A/N: Halo! Fik ini kemungkinan diupdate sabtu/minggu. Awal chapter memang sedikit, tetapi diusahakan bisa ribuan words di chapter-chapter depan ;w;


"Ichimatsu,"

Yang dipanggil diam saja, seolah menghiraukan panggilan itu. Todoko menghela napas, kemudian melirik Osoko yang memberinya semangat melalui gerak-geriknya. Gadis itu memutar bola matanya, lalu kembali menatap lelaki yang masih pura-pura tertidur di hadapannya.

"Gue tahu lo bangun." Ia menepuk pundak Ichimatsu. "Gue mau bicara sesuatu."

Menggeram pelan, Ichimatsu menggerakkan kepalanya, menatap Todoko dengan kedua matanya yang selalu terbuka setengah itu. Rambutnya acak-acakkan, tapi lelaki itu tidak mau repot-repot merapikannya.

"Apa?" tanyanya malas, suaranya berat dan terdengar kasar.

(Astaga, Todoko ingin pingsan rasanya mendengar suara itu. Ditambah tampangnya yang kini benar-benar terlihat seperti baru bangun tidur, gadis itu meyakini dirinya memang jatuh cinta dengan si pemuda.)

Todoko berdeham, kedua tangan dilipat di depan dada, senyum kecil manisnya masih ia tampilkan. Berusaha untuk membuat Ichimatsu terpesona, sebenarnya. Siapa tahu ia bisa membuat pemuda itu membalas perasaannya.

Kedua mata yang terbuka setengah masih menatapnya—atau kalau mau jujur, memelototinya. Kesal aktivitas bermalas-malasannya diganggu, terlebih dengan si gadis centil macam Todoko.

Oh, tentu Ichimatsu tahu tentang si gadis. Dia mungkin terlihat pendiam dan anti-sosial, tak punya teman selain kucing, dan kerjaannya hanya tidur atau menguntit jika tidak ada guru. Tapi begini-begini dia juga tahu beberapa sifat siswa-siswi di sekolahnya. Todoko, misalnya. Dia tahu bagaimana sifat gadis itu, walau dia tidak peduli sejujurnya.

Ichimatsu mendengus, "Apa mau lo?" Ia mengulang pertanyaannya seraya bertopang dagu, kedua matanya tidak meninggalkan si gadis barang sejenak.

"Gue tahu lo suka nguntit Karamatsu, si pemain basket nomor dua," ucap Todoko cepat, tersenyum ketika menyelesaikan kalimatnya. Dalam hati berharap dapat melihat wajah terkejut si pemuda, atau wajah kesal juga boleh. Apapun. Dia ingin melihat emosi di wajah yang selalu datar itu.

"Oh," tanggap Ichimatsu, "terus?"

Wajah lelaki itu masih sama, seakan ucapan Todoko tadi bukan sesuatu yang penting. Ia bahkan menguap, jelas-jelas bosan menanggapi si gadis.

Memang terkadang realita itu tidak sesuai dengan ekspektasi.

"Begini, Ichimatsu," Todoko melirik Osoko di mejanya menatap ia, memberinya senyuman yang seakan menyemangatinya, "gue akan bantu lo, gue kasih tahu lo info tentang dia."

"Apa syaratnya?" tanya Ichimatsu, langsung tanggap seketika mendengar pernyataan Todoko.

Ugh, seberapa pentingnya Karamatsu di mata Ichimatsu? Tapi, hitung-hitung Todoko juga bisa mendapatkan apa yang dia mau.

"Gue mau lo jadi pacar gue," jawab Todoko dengan senyuman, membuat kedua alis Ichimatsu terangkat.


Pacar Taruhan

Osomatsu-san © Akatsuka Fujio