ino dengan segan, namun karena Ino sangat ramah, dari yang tadinya segan sekarang bisa menjadi begitu akrab.
"Aku … mengagumi-mu Yamanaka-san," ucap seorang siswi.
"Aahh, biasa saja, semua orang pada dasarnya sama, kok," ucap Ino sambil tersenyum.
"Ehm, Haruno, nanti kalau ada yang tidak kumengerti tolong ajari aku, yah?" ujar seorang siswi berkaca mata.
"Dengan senang hati," jawab Sakura dengan sebuah senyuman lembut.
Saat itulah, Ino menyadari sesuatu yang aneh dari sahabatnya, Sasuke. Dari tadi, ah tidak, dari kemarin, Ino menangkap bahwa Sasuke terus memandangi sosok berambut pink itu. Tidak mungkin kalau Ino tidak mempunyai perasaan khusus pada Sasuke. Maksudnya, siapa, sih, yang tidak akan jatuh hati pada pemuda tampan satu itu? Tapi Ino tahu, Sasuke hanya menganggapnya sebagai sahabatnya saja, tidak lebih.
"Hayoo~ sedang memerhatikan siapa?" ledek Ino.
"Hn? Bukan siapa-siapa."
"Kau tidak bisa menipuku, Tuan Uchiha," sindir Ino.
"…."
"Selamat pagi, Anak-anak!"
Sayang beribu sayang, saat Ino akan meledek lagi, guru pun datang dengan tidak tepat waktu.
.
.WTTSTT.
.
"Permisiii, permisiiiii," gumam Sakura di kantin yang penuh sesak oleh murid.
"Maaf, permisi sebentaaar."
Saat sudah berada di depan kasir, Sakura pun melihat roti strawberry yang tinggal satu. Secepat yang ia bisa, ia pun langsung menyambar roti itu. Tapi ternyata, dia bukanlah satu-satunya yang melihatnya, ada tangan yang lain yang menggapai roti tersebut.
"Ah!" ucap keduanya.
"Maaf. Ah, yah … ng … kau duluan saja," ucap Sakura sambil mengangkat tangannya.
"Tidak, sepertinya kau lebih menginginkannya," balas orang yang ternyata adalah Ino.
Sekejap, Sakura terperangah. Tapi kemudian, ia pun menyunggingkan senyumnya.
"Kalau begitu kita beli patungan dan kita bagi dua rotinya, bagaimana?" usul Sakura.
"Cemerlang!"
Setelah membayar roti tersebut dan membeli minuman, Sakura dan Ino pun berkenalan sembari berjalan menuju kelasnya.
"Namaku Haruno Sakura. Yoroshiku ne?"
Membalas perkenalan Sakura, Ino pun menjawab, "Aku Yamanaka Ino, panggil aku Ino saja. Yoroshiku na!"
"Eh? Bolehkah?"
"Iya jangan sungkan, hehehe. Ngomong-ngomong, sepertinya kau populer sekali, ya? Hampir semua anak di kelas mengenalmu," ujar Ino tanpa bermaksud jelek sedikit pun.
"Masa? Tidak sepopuler dirimu, ah," jawab Sakura.
"Hahaha. Aku? Biasa saja, deh, rasanya?" Belum sempat Sakura memnjawab ucapan Ino, gadis berambut pirang itu langsung menyelanya, "Oh, iya! Ayo kukenalkan pada seseorang." Ino menarik lengan Sakura ketika mereka sudah berada di depan kelas. Kedua gadis sebaya itu pun langsung menuju tempat duduk Sasuke. Dan terlihat di situ Sasuke sedang menundukkan kepalanya di meja, "Sasuke!"
Sasuke mengangkat kepalanya dan sedikit terkejut karena tiba-tiba di hadapannya ada … si pinky?
"Ini namanya Sakura, ayo kenalkan!" ucap Ino.
"Ah—hn … Uchiha Sasuke," ucap Sasuke singkat lalu menundukkan kepalanya lagi tanpa berjabat tangan. Sakura yang melihat perlakuannya sedikit risih dan sebal. Menurut Sakura, sangat tidak sopan memperkenalkan diri tapi tidak menjulurkan tangan malah kembali tidur!
Akhirnya Sakura melakukan suatu tindakan yang membuat Ino terbelalak tidak percaya.
"Kalau sedang berkenalan angkat wajahmu dan genggam tangan orang yang akan berkenalan denganmu!" ucap Sakura mengangkat kepala Sasuke dan meraih tangannya.
Ino terdiam.
Bahkan Sasuke pun terdiam.
"Nah, begitu." Senyum Sakura yang terlihat senang membuat Sasuke langsung mengalihkan wajahnya yang sedikit memerah. Hampir tidak ada yang tahu bahwa Sasuke sedang malu, kecuali Ino.
"Ah, aku juga akan memperkenalkan seseorang pada kalian," seru Sakura, "Saaaiii!" Sakura melambaikan tangannya pada Sai sampai laki-laki itu menghampirinya.
"Ino ini Sai, Sai ini Ino."
"Hai," sapa Sai.
"Hai," jawab Ino menggenggam tangan Sai.
"Dan ini Sasuke. Hei, Sasuke!" tegur Ino pada Sasuke yang kembali menempelkan kepalanya di meja.
Sasuke mengangkat kepalanya lagi, tapi kini ketika dia melihat sosok Sai, ekspresinya berubah, antara kaget dan tidak senang melihat pemuda itu.
"Ehm, Sai…," tegur Sakura pelan menandakan agar Sai menjulurkan tangannya.
"Salam kenal, Uchiha," ucap Sai menampilkan senyum palsunya.
Sasuke menjabat tangannya, tanpa berkata-kata.
Sesaat, keheningan yang sulit diartikan tampak menyelimuti mereka. Karena merasa suasana menjadi sedikit canggung, maka Sakura berinisiatif untuk kembali ke tempatnya bersama Sai setelah berpamitan seadanya pada Ino dan Sasuke.
"Sasuke, kenapa kau begitu, sih?" tegur Ino pelan.
"Hn, aku tidak suka dengannya."
"Hhh, kau ini … kalau dengan Sakura? Bagaimana?" Ino meledek sambil menyenggol-nyenggol sikut laki-laki bermata onyx itu.
"Ino berisik! Biarkan aku tidur sebentar sampai bel berbunyi!"
"Baiklah, Uchiha-sama!" cibir Ino sambil duduk di tempatnya. Tak lama, gadis itu sudah asyik kembali bersenda gurau dengan beberapa anak dari kelasnya.
Sementara itu, di tempat Sakura dan Sai….
"Sai, kenapa menunjukkan senyum seperti itu lagi?" tanya Sakura yang terdengar sedih.
"Aku hanya memasang tameng, Sakura. Kau tahu, kan, aku sudah berjanji pada orang itu, agar kejadian dulu tidak terulang lagi."
"Tapi bukan berarti semua laki-laki harus diwaspadai, kan?"
"Harus! Agar tidak terulang lagi makanya semua harus diwaspadai. Aku tidak mau melihatmu yang seperti dulu lagi."
"…." Sakura hanya terdiam mendengar pernyataan Sai. Dia sedikit melirik ke arah bangku dimana Sasuke sedang menutupi wajahnya memakai kedua lengannya. Setelah itu, obrolan mengenai hal yang tidak mengenakkan itu pun diakhiri dengan helaan napas yang panjang dari Sakura.
.
.WTTSTT.
.
"Tadaima!"
"Okaeri, Sasuke. Hari ini tousan dan kaasan tidak pulang lagi, katanya masih banyak urusan yang harus diurus," ucap seseorang yang berasal dari dapur.
"Jadi hari ini aku harus memasak masakanmu yang mengerikan itu lagi, heh, Itachi?"
"Permisi, maaf mengganggu."
"Oh, Ino? Bagus! Cepat kemari! Bantu aku menyiapkan makan malam!"
Ino dan Sasuke saling tukar pandang dan menggelengkan kepalanya.
Iya, iya! Sebentar! Geez! Untung aku datang."
Ino melangkahkan kakinya kearah dapur dan menemukan sosok Uchiha sulung sedang memakai celemek sambil memotong-motong tomat dengan cara yang amatir.
"Acak-acakan sekali, sih! Sini biar aku yang memasaknya!" ujar Ino sambil menyambar pisau yang dipakai si sulung itu. Begitu pisau berada di tangannya, dengan cekatan dan sangat profesional, Ino memotong tomat-tomat itu dengan rapi dan cepat.
"Wah, kau memang hebat Ino, benar-benar calon istri yang hebat! Sasuke sangat beruntung, hahaha."
"Ssssttt! Bodoh! Jangan keras-keras, bagaimana kalau tiba-tiba dia turun?" geram Ino.
"Loh? Jadi kamu belum menyatakannya?"
"Tidak, aku tidak mau mengatakannya! Nanti persahabatan kami bisa hancur," jawab Ino dengan suara yang sangat pelan.
"Ah, payah!"
"Biar, weee! Lagi pula…." Tiba-tiba Ino melamun dan teringat kembali saat mereka di kelas, bagaimana cara Sasuke yang terus-terusan memandang Sakura.
"Lagi pula apa?"
"Hm, tidak, bukan apa-apa. Ne, Itachi-nii, cepat cuci panci ini!"
.
.WTTSTT.
.
Suara musik bergemuruh keras dan orang-orang sedang berdansa dengan liarnya di sebuah club. Di tempat yang sama, terdapat perkumpulan wanita yang sedang menikmati minumannya di sofa yang berbentuk lingkaran.
"Hei, kau tahu tidak? Ternyata 'anak' yang kauceritakan itu masuk ke sekolah yang sama dengan kami," ucap perempuan yang mengenakan pakaian seksi.
"Ya, ya, aku tahu. Geez! Di sekolahku, sama sekali tidak menyenangkan! Haah! Padahal aku mau masuk sekolah yang sama dengan kalian," jawab perempuan yang di sebelahnya
"Yah, kami tidak satu kelas dengannya, sih … tapi, memang apa yang mau kaulakukan terhadapnya? Maksudku, kauingin kami melakukan apa terhadapnya?" tanya temannya itu dengan wajah yang sedikit bingung.
"Hmmm … tidak usah terburu-buru, aku akan menceritakannya pelan-pelan."
.
.WTTSTT.
.
Hari kembali pagi dan ini sudah seminggu sejak Sakura menjadi murid di Konoha High School. Dia berjalan sedikit pelan menuju gerbang sekolahnya, sambil menikmati cuaca yang musim semi yang hangat dengan angin semilir yang cukup sejuk. Mendadak saja, Sakura menemukan sosok yang sedang tidur di halaman belakang. Karena penasaran, dia pun menghampiri sosok itu. Mungkin orang normal tidak akan menghampirinya, tapi karena rasa ingin tahu Sakura itu luar biasa besarnya, maka sampailah Sakura pada sosok itu.
"Uchiha?"
Sosok yang sedang tidur dengan buku tertutup di wajahnya itu bergerak, membuka buku yang menghalangi wajahnya dan membuka matanya.
"Kau?"
"Haruno Sakura!" ucap Sakura mengingatkan.
"Aku tahu, maksudku, sedang apa di sini?"
"Kau sendiri? Sedang apa di sini?"
"Kau bisa lihat sendiri."
"…."
"…."
Sakura duduk di samping pemuda itu dan tentu saja membuat seorang Sasuke kaget. Kenapa gadis itu mau duduk di sampingnya?
"Aku mau di sini sebentar boleh, kan?" tanya Sakura.
"…." Sasuke terdiam dan kembali menutup wajahnya dengan bukunya itu.
"Uchi…."
"Sasuke juga boleh," potong Sasuke masih dengan wajahnya yang ditutupi buku.
Sakura sedikit terkejut dan tersenyum lembut pada akhirnya, "Sasuke … kenapa tidak bareng Ino?"
"Dia sedang menata rambutnya dan dandan, aku malas menunggunya."
"Hihihi, kau ini dingin sekali sih pada pacar sendiri," ujar Sakura.
"…."
Tidak ada sangkalan dari mulut Sasuke dan itu membuat Sakura sedikit … kecewa. Entah kenapa dia merasa kecewa dan entah kenapa dia berharap agar Sasuke menyangkal apa yang baru saja dia ucapkan. Sakura tidak mengerti.
"Ng … apa aku menggang…."
Belum selesai Sakura berujar, mendadak sebuah suara yang cukup keras mengalihkan perhatian Sakura.
"Sakuraa!" sapa seseorang sambil berlari.
"Inooo, ohayoou," sapa Sakura balik sambil berlari menuju Ino dan memeluknya. Tampaknya gadis itu sudah melupakan hal yang ingin ia ucapkan sebelumnya.
"Sakura, hari ini kan perkenalan club, kamu mau masuk club apa?" tanya Ino.
"Aku belum tahu, aku … tidak ahli dalam olahraga, aku juga tidak suka club yang berhubungan dengan lab, agak membosankan," jawab Sakura sambil memegang dagunya.
"Yaah, sayang sekali? Aku ingin mengajakmu masuk club cheerleaders," kata Ino sambil menggenggam kedua tangan gadis di hadapannya itu.
"Hah? Aku tidak bisa, hahaha. Bisa-bisa kalian terhambat olehku," tolak Sakura, "mungkin aku akan mendaftar sebagai manajer club basket saja, deh? Sai di sana, jadi aku bisa bersamanya."
"Oohh, tidak mau terpisahkan, yaah? Hehehe, mesra sekali," ejek Ino yang mengira kalau Sakura dan Sai adalah sepasang kekasih.
Saat mendengar Sakura akan mendaftar menjadi manajer club basket, Sasuke mengangkat sedikit bukunya dan memerhatikan kedua sosok wanita yang tengah berbincang-bincang di jarak 5 meter dari tempat dia berbaring itu.
"Ah! Sepertinya Sasuke juga akan masuk club basket, deh? Pas sekali! Kalau kau menjadi manajernya, aku bisa menitipkan Sasuke padamu. Dan kalau mereka sedang bertanding aku akan bersorak untuk Sasuke juga Sai, bagaimana?" ucap Ino bersemangat.
"Iya, benar! Ino kau jeniuuusss!"
"Ahahahaa, hanya ide yang terlintas begitu saja, kok! Ayo kita ke kelas!" Ino menggandeng tangan Sakura dan meninggalkan Sasuke sendiri.
.
.WTTSTT.
.
Saat istirahat tiba, Sasuke tidak ada di tempatnya. Saat itulah, mata Sakura terus mencari sosok sang Uchiha. Namun, apa mau dikata, Sakura tetap tidak dapat menemukannya.
"Siapa yang kaucari?" tanya Sai sambil menawarkan jus strawberry.
"Tidak, bukan siapa-siapa," jawab Sakura sembari mengambil jus dari Sai dan meminumnya.
Sai hanya mengangguk perlahan sebelum ia berkata lagi, "Ngomong-ngomong, tadi malam dia meneleponku, terus-terusan menanyakan kabarmu."
"Eh? Padahal dia kemarin meneleponku, kok! Kenapa dia harus menanyakan kabarku padamu juga, sih? Kakak yang aneh," ucap Sakura sambil sedikit tertawa.
"Hahaha! Kau tahu, kan, dia bagaimana? Dia takut kau berbohong tentang kabarmu, makanya dia bertanya padaku."
"Berlebihan!" ucap Sakura ketus dengan nada bercanda, "Aku keluar kelas sebentar."
"Mau ke mana?" tanya Sai.
"Pergi mencari udara segar."
Sai melihat sosok Sakura yang sudah keluar dari kelas, namun ada satu sosok lagi yang datang ketika Sakura pergi.
"Hai," sapa Sai dengan lembut.
"Oh? Hai, Shimura!"
"Panggil aku Sai saja, Ino."
"Baiklah, Sai. Ehm … kau tidak keluar? Makan? Atau berbuat sesuatu? Setidaknya tidak di kelas sendiri begini," tanya Ino sembari menghampiri Sai.
"Kau sendiri? Kenapa ke sini? Mau bertemu denganku, yah?" goda Sai usil.
"Huuu! Enak saja! Tadi itu aku pikir di kelas ramai, ternyata sepi begini. Teman-teman sekelas pada ke mana, sih?"
"Mereka pergi ke club mereka masing-masing, kurasa?" jawab Sai sambil memandangi Ino yang sedang melihat seisi kelas. Seketika itu juga, Ino pun menyadarinya kalau dirinya sedang dipandangi oleh Sai.
"Apa?" tanya Ino.
"Tidak, bukan apa-apa. Hanya saja, aku merasa kau sangat cantik."
Sedetik, Ino mempergunakan waktunya hanya untuk mengerjapkan matanya. Detik selanjutnya, ia pun tertawa. "Gombal!" sergah Ino masih dengan tawa yang tidak berlebihan—tampak memikat di mata Sai.
Dan setelah itu, percakapan ringan di antaran keduanya pun mulai membahana di kelas.
.
.WTTSTT.
.
Sakura melangkahkan kakinya menaiki tangga satu per satu. Dengan gerakan yang sedikit riang akhirnya dia membuka pintu yang akan mengantarkannya ke daerah atap sekolah. Dilangkahkan kakinya menuju pagar ujung dan menatap langit yang cerah kemudian ditutup matanya yang indah itu dan dirasakannya angin yang berembus pelan melewati rambutnya sehelai demi sehelai.
"Sejuuuuuukkk!" teriak Sakura.
"Berisik!"
Deg!
Sakura kaget, dia tahu benar siapa pemilik suara itu. Pelan, ia pun menoleh. Dan ketika itu juga, ia langsung mendapat kepastian akan dugaannya. Ternyata benar, Sasuke-lah yang sedang duduk diatas sambil …
"Kau merokok?"
"Hn. Kenapa memang?"
"Kau masih di bawah umur! Itu dilarang!" tegur Sakura.
Sasuke turun setelah mematikan rokoknya. Ia pun kemudian berjalan ke samping Sakura.
"Kenapa kau selalu menggangguku?"
"Eh?"
"Setiap aku mencari ketenangan, kenapa kau selalu datang menggangguku?" ucap Sasuke dengan nada dingin.
"A-aku tidak bermaksud … mana aku tahu kalau kau ada di sini? Lalu … kalau soal yang tadi pagi … karena kita teman, makanya aku menghampirimu," ucap Sakura dengan wajah yang sedikit memerah.
Sasuke menatap dalam-dalam ke arah gadis itu. Sakura yang sadar kalau dia sedang dipandangi oleh Sasuke langsung saja memalingkan wajahnya. Ternyata, di rambut Sakura terdapat serpihan abu rokok yang barusan Sasuke injak, mungkin karena abu itu terbawa angin.
"Rambutmu…," ucap Sasuke sambil membelai pelan rambut Sakura. Hal ini membuat Sakura sangat berdebar-debar dan wajahnya tambah memerah, "Ada abu rokok," lanjut Sasuke yang kemudian pergi meninggalkan Sakura.
Sakura terdiam sambil memegang dadanya, debaran yang tidak juga berhenti itu membuat Sakura takut, takut akan satu hal yang paling ingin dia hindari di dunia ini….
"Aku tidak mau…," gumam Sakura pelan sembari menggelengkan kepalanya.
.
.To Be Continued.
.
Okay~ this is it! Our new project! Hohoho!
High-school fic. Check. Pairing? Masih rahasia (hoho). Alur agak nyinet? Hemm ... bisa jadi. Ada antagonis? Pastinya. Tapi sejahat apa pun antagonis yang nanti kami buat, tidak ada niatan bashing di dalamnya.
Oh yah, sekalian, kami mengucapkan, selamat hari Natal bagi yang merayakaaan~
Last, we hope you all enjoy the story. Don't forget to give us feedback, ne?
Arigatou,
Devil Foxie.
