Disclaimer © Furudate Haruichi
For Kurodaiweekends
Shinigami AU
Goodbye, Mr. Shinigami
"Apa kau bisa setidaknya membiarkan aku hidup sedikit lagi?" tanyanya dengan nada sedih dan putus asa. Tidak mengharapkan jawaban yang ingin dia dengar.
"Baiklah. Tapi ketika saatnya tiba, aku akan datang lagi."
XXXX
Sawamura berbaring di ranjangnya, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Cahaya matahari yang panas terik pada bulan Agustus sungguh membakar kulit tapi, ia membiarkannya masuk dari jendela yang tak tertutup tirai. Ia sendirian di sana. Dalam ruangan kecil dan hampir kosong selain ranjangnya, vas bunga yang terletak di atas laci di samping tempat tidurnya, dan sebuah kursi. IV yang terhubung ke pembuluh darahnya, selang oksigen di lubang hidungnya, dan electrocardiogram di samping kanannya yang berbunyi berisik.
Sudah berapa lama ia berada di rumah sakit ia-pun tak ingat. Kenangan terakhir yang ia ingat adalah berakhirnya Spring Cup, saat ia lulus SMA, dan saat ia merasa dunianya berputar dengan cepat dan ketika sadar, ia sudah berada di tempatnya sekarang. Semuanya terasa bohong ketika ia mengingat kenangan-kenangan lainnya.
Kesendirian itu menyakitkan. Itulah yang Sawamura pikirkan. Ia menutup matanya dan serasa menyaksikan rekaman-rekaman kehidupannya mulai terbakar di tengah teriknya matahari. Tak lama, ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Langkah kaki memenuhi ruangan walau tidak bisa menandingi suara electrocardiogram tersebut. Perlahan ia membuka matanya dan melihat Kuroo, berdiri di sampingnya lalu duduk di kursi tersebut. Tubuhnya yang kurus namun tinggi sedikit menghalangi cahaya matahari untuk terus memanggang dirinya.
"Hei, bagaimana keadaanmu?" tanya Kuroo pelan. Sawamura terseyum kecil mendengarnya. Kuroo menggemgam tangan Sawamura erat. Tatapannya sendu dan layu. Sawamura tahu bahwa ia sedang bersedih walau ujung bibirnya terangkat. Ia sudah tidak mengenakan pakaian seragamnya ataupun jersey timnya. Hanya sebuah kaos berwarna hitam polos dan celana jeans panjang, lingkar hitam yang samar di bawah matanya. Yang tidak berubah dari fisiknya hanya bagaimana rambutnya tetap saja berdiri dengan gaya seperti itu. Setidaknya, Daichi bisa sedikit merasa tenang mengetahui bahwa Kuroo tetaplah Kuroo.
"Kau tak cukup tidur?" tanya Daichi balik dengan lemah dan tidak mejawab pertanyaan Kuroo sama sekali.
"Itu bukan jawaban, Sawamura-kun," jawab Kuroo. Ia kemudian menghela napas berat dan diam. Sawamura tidak merasa kesepian lagi. Ia mempunyai Kuroo di sisinya. Tapi menatapnya seperti ini lebih menyakitkan daripada merasa hanya seorang diri. "Oh, aku mendapatkan ini dari wakil kaptenmu," Kuroo meronggoh sakunya dan mengeluarkan sebuah foto berisikan 4 orang dan menunjukannya pada Sawamura. Sawamura berada di tengah dikelilingi oleh 3 orang teman dan sekaligus timnya yang lulus tahun ini dari SMA. Sugawara, Asahi, dan Kyoko. Mereka berempat begitu bahagia di sana.
"Pfft… Mantan wakil kapten sebenarnya," kata Sawamura menahan tawanya.
"Ya aku tahu, mantan kapten Karasuno," jawab Kuroo meledek Sawaura. Sawamura yang mendengarnya tertawa mengingat Kuroo juga sekarang berstatus mantan kapten. Ia tidak tahu Kuroo memberi siapa gelar kaptennya. Mungkin Kenma. Tapi ia tahu kalau setter-nya itu terlalu merasa dibebani bila mendapat julukan kapten. "Aku akan coba masuk Todai. Aku akan lolos ujian masuknya dan aku akan menjadi nerd. Kemudian aku akan masuk ke dalam tim voli. Bermain melawan banyak universitas. Timku akan memenangkan banyak pertandingan dan menjadi nomor 1 di Jepang!" cerita Kuroo dengan nada dibuat seolah ia sangat menantikannya.
"Itu bagus. Kau selalu bilang tidak ingin masuk ke Todai."
"Kau yang bilang aku harus melebihi apa yang aku yakini." Keduanya kembali terdiam. "Akan sangat sepi bermain voli tanpamu, Sawamura-kun," ucap Kuroo lagi dengan sedihnya.
"Kau akan lupa tentangku. Ketika aku menghilang, semua orang akan lupa tentangku," kata Sawamura menatap langit-langit kamarnya lagi.
"Aku tidak mau. Kau sudah menepati janjimu padaku! Ini sudah cukup untukku! Apabila bukan karena kau. Aku tidak akan bisa mengalami semua kenangan ini! Sawamura– Daichi…! Kau tak tahu betapa aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu," kata Kuroo saat ia bisa merasakan tanganya hampir terasa hampa. Ia bisa merasakan tubuh Sawamura menghilang dari genggaman tangannya.
"Akulah harus berterima kasih padamu Kuroo. Kau yang membuatku bisa merasakan hidup. Aku bisa hidup lagi. Meraskan kehidupan seorang anak SMA, bermain voli. Semuanya karena aku bertemu denganmu, Kuroo Tetsurou." Sawamura terseyum lembut dan hangat. Ia melepaskan tangannya dari genggaman Kuroo dan menyentuh pipi pemuda tersebut yang mulai basah oleh air matanya. Kuroo menempelkan wajahnya ke dalam tangan itu. Ia tak ingin kehilangan semuaya.
"Bawalah aku. Bila itu bisa membuatmu tetap ada," pinta Kuroo setengah terisak.
"Aku tak bisa. Kau punya masa depan yang harus kau jalani." Kuroo tak menjawab lagi. Sawamura tahu bahwa waktunya sebentar lagi habis dan ia akan menghilang untuk selama-lamanya. Ia menggunakan seluruh tenaganya untuk duduk di ranjang. Melepas semua alat rumah sakit yang terpasang dalam tubuhnya tanpa melepaskan satu tangannya dari wajah Kuroo. "Kuroo, aku menepati janjiku padamu. Aku tidak bisa membawa seorang bocah yang memohon padaku untuk tetap hidup lebih lama lagi dengan ekspresi putus asa seperti itu. Aku masih ingat bocah yang tidur di sini dan membisikan kata-kata itu padaku 10 tahun yang lalu. Kuroo… berjanjilah padaku untuk tidak menyiakan ini semua. Hiduplah. Kau akan bertemu dengan banyak teman di masa depanmu. Kau akan bertemu dengan orang yang akan mencintaimu dan dicintai olehmu."
"Tapi kau tak akan ada di sana! Bahkan ketika sudah waktunya aku pergi dari dunia ini!" bantah Kuroo.
"Aku tahu… Maafkan aku," ucap Daichi menyatukan dahi mereka berdua. Air mata mengalir deras dari mata Kuroo. Ia tidak dapat menahan rasa sedihnya bahkan tangissannya pecah ketika Daichi membisikan kata 'terima kasih' dan 'selamat tinggal' padanya. Kuroo menangis di sana. Menenggelamkan dirinya ke dalam kedua tangannya. Foto yang ia dapat jatuh ke lantai dan hanya menyisahkan 3 orang di sana.
Perlahan-lahan, Kuroo merasakan ada lubang besar dalam ingatannya yang menyerap sebagian besar kenangan indah yang ia alami bersama dengan Sawamura. Kuroo menangis kencang tidak ingin membiarkannya pergi bahkan dari ingatannya. Meskipun ia tidak seharusnya ada di dunia ini. Akan semua janji yang ia ucapkan kepadanya. Dan ketika ia melihat dirinya pertama kali 10 tahun yang lalu di kamar ini. Semuanya meninggalkan kekosongan belaka.
"Selamat tinggal, Tuan Shinigami," bisik Kuroo untuk terakhir kalinya.
The End
Hari pertama untuk Kurodai Weekends!
Saya sebenarnya mau post dalam inggris tapi berhubung saya bukan fasih dalam sastra inggris jadinya ya lebih enak pakai bahasa sendiri
Setiap kali mikirin plot untuk Kurodai, kenapa yang keluar Kuroo sedih mulu ya. Maafkan saya, Kuroo-san.
Please enjoy dan tunggu 2 fic yang akan datang. Thank you so much!
