Title: Black Honey

Summary: "Dan sebagai penutup malam ini, kami persembahkan satu-satunya Black Honey!" seru si pria berambut merah. Tirai terbuka lalu dari belakang panggung muncul seorang pria berkulit pucat dalam balutan baju serba hitam yang sebentar lagi akan dia tanggalkan. Dan napas Aster tercekat.

Pairing: Rotten Egg

Rate: T untuk sedikit suggestive themes dan sedikit deskripsi pole-dancing.

Disclaimer: Bukan yang saia~!

Bacotan: Saia pengen ngeliat Pitch jadi stipper~! XD

Enjoy~! :D


Lampu-lampu bermacam-macam warna menerangi tempat itu, walaupun tidak dengan terlalu baik, melihat bahwa ruangan itu tetap remang-remang. Dentuman bass dari lagu memenuhi telinganya dan seakan memukul pelan dadanya dengan cepat. Seorang wanita muda dengan tubuh gemulai dan baju yang sangat terbuka melewatinya dan melemparkan senyum menggoda padanya. Tangan-tangan mencoba untuk menariknya dan mengajaknya menari. Seorang wanita muda lagi bersandar padanya dan mengelus dadanya sebelum mencoba membuka kancing kemeja longgarnya. Dia menahan pergelangan wanita itu sambil tersenyum canggung dan terus berjalan melewati kerumunan yang padat dan menguarkan berbagai macam bau parfum yang menyengat.

Dan di ujung ruangan itu, tepatnya di sebuah meja bundar dengan kursi lingkaran empuk mengelilinginya, duduk temannya yang berambut cokelat yang tadi meneleponnya untuk datang kesini.

"Jack, apa ada penjelasan tentang hal ini?" tanyanya kesal karena Jack barus saja membuatnya melewatkan kesempatannya untuk bertemu dengan reporter yang sudah dia incar dari beberapa lama lalu. Ya, kesempatan itu akan datang lagi dengan cepat, mengingat bidang kerja mereka tidak terlalu jauh. Tapi, hei, apa sih yang si kerdil ini mengerti tentang menggaet wanita?

"Aku mimpi basah tadi malam dan aku malam ini ingin dikelilingi wanita-wanita atau pria-pria cantik?" jawab Jack dengan wajah sepolos mungkin sambil tersenyum malas. Kedua tangannya menopang kepalanya agar tidak menyentuh meja, di dekat sikutnya ada segelas Sex on the Beach.

Dia mengerlingkan matanya. "Lucu sekali, mate."

Jack tersenyum lebih lebar. "Tentu saja. Aku sering menjadi pemecah suasana ingat?" balas Jack sambil menepuk kursi di sebelahnya. "Temani aku bersenang-senang malam ini, Asty. Kau terlalu lama meratapi berakhirnya hubunganmu dengan Rosie Hudson."

"Aku tidak meratapi apa-apa."

"Tapi kau meratapi setidaknya pembaca gosip itu menumpahkan segalanya kepadamu di TV kemarin, kan?"

Dia hanya mendesah panjang dan akhirnya menyerah. Jack tidak akan pernah membiarkannya hidup dengan tenang. Tidak dulu, tidak sekarang, dan tidak nanti.

Jujur saja, dia tidak menikmati tempat ini. Dia tidak menyukai lagu-lagu upbeat yang dipasang untuk memeriahkan tarian seorang wanita bertubuh gemulai dengan rambut cokelat di atas panggung. Dia tidak menyukai lampu-lampu yang makin lama makin menyengat matanya, walaupun sebgitu redupnya. Dia tidak suka bau keringat dan bunyi desahan nikmat yang memenuhi ruangan itu.

Dia ingin pulang sekarang.

Tapi nampaknya Jack terlalu senang menyiksanya. Jack terus-menerus memesan minuman agar dia tetap punya alasan untuk tetap disitu. Minuman rendah alkohol, mungkin supaya dia tidak mabuk dan dengan bodohnya menyatakan bahwa dia adalah Jack Frost yang sedang menyamar menjadi seorang pemuda berambut cokelat dengan cara mengecat rambutnya dengan cat rambut sementara.

"Kau tidak mau minum, Asty?"

"Berhenti memanggilku 'Asty', Frosty."

"Hmm… 'Asty', 'Frosty'… rimanya bagus ya?"

Ingin rasanya dia tenggelam ke pusat bumi sekarang. Suara musik yang terlalu keras mulai menyakiti telinganya dan nyanyian wanita berambut merah di atas panggung itu mulai membuatnya kesal. Ada setidaknya tiga nada yang false ketika dia menyanyikan bait pertama, dan satu bait kemudian menjadi terlalu banyak sampai dia berhenti menghitung.

Sungguh. Kapan Jack akan berhenti memesan minuman atau setidaknya menguap karena mengantuk dan mengajaknya keluar dari sini? Atau kalau itu terlalu susah, setidaknya seseorang katakan padanya jam berapa tempat ini tutup karena rasanya dia sudah duduk disitu selama berapa jam dan belum ada tanda-tanda kerumunan di depannya akan berkurang. Malah bertambah, sepertinya.

Untung saja tidak ada paparazzi yang mengikutinya. Bisa mencemar nama baik.

Sudah cukup wanita menyebalkan bernama Rosie Hudson membuatnya menanggung cercaan karena dia harus mengakui semua kesalahan yang bahkan bukan miliknya. Tolong jangan tambah lagi dengan cercaan karena ada paparazzi yang mendapatkan foto eksklusif 'E. Aster Baskerville Mengunjungi Strip Club' hanya karena Jack menyeretnya kesini.

Ayolah, kenapa bukannya bertambah sepi, gedung ini malah tambah ramai?

Seorang pria dengan dandanan aneh menaiki panggung dengan sebuah mic di tangannya. "Ya, itulah penampilan manis dari Firey Poppy! Oh, tidakkah suaranya indah?"

Tidak baginya.

Orang-orang bersorak begitu mendengar apa yang pria itu katakan setelah itu.

"Dan sebagai penutup malam ini, kami persembahkan satu-satunya Black Honey!" seru si pria berambut merah. Tirai terbuka lalu dari belakang panggung muncul seorang pria berkulit pucat dalam balutan baju serba hitam yang sebentar lagi akan dia tanggalkan. Dan napas Aster tercekat.

Pria? Yang akan menari sebagai acara penutup adalah pria? Dan yang membuatnya heran adalah kemungkinan bahwa justru tempat ini makin penuh dari tadi adalah karena orang-orang ingin melihat pria ini.

Baiklah, pria ini kurus sekali. Ya, ada sedikit otot di anggota tubuhnya, tapi tetap saja kurus. Dia bersumpah dia bisa melihat tulang belikat pria pucat itu dengan jelas dibawah kulitnya. Dia juga tidak secantik—walaupun kalau misalnya dia cantik, itu akan menjadi sebuah hal yang aneh—wanita-wanita yang tadi menghibur para penonton. Pucatnya keterlaluan, sampai-sampai memberikan kesan bahwa kulitnya itu berwarna abu-abu, tidak terlihat sehat. Batang hidungnya sedikit terlalu tegas, matanya terlalu dingin—walaupun dia harus mengakui bahwa sayunya mata itu sangat pas—dan terlihat sekali olehnya yang memang sudah terbiasa dengan make-up bahwa make-up terlalu tebal di sepasang mata dingin itu adalah untuk menutupi kantung matanya, bibirnya terlalu tipis dan pucat, dan ada bekas kerutan ke keningnya, mungkin karena terlalu banyak merengut sebelum tampil? Rambut hitamnya yang disisir rapi ke belakang juga tidak cocok dengan apapun yang akan dia lakukan nanti yang melibatkan melepaskan bajunya dan menari dengan tiang besi di atas panggung. Sekarang cocok sih, dengan kemeja hitamnya yang rapi. Walaupun tidak cocok dengan sepatu boots bertumit tinggi dan celana hot-pants hitam yang dia pakai.

Ya, dia tidak bisa bilang pria itu cocok dengan apa yang dia pakai sih. Kemeja hitam, sepasang sarung tangan brokat berwarna hitam, garter-belt hitam bergesper besi dengan sedikit aksen emas di pinggirnya, dan stocking jaring berwarna hitam. Sama sekali tidak cocok karena itu hanya menambah kesan gelap pada pria itu. Pikirannya dibuyarkan oleh suara si pria berambut merah dengan dandanan aneh.

"Tepuk tangan untuk Black Honey!" seru si pria berambut merah lagi sambil melompat turun dari panggung. Tepuk tangan yang riuh memenuhi tempat itu lalu langsung menghilang begitu lagu mulai dimainkan dan pria itu mengangkat sebelah lengannya dan mengaitkannya ke tiang besi.

Entah bagaimana caranya, mata yang dingin itu seakan dipenuhi api cair sekarang.

Pinggulnya yang agak kecil bergoyang pelan mengikuti alunan musik yang tidak terlalu cepat. Tangannya yang dilapisi sarung tangan brokat berwarna hitam, yang tidak dia gunakan untuk menahan dirinya pada tiang, membuka kancing di bajunya satu-persatu dan perlahan menanggalkannya.

Dia awalnya mengira akan melihat sepetak kulit pucat lagi di bawah kemeja itu, tetapi dia salah. Sebuah korset kecil dengan tali merah menyilangi bagian belakangnya menutupi sebagian perut rata dan sedikit dada si penari erotis.

Terdengar sorakan ketika kemeja hitam itu jatuh sepenuhnya ke atas lantai.

Pria itu bersandar pada tiang, menghadapi para penikmat acaranya, lalu bergerak turun dengan sangat perlahan, setiap gerakan seakan-akan harus dihitung. Dia berjongkok dengan kaki yang terbuka lebar, tangan nakal seorang penonton mengusap bagian dalam pahanya, dan dia langsung menutup kakinya sambil menyeringai kecil dan memandang tajam si penonton. Dia menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri seakan berkata, 'tidak, tidak, kau anak nakal' lalu dia berdiri lagi. Kakinya terbuka lebar ketika dia berdiri, tangannya mulai menyentuh tubuhnya sendiri.

Pertama, tangan kurus itu menjelajahi lehernya, lalu dada, dan ke pinggang, pinggulnya, lalu dia berdiri menyamping dan tangannya mnjelajahi tubuh bagian belakangnya sebelum pindah lagi ke depan dan bergerak di pahanya, sedikit terlalu dekat dengan selangkangannya. Sebuah putaran, lalu goyangan pinggul, kebasan kepala, dan pelintiran-pelintiran tangannya seakan menghipnotis semua penonton.

Ketika tarian pria itu selesai, Aster masih tetap merasa bahwa pria itu terlalu kurus, terlalu pucat, hidungnya terlalu tegas, bibirnya terlalu tipis dan pucat, juga matanya terlalu dingin dan make-up-nya terlalu tebal.

Dan yang membuatnya merasa ngeri pada dirinya sendiri adalah fakta bahwa dia tidak lagi merasa bahwa hal-hal itu mengganggunya.


End of Chapter 1


Ada yang udah nonton Rage? Yang buatan Sally Potter? Udah belum? Kalo udah, apakah kalian mendapatkan dorongan untuk bikin Pitch jadi stripper? Soalnya, saia dapet ide ini setelah nontonin potongan-potongannya di youtube.

Jude Law~! You make such a sexy, sassy, beautiful drag~! Y u not turn into a woman? XD

Seriusan deh, cobain nonton itu di youtube. Cari aja pake keywords; Jude Law, Rage (2009). Udah, nanti ada. Gila, dia cantik banget~! XD

Dan coba tonton Graham Horton (ato norton ya?) tentang pemain di Sherlock Holmes. Ada yang foto si Sherlock Holmes (Robert Downey) nyamar jadi perempuan, lalu dibanding-bandingin ama Minx (Jude Law) yang nge-drag di Rage. Gila, harus liat! It's a must-see~! XD

Ahem, jadi OOT. Hehehe…

Ada yang mau ninggalin ripiu?

Love and honey~
Shirasaka Konoe