James Potter, qudditch, dan coklat panas
Disclaimer : HP from J.K Rowling and First Love from Nikki Costa
But story it's from myself
Happy reading v^_^v
Allessa POV
Mendung di pagi hari tak menghalangi mum membangunkanku dan peter—kakakku, dengan kelewat semangat. Aku tahu hari ini hari pertamaku ke Hogwarts. Tapi yang ku jengkelkan adalah mum membangunkanku tepat pukul 05.30. Oh.. ayolah mum…. Matahari saja belum mengeluarkan sinar nya sedikit pun.
Dengan perasaan enggan, aku memasukkan sisi sandwich tuna buatan mum. Kemudian kulirik Peter yang sudah bangun dan berpakaian. Namun wajahnya tak jauh beda denganku, muka jengkel dan mengantuk. Ini semua salahnya. Siapa suruh bergadang menonton film muggle koleksinya.
"Hogwarts Express berangkat pukul 10.30, mum. Tapi kenapa kita semua harus bangun pukul sepagi ini?" Tanya Peter setelah menghabiskan sarapannya.
"Apa salahnya bangun pagi-pagi di hari besar seperti ini." Jawab Mum riang diiringi gerutuan Peter yang tak sempat kudengarkan. Tak habis pikir bahwa dia adalah perfek. Mungkin Professor Mcgonagall setengah tidur saat memilihnya.
"Aku selesai!" kataku sambil bangkit dari kursi meja makan. Dan berjingkat keluar ruang makan saat mum berkata padaku.
" Kopermu masih belum rapi, nona muda." Kata mum bernada sindiran. Sambil mendengus kuteruskan langkahku ke kamar.
Aku bersiap dan segera mandi. Namun sempat kulirik sapu hebat yang tergeletak di tempat tidurku, Lightning Storm 002. Dad membelikannya musim panas ini. Yah, tahun ini aku akan ikut try out tim quidditch Gryfindor. Meskipun ini tahun ke 3 ku, aku baru ikut try out-nya tahun ini. Peter melarangku ikut bermain quidditch. Padahal selama ini aku selalu menang jika bermain dengannya. Aneh benar kakakku satu itu.
Sambil mandi, aku membayangkan betapa serunya menjadi seorang cheaser, posisi incaranku. Semangat ku melambung tinggi. Tekadku sudah bulat. Bahkan Peter pun kali ini tak akan bisa menghalanginya.
Oh. Iya. Aku lupa memperkenalkan diriku dulu. Perkenalkan, namaku Allessa Castella Wood. Wood. Kalian tahu kan? Yak! Aku adalah anak dari mantan keeper sekaligus kapten quidditch Gryfindor, Oliver Wood. Tapi entah kenapa Peter malah masuk Ravenclaw.
Setelah mandi dan merapikan koperku dengan sihir, aku turun untuk bersiap ke King Cross dengan menggunakan mobil mum. Peter tak menggunakan jubahnya. Ia akan berganti di atas kereta, sudah memasukkan barang-barang kami ke bagasi mobil. Tak usah tanya—apakah cukup untuk dua koper yang ukurannya tidak senormal biasanya?.
Dad masih harus bertanding di Puddlemere United. Dad adalah kapten tim quidditch itu sekaligus pelatih muda di tim junior nya. Dan hanya mengantarku dan peter saat aku baru pertama kalinya ke Hogwarts—dan peter di tahun ke 3-nya. Itu pun karena Dad mendapat cuti. Tapi tak apalah, aku masih bisa mengirim surat dengan Howl, burung hantu elang milikku.
Aku duduk di bangku belakang bersama Peter. Aku memangku sangkar Howl. Sementara Mum mendengungkan wejangan-wejangan yang sudah berkali-kali diucapkan setiap kali kami kembali ke Hogwarts. Peter bahkan menirukannya tanpa suara sambil memasang tampang bosan. Aku, diam saja dari pada terkena resiko.
"Kalian harus patuh kepada peraturan. Jangan melanggar jam malam." Kata Mum sambil berkonsentrasi ke jalan "Mum tidak mau menerima surat dari professor Mcgonagall lagi, khususnya untukmu Allessa."
"Baik, Mum." Ujarku dan peter secara bersamaan.
"Jangan lupa kirim surat kepada Dad saat kalian baru sampai disana" sambung Mum lagi.
"Bisakah mum berkonsentrasi ke jalan dan menyimpannya nanti saja di Peron?" gerutu Peter
"Terlalu banyak yang harus Mum ingatkan, Peter." Kata Mum praktis.
Mum adalah orang yang sangat disiplin dan berpendidikan tinggi. Beliau lulusan Beauxbatons (sempat memaksaku masuk kesana).
Akhirnya kami sampai di stasiun dan langsung mencari gerbang masuk peron 93/4. Troli yang berat dan kehati-hatian penuh membuat langkahku sedikit lebih lambat daripada Mum dan Peter. Dan akhirnya aku kehilangan jejak mereka. Akkkkh! Kenapa harus beginiiii!?.
"Apakah kau tersesat, nona muda?" kata seseorang yang kuperkirakan pria. Lalu kutolehkan kepalaku ke belakang.
Dan kini aku berhadapan dengan kepala berambut merah menyala dan beberapa coklat gelap—keluarga Potter-Weasley. Enam orang dewasa dan Tujuh remaja memandang ku. Mereka menunggu perkataanku. Mungkin mengetesku apakah aku penyihir tuli—atau bahkan muggle tuli.
"Eng… saya kehilangan jejak kaluarga saya, Mr Potter." Kata ku tersendat karena malu.
"Baiklah, Allessa. Ayo kita masuk ke peron bersama-sama." Ujar wanita berambut merah, Mrs Potter. Beliau tersenyum ramah.
"Sebaiknya kita bergegas karena keretanya akan berangkat 15 menit lagi." Ujar pria berambut merah yang kuketahui adalah Mr Weasley.
"Ayo, Allessa!" ajak James Potter bersamaan dengan Fred Weasley, dan kejutannya adalah, keduanya sahabatku.
End Allessa POV
Satu persatu dari keluarga Weasley-Potter plus Allessa masuk ke Peron 93/4. Allessa segera mencari gerbong barang, dan meninggalkan koper-koper dan sapu barunya untuk di serahkan ke petugas kereta. Ia menemukan ibunya tepat 5 menit sebelum kereta berangkat.
"Mum!" teriak Allessa penuh kelegaan
"Kemana saja kau? Kakakmu sudah ke gerbong perfek. Kau cepat cari kompartemen. Dan.." Mrs. Wood menarik Allessa ke dalam dekapannya "Mum akan merindukan mu dan kakakmu" sambungnya sambil mencium puncak kepala allessa.
Walaupun galak dan sangat disiplin. Mrs. Wood juga seorang ibu yang mencintai anak-anaknya. Allessa paham dengan ini.
"Aku juga akan merindukanmu, mum" ujar Alessa. Peluit Hogwarts express sudah berbunyi. Sambil tersenyum dalam diam Allessa berlari masuk gerbong dan sempat melambai ke ibunya saat kereta mulai bergerak. Ia menenteng sangkar Howl ditangan kanannya.
Lalu ia mencari kompartemen kosong. Dan akhirnya ia menemukan kompartemen yang hanya berisi sahabat karibnya sejak kelas satu, Brithany O'neil. Brith sedang makan sebatang coklat, dan langsung tersenyum gembira saat Allessa masuk. Saat Allessa menutup pintu kompartemen, semua bunyi langsung teredam dan hanya sedikit suara mesin kereta.
"Mau makan coklat? Aku bawa dua bungkus." Kata Brith saat Allessa menduduki kursi empuk di depannya dan meletakkan Howl di sebelah kanannya. Ia menyodorkan sebatang cokelat bekal perjalanannya.
"Boleh juga. Apakah kau sudah bertemu Miranda atau Roxane ?" tanya Allessa kelewat antusias sehingga kunciran kudanya bergerak.
Namun Brithany hanya menggeleng. Tiba-tiba, pintu kompartemen mereka di buka. Keduanya langsung menoleh dan melihat siapa yang masuk. Dan ternyata, James dan Fred.
"Satu kompartemen tidak cukup untuk tujuh anak." Kata Fred menjawab pandangan penuh tanya milik brith. James langsung menyambar coklat Allessa tanpa ba-bi-bu lagi. Ia membuka bungkusnya dan langsung membaginya menjadi dua bagian yang tidak sama besar. Ia memberikan potongan yang lebih kecil kepada Allessa yang terperangah dengan kejadian yang baru saja terjadi.
"Terima kasih cokelatnya." Ujar James yang diiringi cengiran jahil khasnya. James lalu mendudukkan dirinya ke kursi di sebelah Allessa yang kosong dan Fred di sebelah Brith.
Allessa yang masih jengkel dengan kelakuan James, mengeluarkan mp3 playernya dan mulai memasang earphone ke telinganya. Ketiga sahabatnya membelalakkan mata.
"Itu barang muggle, kan?"tanya brith
"Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Fred
"Apakah kau punya lagu milik Green Day? Aww!" tanya James disertai rintihannya karena jitakan dari Brith dan Fred. James merusak kekagetan mereka. Wajar, James tahu apa mp3 player itu. Dia bahkan memiliki satu dirumah.
"Oh. Ini? Ini hadiah mum karena aku berhasil membuat makan malam untuk keluarga musim panas lalu. Tenang, barang ini tidak akan rusak di Hogwarts karena sudah di beri mum mantra kebal atmosfir sihir." Jawab Allessa santai. " Dan aku tidak punya lagu urakan seperti itu, James." Tambah Allessa dan disambut dengusan ringan James.
Kedua sahabatnya yang lain mengangguk kecil lalu melanjutkan kegiatan mereka. James memakan cokelat rampasannya sambil membaca buku Taktik praktis nan tepat bermain quidditch. Fred memandang kosong keluar jendela kereta. Brith membaca Witch Weekly dan asik memandang majalah aneh itu sambil ber 'wow'-ria.
Allessa menekan tombol play pada mp3-nya. Sambil tersenyum dan kembali memakan potongan cokelat. Karena lagu yang ia dengarkan saat ini tepat dengan suara harinya saat ini.
Allessa POV
Ternyata mengacak lagu memang menyenangkan. Karena kini mp3 kesayangan ku memainkan lagu jadul namun pas denganku saat ini.
Everyone can see
There's a change in me
They all say I'm not the same
Kid I use to be
Don't go out and play
I just dream all day
They don't know what's wrong with me
And I'm too shy to say
It's my first love
What I'm dreaming on
When I go to bed
When I lay my head upon my pillow
Don't know what to do
My first love
He thinks that I'm too young
He doesn't even know
Wish that I could tell him what I'm feeling
'cause I'm feeling my first love
…..
Aku memang sedang jatuh cinta saat ini. Dan kini cinta pertamaku sedang duduk disampingku memakan cokelat sitaannya dariku. Ya, cinta pertamaku adalah James Sirius Potter. Anak sulung dari Harry Potter ini sudah merebut cinta pertamaku sejak di kelas 1saat ia menyelamatkanku dari bludger yang siap menerjangku jika James tidak segera meraih tangan ku dan menarik tubuhku ke sisi lain. Dan mulai saat itu aku menutupi perasaanku ke James dengan berpredikat seorang sahabat.
Tuk! Aku merasa beban berat dan hangat menimpa bahuku. Aku menoleh dan melihat James sudah terlelap dan menyenderkan kepalanya ke bahuku. Wajahnya yang biasanya dihiasi cengiran jahil kini terlihat polos dan cukup tampan. Rambut hitam bercampur cokelat pekatnya menutupi sebagian wajahnya. Kulirik depan ku dan melihat Fred yang sudah tertidur bertumpu pada jendela kaca dan Brith yang masih cekikikan tanpa mengalihkan perhatiannya dari majalah kesayangannya.
Dengan senang hati kubiarkan James tidur di bahuku. Rasa kantuk sisa tadi pagi menderaku dan mataku tak mau mengikuti peritah otakku untuk tetap terjaga. Dan akhirnya kuputuskan untuk tidur setelah menghabiskan cokelatku lalu membersihkannya dan melirik arloji yang memberitahukanku bahwa kereta sampai di Hogwarts dalam waktu 4 jam lagi.
Kusenderkan kepalaku ke kepala james dan mulai tertidur sambil menikmati suara Nikki Costa. Kubiarkan alunan lagu mengantarku ke alam mimpi.
'cause I'm feeling my first love
TBC
Yak! Akhirnya selesai juga Chap 1 nya
Lighting storm 002 Cuma karangan saya saja.
FF pertama nih,,, ^_^
Dengan senang hati saya menerima review kalian.
