Bagaimana Jika…
Chapter 1: Minggu
Karya Nagareboshi 29,(la iyalah! Siapa lagi?). fic ini saya dedikasikan kepada temanku, yang telah meninggal dalam kecelakaan bus 2 hari lalu. Semoga kau diam dengan tenang disana. Aku senang telah melihat wajahmu sebelum kamu mati. Hahaha.
= Kelakuan yang aneh =
Dia sudah berdiri lebih dari dari 2 jam dan tidak ada satupun laki-laki yang menembak dia! Apa dia telah melakukan hal yang salah? Dia sudah mengikuti majalah fashion yang termasuk: 'Laki-laki menyukai rok yang berakhir di atas dengkul! Pink yang terbaru dari hitam! Eyeshadow warna biru berarti apa kabar! Kenakan dirimu topi lebar, itu semua totalnya.'
Toko yang memuat gaya-gaya baju terkenal di Konoha sangat banyak digandrungi orang-orang, jadi, kenapa tidak ada yang cocok bagi dia? Dia membalikkan tubuhnya untuk melihat pantulan dirinya di cermin took baju dengan wajah sangat ingin tahu. Gadis biasa dengan baju ketat, terlalu banyak make-up dan otot seorang pemain basket. Rambut yang di style bob dan menerangi rambutnya oleh pantulan sinar matahari musim panas. Di majalah di bilang kalau rambut panjang termasuk, tapi Lee tidak mempunyai waktu untuk memanjangkan rambutnya. Warna pink di kedua pipinya seperti sedang tersipu ketika dia memakai perona. Alis nya… besar, slah satu alasan kenapa dia membentuk poninya menjadi persegi, itu seperti gorden yang menutupi dahinya. Matanya benar-benar membentuk lingkaran sempurna, seperti masa kecilnya. Dia tahu dia bukanlah yang paling menarik di sekolah, sedikit yang dia ketahui. Walau dia mengenakan barang yang tidak berguna saat ini, kenapa dia tidak menarik?
Dia mengelus rambutnya dan menyeka bibirnya dengan menggunakan jari telunjuknya, seperti gadis yang menunggu untuk menemukan pacarnya dengan bergaya manis yang di cerita roman. Rasa terkejut mulai menggelitik rambut bagian belakang lehernya. Seseorang sedang memerhatikan dia! Lee cepat-cepat membalikkan kepalanya, ingin tahu siapa yang telah memerhatikan dia. Laki-laki, 6'2 m tingginya, berjalan diantara kerumunan orang saat dia melihat perempuan yang menatap dia dengan pandangan ingin sekali. Dia bergumam 'Lupakan' saat dia mengejutkan orang-orang yang berbelanja di toko.
Lee mendesah. Berkeinginan sangat untuk membuat orang tertarik dengannya, dia tetap tidak ada laki-laki yang ingin menjadi pacarnya untuk pergi ke pesta sekolah. Dia mengambil topinya dan mendekapnya di dadanya yang lumayan kecil ( tidak RATA!), lalu mengeluh. Dia tiidak pernah merasa yang paling ke wanita-an. Dari keseluruhan sekolah, dia adalah anak tomboy. Dia bermain baseball selama masa SMP-nya dulu, tidak mengenakan apa-apa kecuali baju santai. Kehidupan seperti itulah yang membuat dia tidak diterima di masa SMA nya sekarang. Ini benar-benar dunia yang sangat berbeda. Anak perempuan biasa dengan status SMP yang termasuk memiliki pacar yang selalu mengirim pesan setiap 10 detik, setengah jam untuk berdandan di kelas, dan tertawa bersama murid lain. Lee mau kehidupan yang seperti itu, atau kurang lebih, akhir dari bagian dari perhitungannya, untuk mendapatkan pacar , laki-laki yang akan mengajak dia ke pesta sekolah bulan ini dari sekarang.
Dia mengingat-ingat butik-butik yang ada di kaca toko sebelum masuk kedalam. Dia memutuskan untuk pergi. Berjalan dia antara kerumunan orang , sepatu pink ber-hak tinggi menyakiti setiap jari kakinya dan meremukkan ibu jarinya bersama dan dia tidak dapat membantu kecuali keringatan… Gadis dengan pandangan sinis berjalan di samping Lee, dan menyengkat kaki Lee ke depan. Sesuatu yang aneh meleset, Lee terjatuh ke arah depan dan rambutnya menutupi sebagian pipinya sekaligus matanya. Terkejutnya, wajahnya tidak menghantam tanah yang ada di bawahnya. Lee berada di dengkulnya (duduk), dan tangannya dipegang oleh sesuatu. Dia menatap siapa yang berada di atasnya. Laki-laki dengan kulit pucat yang berdiri sekitar 5'6 m, warna mata yang seperti warna laut Tokyo dan dilingkari oleh warna hitam…
"Hati-hati."
"Wow, kamu menarik…"
Si rambut merah itu mengedipkan matanya , dia tidak marah ataupun terganggu. Dia hanya memandang lebih dari yang lain.
"Apa?"
Lee lompat dari tempat dia duduk tadi dan cepat-cepat melepaskan tangan yang si rambut merah tadi pegang. Dia tertawa gugup dan berjalan sedikit kea rah pintu keluar, "TERIMA KASIH! SELAMAT TINGGAL!" Dia menghilang dengan kecepatan yang hebat. Si rambut merah terkesan dengan kecepatan gadis tadi dan pasir yang sebenarnya di tendang kearah wajahnya.
"Hei, Gaara! Bagaimana dengan yang berambut coklat disana?", temannya yang berambut pirang akhirnya menyadarkan dia dari pikirannya, tepatnya mengagrtkan dia.
Gaara melihat gadis disana dengan melirikkan matanya ke samping dan tidak tertarik.
"Tidak."
Naruto berjalan pelan dan menaruh satu tangannya di pinggang sedangkan yang lain menyeka keringat yang ada di dahinya. Dia menatap Gaara. Mereka sudah pergi ke setiap tempat umum yang banyak terdapat gadis seksi, dan ini adalah perjalanan terakhir mereka. Dan selama beberapa jam mencari, Gaara tidak menginginkan semuanya. "Aku tidak mengerti denganmu! Kamu bias mendapatkan banyak cewek seksi disini, gila kalau kau mencurinya di pesta sekolah nanti. Kenapa kau mengambil waktumu?"
Gaara tidak menjawab dan kasarnya berjalan meninggalkan si pirang itu disana.
Naruto berteriak ke Gaara yang sekarang memakai jaketnya, "Kiat sudah ada disini selama 3 jam, dan kau sama sekali belum menyebutkan salah satunya! Ayo kita per-"
"Aku sudah menemukan seseorang." Gerutu Gaara, sebal jika temannya berteriak di depan public dengan suara seperti itu. Naruto berlari kea rah Gaara, cepat. "Apa? Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi?" Naruto melihat sekeliling,terkejut gadis seperti apa yang sangat beruntung menjadi pacar Gaara? "Dimana dia? Apa itu dia yang disana?" si pirang itu menunjuk kearah si rambut ungu yang menggunakan tank-top dan celana jeans yang dirobek di bagian lutut. Gaara sama sekali tidak tertarik.
"Bukan."
Sebal, Naruto bertanya dengan sabar, "Lalu, dimana dia?"
"Dia lari."
"Apa?" Naruto tidak dapat percaya. "Apa dia lugu atau apa?" Gaara menggelenekan kepalanya. "Dia bilang aku ini menarik."
"Kalau begitu, apa dia?"
"Tidak."
"Apa?" si rambut merah tidak pernah membuatnya terkejut seperti itu. Dia lebih baik memilih cewek jelek daripada semua cwewk seksi ini?
Gaara menggaruk-garuk kepalanya. "Dia yang biasa kau panggil 'Lucu', tapi tidak lebih. Kata Menarik terlalu mewah untuk dia pakai." Naruto mengangkat alisnya, "Jadi… dia tidak jelek, tapi juga tidak begitu cantik? Bagaimana dengan ke BIASA?" Gaara tidak berpikir untuk menjawab pertanyaan itu.
"Tidak begitu dekat."
Naruto kecewa. Dia mengharapkan 'rasa' Gaara … mengejutkan tapi tidak terlalu aneh.
"Jadi…apa sekarang?"
"Aku akan mencari dia dan mengajaknya ke pesta." Gaara menaruh tangannya ke rambut ruby-nya, mengacak-acakkan nya. Dari yang Naruto lihat, Gaara tersenyum, atau lebih, tersenyum sinis/menyeringai. "Di lari dari arah sana. Dan aku akan mencuri dia sebelum malam tiba…" Naruto berjalan mundur sedikit dari temannya untuk tidak mendengar lelucon cabul-nya dipendapatnya.
"Bagus untukmu, bro."
Gaara setuju. "Sangat bagus untukku."
TO BE CONTINUED. . .
A/N: Bagus? Jelek? Aneh? TOLONG BERITAHU AKU DAN PLEASSEEEEE READ AND REVIEW!
