"Sudah 4 tahun kau belajar di Hogwarts. Dan tiada satu kali pun kau tidak menduduki peringkat kedua di angkatanmu."

Lelaki berumur 15 tahun itu menunduk. Seharusnya, perkataan itu merupakan sebuah pujian bagi anak-anak lainnya, tapi tidak untuknya. Itu merupakan kata-kata yang menunjukkan ekspresi kekecewaan ayahnya.

"Sebentar lagi tahun kelimamu, Scorpius. Tahun di mana OWL akan dilaksanakan. Jadilah anak baik dan raih peringkat satu, singkirkan sainganmu itu," kata ayahnya lagi dengan dingin.

"Baik, Dad," jawab Scorpius lirih.


Ambition

By : RenaKudo-Chan

Disclaimer : J. K. Rowling


Stasiun King's Cross tidak akan pernah sepi saat kalender menunjukkan tanggal 1 September. Tanpa terlihat oleh muggle, anak-anak para penyihir tampak berlari menembus tembok untuk sampai ke Peron 9 3/4. Hari ini adalah saatnya untuk kembali ke Hogwarts, bagi murid-murid Hogwarts saja tentunya. Para orangtua dan anak-anak mereka tampak berdesakan memenuhi peron tersebut.

"Rose, tahun kelimamu ini semua OWL-mu harus dapat O agar kau tetap bisa mengalahkan anak ferret itu."

"Ron!" kata Hermione galak, tak sabar dengan tingkah laku suaminya itu. "Jangan dengarkan ayahmu, Rose. Dulu saja ia tak mendapatkan O di semua OWL-nya. Lakukanlah semampumu, dear," kata Hermione lembut pada sang anak putrinya.

"Tapi kan kita tidak tahu apa yang akan terjadi, Mione. Bagaimana bila tahun ini si anak pucat bagaikan mayat itu belajar keras dan akhirnya mengalahkan-"

"Ronald Bilius Weasley!" kata Hermione lagi, kali ini disertai delikan yang tajam membuat Ron tak berkutik di tempat. Harry dan Ginny yang melihat mereka hanya bisa nyengir melihat kelakuan 2 orang itu. Sudah punya 2 anak remaja, kok tingkahnya masih seperti anak-anak.

"Sudahlah Dad, Mum, aku akan berusaha keras tahun ini agar nilai OWL-ku maksimal," kata Rose menengahi mereka disertai senyuman manisnya yang dapat membuat hati kedua orangtuanya luluh. Yah, Rose tak dapat menyanggah bahwa meski ia selalu berhasil mengalahkan Scorpius, tetap saja Scorpius juga adalah anak yang sangat pandai. Sekali saja lengah, maka ia akan dengan mudah dikalahkan oleh si pucat itu.

"Sabar ya Rosie yang manis, setelah tahun OWL-mu ini, kau bisa memfokuskan dirimu untuk mencari pacar," sahut James yang dibalas Rose dengan tatapan tajam. Sementara Fred dan Louis yang berkumpul di dekat James malah tertawa bersama James.

"Itu benar, Rose. Selama ini kau hanya sibuk dengan buku sampai-sampai tak ada waktu untuk memikirkan pacar." Kali ini Lily-lah yang angkat bicara.

"Terserah kalian saja," jawab Rose malas sambil memutar kedua bola matanya.

...

Scorpius memandang segerombolan orang berambut merah / hitam yang tampak heboh dan riang itu. Matanya terfokus pada sesosok gadis cantik berambut merah dan bermata biru. Ya, Rose Weasley, saingan yang harus dia kalahkan tahun ini.

"Scorpius, ingat kata-kata Dad saat liburan musim panas lalu. Kalahkan gadis itu," kata ayahnya sambil menatap Scorpius.

"Baik, Dad," jawab Scorpius. Melihat kesungguhan hati anaknya, Draco Malfoy segera memeluk putra satu-satunya tersebut. Tidak lama memang, tapi penuh kasih sayang.

"Dad menyayangimu, Scorpius. Karena itu Dad ingin kau jadi yang terbaik," kata Draco lembut. Scorpius hanya mengangguk pelan.

Setelah mendapat salam perpisahan dari kedua orangtuanya -tidak lupa dengan kecupan ibunya yang membuat Scorpius risih- akhirnya ia telah menaiki Hogwarts Express dan mencari kompartemen. Setelah sekian lama mencari, ia akhirnya menemukan kompartemen yang berisi teman-teman Slytherin-nya. Ada Jeremy Nott (sepupu satu-satunya yang Scorpius miliki), Vincent Goyle, dan -yang paling menyebalkan- Jane Zabini.

"Hey Scorp, tak ke gerbong prefek?" tanya Jeremy di saat Scorpius menaruh barang-barangnya di kompartemen itu.

"Sehabis menaruh barang-barang ini," jawab Scorpius enteng.

"What?! My Scorpie seorang prefek?! Wow!" kata Jane sambil memekik kegirangan dan menatap Scorpius dengan penuh kekaguman.

"So, siapa partnermu, mate?" tanya Vincent penasaran, tak menghiraukan pekikan Grace yang menyakitkan telinga.

"Tak tahu, tapi nanti setelah pertemuan prefek akan kuberitahu," kata Scorpius lalu pergi meninggalkan kompartemen itu dan segera menuju gerbong prefek.

Sesampainya di sana, tampak hampir seluruh prefek telah berkumpul. Ternyata partnernya adalah Miracle Beaumont, gadis berambut hitam bermata abu-abu yang pendiam dan anggun seperti seorang putri. Dan seperti yang sudah diduganya, pasangan prefek dari Gryffindor adalah Rose Weasley dan Albus Potter. Saat Scorpius baru saja duduk di sebelah Miracle, Rose langsung menyerbunya dengan berbagai pertanyaan.

"Mau apa kau di sini? Siapa yang mengundangmu? Ini kan gerbong prefek, kau seharusnya tak boleh di sini! Oh, lihat lencana prefek Slytherin yang kau pakai itu! Kau curi dari siapa lencana itu, huh?" tanya Rose dengan sekali tarikan nafas. Al nyengir pelan. Scorpius mendengus.

"Ini bukan lencana curian, bodoh. Aku ini prefek Slytherin tahun ini," jawab Scorpius sambil menatap Rose.

"APA?!" tanya Rose -lebih tepatnya teriak- sambil berdiri dari atas kursinya. "Kau-seorang-prefek?" tanyanya dengan terbata-bata sambil menunjuk-nunjukan jarinya di hadapan Scorpius.

"Tepat sekali, Weasley," jawab Scorpius singkat. Rose segera duduk kembali di atas kursinya dengan masih merasa tak percaya akan semua ini. Okelah, Scorpius memang pintar, tetapi ia orang yang sangat menyebalkan. Apa yang dipikirkan Professor Verdure saat memilihnya menjadi prefek?

Tak lama kemudian, seorang prefek perempuan Hufflepuff datang dan akhirnya rapat dimulai.

"Baiklah, semuanya sudah berkumpul, dan untuk yang pertama izinkan kami, ketua murid yang baru, memperkenalkan diri. Saya Isabella Turner dan ini Charles O'Brien-"

Dan bla bla bla, batin Scorpius bosan. Beda sekali dengan Rose yang mendengarkan dengan sepenuh hati. Sekarang Scorpius harus memutar otak bagaimana caranya mengalahkan wanita ini. Dipandanginya lencana prefek Slytherin yang berkilauan di bajunya itu.

Itu dia! Slytherin! pikir Scorpius senang. Jika aku tidak dapat mengalahkan Rose dengan kepandaianku, maka aku harus menggunakan kelicikanku, batin Scorpius. Tanpa ia sadari, wajahnya telah menunjukkan seringaian licik. Tanpa sengaja ia mencuri dengar pembicaraan seorang prefek Hufflepuff dan Ravenclaw kelas 6.

"Dengar kabar si Trixie Mills dari Gryffindor itu? Ia sekarang seperti pasien sakit jiwa yang kabur dari St. Mungo karena habis diputuskan oleh James Potter," kata si prefek Hufflepuff.

"Aku sudah menduga mereka akan segera putus cepat atau lambat. Potter kan tidak benar-benar mencintai perempuan itu. Semua orang tahu bahwa ia sudah jatuh cinta pada Azalea Peters, hanya saja ia tak menyadarinya," kata mereka berdua lalu menatap ke arah prefek Gryffindor kelas 6 yang bernama Azalea itu.

Ya, sedikit trik pasti akan membantu...


Gimana? Ini pertama kalinya Rena bikin fanfic di dunia Harry Potter. Selama ini gk dapet ide, tp sekarang dapet ide yang cukup gaje (?) untuk ditulis :D

Yang ditulis adalah anak nextgen karna jujur author cinta mati banget sama dunia nextgen :D

Jadi bagaimana? Haruskah dilanjut? Atau stop di sini?

Silakan jawab di kotak review :)