Sapporo, Hokkkaido

Minggu, 1 Januari 2017

Salju turun dengan lebat di malam itu—hari ini, hari pertama dalam kalender tahun 2017.

"Huft—meskipun sudah setahun lebih aku tinggal disini—aku tetap tidak bisa beradaptasi dengan suasana yang dingin ini."

Sosok gadis berambut perak—Kuroko Tetsuragi, terdampar di dunia Durarara! Selama hampir dua tahun, namun sampai Maret dua tahun yang lalu, ia tinggal di sebuah kota besar di daerah Tokyo.

"Hah, aku rindu Shinjuku, berjalan-jalan di Kabuki-chou, dan menikmati hiruk pikuknya kota Ikebukuro."

Namun keputusannya untuk meninggalkan kota itu telah bulat.

Jika ia tetap berada di kota itu—ia hanya akan membawa masalah bagi gadis itu.

Ya, itu adalah hal yang tak diinginkannya, ia bertindak layaknya melindungi gadis itu, namun pada saat yang bersamaan ia malah membawa gadis itu ke dalam bahaya yang ia buat sendiri.

Sungguh sebuah ironi.

Gadis itu mencintainya—ya, namun gadis itu harus meninggalkannya. Mereka tak bisa bersama.

Ia adalah monster.

Kuroko Tetsuragi sangat paham akan hal itu, ia bahkan sudah menjadi monster saat pertama kali ia menginjakan kakinya di tempat ini.

Ia diberkahi kekuatan fisik layaknya Heiwajima Shizuo, mengupulkan informasi layaknya Izaya, hawa tipis dan kemampuan menggunakan berbagai senjata yang hebat.

Sungguh kesempurnaan yang membawanya menjadi monster.

Maka dari itulah ia memilih pergi.

Pergi dari kehidupan yang selama ini ia inginkan.

Dari gadis yang selama ini ia cintai.

We are HERE! SH

Durarara!SH bukan punya saya!

We are HERE! SH © Kuroko Tetsuragi

We are HERE! © |Kaizen Katsumoto & Kuroko Tetsuragi|

Genre: Friendship, Shoujo-ai, Action, Supernatural, Psychological, dll

Rate: PG-15 (naik seiring waktu bergulir)

Warning: OOC, OC, dan nama judul manga novel game atau apapun yang muncul disini bukan milik saya.

Prolog: Prior to Two Year Timeskip Arc

11 Maret 2015.

Ikebukuro.

Kaizen Katsumoto—seorang wanita paruh baya—ah a.. maaf akan saya ralat. Gadis berkepala dua (whut kepalanya dua?!/bukangitu.) itu kini sedang berjalan melintasi jalan di Ikebukuro. Matanya tak sengaja menangkap sosok gadis penuh luka, hampir saja menabrak kerasnya tanah kalau saja tidak ditahan oleh gadis itu.

"Hei! Kau tak apa?!"

Gadis itu terlalu baik—jikalau yang lewat bukan Kaizen melainkan Tetsuragi, gadis itu pasti telah diabaikan.

"To...long..."

"Hei! Tunggu! Akan kupanggilkan ambulans!" namun tangan Kaizen ditahan oleh gadis itu.

"Jangan... ku...moho...n..."

Kaizen terdiam, tangan kanan gadis ini putus, mengeluarkan banyak darah. Mata kirinya mengeluarkan darah.

"Kalau begitu akan kuhubungi salah satu dokter kenalanku!"

"Teri...ma..kasih..."

Gadis itu kehilangan kesadarannya setelah mengatakan hal itu yang jelas saja membuat Kaizen panik seketika.

Meanwhile di rumah sakit.

"Hari ini dia tak datang ya?" gadis itu bergumam bosan—membaca Natsume Yuujinchou volume 18 dengan tampang bosan. Ia telah membaca kedelapanbelas volume itu selama hampir 5 jam! Melihat ke jam dinding—jam telah menunjukan pukul 10 malam—bahkan seharusnya gadis pirang itu udah ada disampingnya dari beberapa jam yang lalu, kesal—ia melempar kasar manga yang ia baca lalu tertidur dengan seluruh badan tertutupi selimut.

Bertepatan dengan itu, pintu terbuka—menampakan gadis pirang yang kaget melihat manga yang jatuh tak berdaya itu—lalu mengambilnya dan menaruh di atas meja di samping ranjang.

"Dia pasti kesal aku datang telat, kamu tunggu disini ya?" ternyata gadis itu—yang diyakini sebagai Kaizen Katsumoto itu tidak sendiri, gadis berambut hitam yang tadi ditemuinya pun diajaknya kesini—tentu saja setelah ia sadar dan lukanya telah diobati oleh Shinra—dokter gadungan kenalan Kaizen.

"Hah... dia memang seperti begitu..."

"Siapa yang seperti begitu." Kaizen bergidik ngeri lalu membalik ke belakang—Tetsuragi, gadis berambut perak dengan mata kiri yang tertutup perban.

"T—tetsu-chan?" gadis itu menatapnya dengan tatapan datar namun menusuk.

"Aku merasakan hawa orang lain disini—apa kau ke sini dengan orang lain?" Tanyanya tepat sasaran, Kaizen hanya menganggukkan kepalanya.

"Lagipula, dia tidak punya rumah, dan dia juga sedang luka?"

"Hm? Tidak punya rumah? Apa kau berencana untuk mengajaknya tinggal dengan kita?" Kaizen kembali mengangguk, tetiba muncul perempatan di dahi gadis 16 tahun tersebut.

"Kau kira rumah kita panti asuhan apa, kau itu! Terlalu baik! Waktu itu kau memungut anjing liar dan membuatnya menghancurkan seisi apartement? Sekarang apa?! Kau memungut manusia?!" protes gadis itu—hilang sudah poker face yang selalu di jaga—diganti dengan wajah kesal dan omelan ala emak-emak yang diganggu saat nonton Uttaran.

"Jaga ucapanmu Tetsu-chan... hah, kumohon, kau tak kasihan padanya. Tangannya putus—"

"Apa peduliku..." ucap Tetsuragi memotong perkataan Kaizen. Ia tertegun—

"Apa kau tak punya hati?"

"Kau saja yang terlalu baik—apa saja di selamatkan... ada saatnya kau diam dan berpura-pura tak peduli dengan hal disekitarmu—mungkin saja nanti ia akan menusukmu dari bela—." Kaizen terdiam, ia perlahan pergi dari sana—tidak membiarkan Tetsuragi menyelesaikan ucapannya.

"Kalau begitu aku juga tak peduli dengan pendapatmu, aku akan tetap membiarkannya tinggal di apartment." Ia membawa gadis itu pergi meninggalkan Tetsuragi yang terdiam mengepalkan tangannya kesal.

"..." namun tak ada satupun kata yang keluar dari bibir sang gadis. Ia menggigit bibir bagian bawah dengan keras, hampir saja melukainya.

"Dasar gadis terlalu baik—karena kau terlalu baiklah—"

'Aku bisa nyaman bersamamu.'

Krieet

Pintu dibuka kembali—kali ini Tetsuragi tak berharap kalau yang membuka pintu itu Kaizen, dan memang bukan—yang membukanya bukanlah Kaizen, melainkan gadis seumuran Kaizen—atau mungkin lebih tua dan agak familiar dimata gadis itu.

"Kujiragi Kasane...kun?"

We Are Here!SH Prior to Two Years Timeskip

Apartment

"Maafkan temanku yang tadi ya... dia memang dingin begitu..." gadis itu tiba-tiba menunduk sambil memengangi kepalanya. Sontak membuat Kaizen panik.

"Hei! Kau tak apa?" ia mendekati gadis itu, tubuhnya bergetar hebat, membuat surai pirang itu semakin panik.

"Bahaya..."

"Eh? Bahaya..." Kaizen sedikit bingung—kata pertama yang ia dengar setelah gadis itu adalah kata-kata yang tak ia mengerti.

"Rumah sakit... kamar... bahaya... gadis... pedang... darah... merah..." kata-kata aneh itu terus keluar dari gadis aneh itu.

Rumah sakit?

Kamar?

Bahaya?

Gadis?

Pedang?

Darah?

Merah?

"Kau bicara apa?" tanya Kaizen—ia benar-benar bingung, ia tak tahu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu.

"Sesuatu... teman... bahaya... cinta... dicintai..." ia sedikit kaget—mundur ke belakang, sepertinya ia menyadari sesuatu, kamar, rumah sakit, gadis, teman, bahaya, pedang, cinta, darah, merah.

"Temanmu dirumah sakit sedang dalam bahaya, pedang cinta, merah darah..." berusaha mengartikan kata-kata tadi, Kaizen membulatkan matanya sempurnya—ia lalu melesat keluar dari apartmen.

"Aku minta maaf..." kata gadis itu namun tak terdengar oleh Kaizen.

"Semua sudah selesai kan? Kaa-san." Gadis itu kembali kehilangan kesadarannya.

"Aku tertarik denganmu—" Tetsuragi hanya terdiam. Menatap Kasane yang berdiri tepat disamping ranjang rumah sakit.

"Kau ingin mengendalikanku dibawah kendali Saikamu bukan?" tanyanya—tepat pada sasaran—namun Kasane tak membalas, ia terus mendekati gadis itu, mengeluarkan senjatanya—berupa cakar besi/? (gue bingung harus bilang apa.)

"Baguslah jika kau telah tahu."

Sementara Kaizen terus berlari sepanjang lorong—berharap dengan kecepatannya sekarang ia dapat mencapai kamar itu—sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

Brak!

Menggeser pintu itu dengan keras—ia mengatur napasnya—lalu menyajarkan penglihatannya.

Kamar itu kosong—tidak ada apa-apa disana.

"Tidak mungkin..." ia bergerak mendekati jendela yang terbuka, dari bawah ia melihat gadis yang sangat ia kenal masuk ke dalam mobil dengan orang yang tak ia kenal—namun satu hal yang membuat ketakutan yang mulai tumbuh kini memuncak.

Mata coklat kemerah-merahan itu kimi menjadi merah sempurna—tanda di kendalikan oleh 'Saika.'

"Bagaimana bisa."

"Kau saja yang terlalu baik—apa saja di selamatkan... ada saatnya kau diam dan berpura-pura tak peduli dengan hal disekitarmu—" ia teringat kata-kata gadis itu—yang baru saja ia dengar, ia jatuh terduduk lemas—kalau saja ia tak terpancing dan meninggalkan gadis itu, ia gadis itu pasti masih duduk disini dengan senyum kecil dan buku di depan mata.

Kalau saja.

Tes.

Tes.

Setetes air jatuh dari matanya, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya—tak ingin orang lain melihat wajahnya yang sekarang.

Apa jangan-jangan gadis itu sengaja membuatnya pergi? Agar ia tak melihatnya dibawa pergi oleh orang itu?

"Nande...?"

Hanya angin yang berhembus yang menjawab pertanyaan Kaizen. Ia terdiam, tangannya telah terlepas dari wajahnya, ia menyajarkan pandangannya, sangat jelas terlihat kilatan amarah di mata tersebut.

"Tak akan ku maafkan..."

Lalu matanya menangkap sesuatu jauh di balik jendela sana—seperti gumpalan bayangan hitam.

"Itu kan..."

Disaat yang bersamaan—segumpal bayangan terperangkap oleh jaring besi—sudah beberapa menit lamanya. Kasane Kujiragi, itu nama gadis itu—menguatkan pegangannya pada wirenya—menghindari gumpalan bayangan hitam itu agar tidak kabur. Sampai beberapa saat bayangan itu diam, ia memutuskan wire tersebut dan membiarkan bayangan itu terperangkap bagai tikus yang kena perangkap lem.

Disana ada sesosok gadis yang lari membawa sebuah tas, berhenti berlari ia mengatur napasnya lalu menatap Kasane, mengeluarkan sebuah tabung berisi kepala menaruhnya lalu pergi begitu saja—Kasane mengambil tabung itu.

Kepala itu milik Celty, sang Kubinashi Rider, Headless Rider atau apapun nama panggilan yang ia kau suka.

Di sana ada Yagiri Seitarou, ia berdiri tepat di belakang Kasane, di sebuah gang tempat konstruksi.

Kaizen berlari sepanjang jalan menjauhi rumah sakit, kembali ke apartment untuk mengambil senjatanya, setengah jam lamanya setelah ia terdiam dan meratapi apa yang ia lakukan—apa yang menyebabkan ia menjadi seperti ia sekarang.

Di tengah jalan ia bertemu Shizuo yang mengendarai sepeda.

"Heiwajima-san!" panggilnya, sontak membuat Shizuo berhenti lalu menatap gadis itu.

"Kau—"

"Shizuo-san! Tolong bawa aku bersamamu!" Shizuo terdiam sejenak dengan wajah kaget.

"Kau—"

"Bayangan hitam itu Celty-san kan? Aku juga ingin menyelamatkannya—bagaimanapun juga dia sahabatku! Lagipula sepertinya Tetsu-chan juga ada disana." Jelas Kaizen, Shizuo tampak berpikir sejenak.

"Naiklah..."

"Eh?"

"Kau bilang kau ingin menyelamatkan Celty bukan? Ayo naik... kita ke sana bersama." Kaizen duduk di kursi belakang dari sepeda itu.

"Pegangan yang kuat, kita akan mengebut..." belum sempat Kaizen merespons—sepeda yang dirasuki Shooter itu melesat kencang bagai diterbangkan angin.

"Huaaaaaaaa~~"

Bagai angin yang kencang yang siap menghempaskan gadis itu ke jalanan kapan saja dan dimana saja/hemeh.

Sementara Tetsuragi—yang entah kenapa mendapat kembali kesadarannya pergi dari tempat itu, ia melihat bayangan hitam yang sama dari sana—

Itu kan?

"Celty Sturluson?" ia sudah membaca seluruh novel Durarara! Tahu apa yang akan terjadi—apa yang harus ia lakukan.

Namun ia harus memutuskan apa yang akan ia lakukan setelah semua ini berakhir.

"..." ia pergi dari tempat persembunyian itu—apa yang harus ia lakukan adalah.

Menghentikan seseorang untuk menjadi seorang pembunuh. Singkat dan padat.

Ia tak mau orang itu—ataupun orang itu yang lain menjadi pembunuh—setidaknya ia harus menahan kedua itu—meski ia harus mengotori kedua tangannya dengan darah.

Toh, tangannya sudah kotor dari awal. Melesat menuju tempat yang ia maksud .

Ia harus mengentikannya.

"Dia tak perlu mengotori darahnya oleh darah monster."

"Heiwajima Shizuo.. biar aku yang membunuhnya."

Ya, setidaknya ia tidak ingin membuat informan itu menjadi seorang pembunuh. Ia akan membunuh Shizuo dengan tangannya sehingga Izaya tak perlu mengotori tangannya dengan darah busuk milik montser berbentuk manusia itu.

Dan juga Kaizen—setidaknya sekarang gadis itu pastilah menaruh amarah pada Kasane—dia tak bisa membiarkan gadis itu menjadi pembunuh.

Tentu saja bukan?

We Are Here!SH Prior to Two Years Timeskip

Lalu disinilah puncaknya, puluhan orang berkumpul di depan Russian Sushi, termasuk Izaya, Varona, Shizuo, dan Tetsuragi.

Tetsuragi sudah siap dengan senjatanya, sementara di belakangnya Izaya yang sudah tak berdaya.

"Heh.. aku tak menyangka ada orang yang menyelamatkanku..." gumamnya.

"Biar aku yang membunuhnya..."

"Varona..."

"Shizuo-senpai, biar dia aku yang urus—tolong jangan kotori tanganmu."

"Fuzakenaide..." kata-kata Tetsuragi terdengar tajam.

"Tak kan kubiarkan kau menyentuhnya." Hampir saja mereka saling menyerang kalau saja Simon tak menembakkan bom cahaya—yang memudahkan Tetsuragi membawa Izaya pergi.

Keputusan gadis itu sudahlah bulat, ia akan meninggalkan kota ini—sebenarnya ia sudah memikirkan untuk meninggalkan kota ini saat pertama ia menyeret gadis itu dalam dunianya yang bahaya.

Namun kenaifannya membuatnya bertahan hingga sekarang.

Kenaifan yang membuatnya menyesal.

Matahari terbit dari timur, semua yang ada disana terikat oleh bayangan hitam yang terus bertahan hingga sinar matahari cukup terang untuk melenyapkan bayangan tersebut.

Semua tampak bahagia. Namun tidak dengan kedua gadis ini.

"Tetsu-chan?" Kaizen terdiam tak percaya melihat gadis itu berdiri di pinggirang besi—mereka berada di sebuah atap dari bangunan yang tak terpakai—hanya ada mereka berdua.

"Ini sudah keputusanku... aku akan meninggalkan kota ini... jauh—ke tempat dimana tak ada satupun yang mengetahui seorang gadis remaja pembunuh yang bernama Pierrot."

"Tunggu, Tetsu—" ia tak bisa bergerak menyaksikan gadis itu menjatuhkan tubuhnya, sentak beberapa saat kemudian ia berlari menghampiri gadis yang berdiri di bawah itu, mendongakan kepalanya sambil tersenyum kecil, berkata sesuatu sambil pergi meninggalkan Kaizen.

Selamat tinggal—Aku mencintaimu.

Gadis itu terdiam, pertamanya—namun ia tersenyum, menahan sesuatu yang mendobrak ingin keluar dari matanya—namun ia tetap tersenyum. Dalam diam, ia terus menatap langit—mendung, matahari mulai tertutup oleh kelabunya awan, membawa rintik hujan yang menyamarkan air mata gadis itu.

Ia tak kan bisa bertemu kembali dengan gadis itu.

Karena...

Gadis yang mencintainya.

Baru saja meninggalkannya.

We Are Here!SH Prior to Two Years Timeskip

1 Januari 2017

Tetsuragi menatap segelas kopi yang baru saja ia beli dari sebuah café di dekat sana, duduk di sebuah kursi di dekat jendela kaca, membuatnya dapat melihat orang yang lalu lalang di trotoar.

"Huft—kenapa aku malah mengingat hari itu ya?"

Cling Cling

Bunyi lonceng berbunyi, menampakkan sosok gadis bersurai pirang bermantel coklat.

"Permisi boleh aku duduk disini?" tanya gadis itu—Tetsuragi menatap gadis itu dengan wajah kaget—namun tersenyum manis.

"Aku tak menyangka kau dapat menemukan tempat dimana aku berada—" gadis itu tersenyum—sementara sang pirang juga tersenyum—senyum yang di dalamnya terkandung banyak arti.

"—Kai-kun..."

Gadis itu masih tersenyum penuh arti—rasa senang, puas, apalah itu semua bercampur dalam senyum di tengah cuaca Sapporo yang dingin ini.

"Aku menemukanmu—Tetsu-chan."

Sebenarnya hanya sebuah kata-kata yang singkat—namun menyenangkan, melegakan.

Dan sangat kaya akan makna.

Di tengah musim dingin ini—cerita baru dimulai.

TuBerCulocis

Demi gundam Frame Barbatos ASW-G-008! :v apa yang saiya buat ini—demi dewa! Kaya S2 gitu ya jadinya! Ceritanya ambil setting Durarara!SH, alias 2 tahun after timeskip, cuman karena di WAH official ga lanjut-lanjut akhirnya saya singkat disini.

Wuohohoho! Untung saya sudah mendapat izin dari partner saya untuk membuat sequel ini karena namanya ada disini :v jadi main chara lagi, kalo cuman chara yang muncul satu atau dua kalimat si gue ga masalah :v ok abaikan ini.

Kemungkinan bisa aku apdet perminggu, tapi nggak janji lho~ tergantung mood dan yang review!

Jadi kalau mau FF ini dilanjut, harap review karena review kalian membantu Author menumbuhkan rasa semangat mereka dalam menulis

Kuroko Tetsuragi

Juga di upload di pesbuk atas nama Rira Oha Zaiya!