Stalker Sempurna

.

Genre : Romance/Humor

.

Pairing : Chiba x hayami

.

Summary :

Chiba mengajak Hayami kencan ke taman bermain. Tentu saja Karma, Nakamura, Maehara dan Koro-sensei tidak akan tinggal diam saat mendengar info ini dari Sugaya. Bahkan mereka menyeret Isogai, Nagisa, dan Yada untuk membuntuti [WARNING! ROMANCE MAKSA! HUMOR GARING! OOC SANGAT!]

.

.

.

Chapter 1 : Pagi Kacau!

Hari minggu, hari dimana para pelajar malas untuk bangun pagi. Hari ini begitu cerah, bahkan burung-burung sudah mulai beterbangan, seolah-olah langit terbelah oleh burung berwarna kecoklatan tersebut. Meski hari minggu disebut hari kebebasan, beberapa orang yang terbilang rajin tengah berlari ringan berkeliling komplek perumahan, beberapa orang juga sudah memulai berkomunikasi dengan para tetangga.

"Aku punya 2 tiket taman bermain."

"…"

Sugaya mengernyit-kan dahinya beberapa kali dengan tetap menahan posisinya yang tengah memegang kenop pintu, dengan Chiba memperlihatkan 2 tiket taman bermain ditangannya. Si seniman muda tersebut perlu waktu untuk menangkap perkataan dari sobatnya. Setelah tersenyum diiringi sweatdrop, ia menutup pintunya dengan bergumam, "Mimpi kali ya…"

Chiba dengan cepat menahan pintu rumah Sugaya, "Gay, plis. Temenin gue ke taman bermain ini."

"Lu gila, ya!? Gak maoo! Cowok sama cowok main di taman bermain!? Gue ga mau dianggap homo! No!" Sugaya berteriak demikian pada si poni abnormal. Teriakannya yang keras pada pagi hari itu membuat para tetangga memerhatikan area sekitar rumahnya, dan tentu saja Sugaya yang menyadari hal itu langsung menutup mulutnya dan kembali berucap dengan suara normal.

"Kalau ke taman bermain, kenapa nggak ngajak Hayami-san aja? Kalian udah pacaran selama 2 bulan, kan?"

"Nggak! Baru 45 hari!"

"Buset! Ampe diitung!" Sugaya berhenti sejenak sebelum melanjutkan perkataannya, "Udah, ajak aja Hayami-san. Kalian belum pernah kencan, kan?"

Chiba tertunduk sebentar, membiarkan suasana menjadi hening selama beberapa menit. "Ya tapi, kan… lu tau sendirilah… hubunganku dengan Hayami kayak apa..."

"Hubungan? Ah, aku baru sadar, meski status kalian pacaran, tapi sikap kalian malah seperti seorang teman saja."

"Iya. Dan kalau aku mengajaknya pergi sekarang mungkin…. MUNGKIN DIA BISA BUNUH DIRI!"

"SERIUS, KENAPA KAMU MALAH MIKIRNYA KE SITU!?"

"Jadi kamu mau pergi bareng nggak?"

"Ogah! Ngapain aku ke taman bermain bareng cowok!?"

"Anggap aja karyawisata anak SD!"

"Emangnya lu anak SD!?"

Akhirnya Sugaya mengalah. Ia menghela napas panjang sebelum berucap, "Ya udah, gue temenin,deh. Tunggu di depan stasiun, ya. Gue gak mau dikira maho kalau berangkat bareng dari tempat yang sama."

Setelah mendengar ini, Chiba mengiyakannya lalu pergi ke tempat yang dimaksud, stasiun. Dan ia tidak tahu, kalau sebenarnya Sugaya tengah merencanakan sesuatu saat Chiba pergi. Sugaya mengambil ponsel di kamarnya lalu menelpon seseorang. "Halo? Hayami-san, tugas observasimu sudah selesai? Kalau belum, mau bikin bareng nggak? Tunggu di depan stasiun, ya."

Chiba menunggu di stasiun terdekat dengan memakai kemeja hijau bergaris dengan kaos putih, dan celana jeans. Tumben-tumbenan ia tidak memakai topi, malas katanya. Tentu penampilan tersebut tak bisa dibilang mencolok, atau terlalu sederhanana sehingga orang-orang lalu lalang tidak mempedulikan keberadaannya. Terlupakan ternyata –maaf, Cuma curhatan pribadi author-

Chiba yang sedari tadi menunggu sobatnya datang dengan bermain HP, namun selama beberapa menit, dia heran, Sugaya kok belum datang-datang juga? Masa' iya dia milih-milih baju dulu, dikiranya anak cewek pengen kencan? Hei, disini Chiba uke-nya tahu. Ok, ok, maaf, Chiba. Bercanda, situ juga udah pacaran sama Hayami, masa' selingkuh sama cowok? Maaf, tadi Cuma pernyataan tidak jelas author, tolong diabaikan.

Setelah menunggu beberapa saat, seseorang datang menghampirinya.

"Lho, Chiba?" si surai senja menghampiri Chiba dengan gaun terusan putih, cardigan pink pucat , serta stocking hitam panjang membuat sosok si gadis membuat wajah Chiba memerah. Andai poninya tidak menghalangi, pasti terlihat mata Chiba yang menatap Hayami dari atas sampai bawah.

"Ada apa?"

"Err…. Bajumu kenapa…?"

"Oh, ini karena ibu menyuruhku memakai baju begini. Aneh, ya…?"

"Manis…" gumamnya pelan. Hayami memiringkan kepalanya, "Apa?"

"Ah, nggak… ngomong-ngomong kenapa kau ada di sini?"

"Oh, aku ada janji dengan Sugaya. Dia bilang mau mengerjakan tugas observasi bersama. Berhubung tugasku juga belum selesai kuketik, dan laptopku sedang dipinjam oleh kakak, akupun menyetujuinya…"

Chiba menjerit dalam hatinya. Cemburu ternyata.

Sialan kau Sugaya. Bisa-bisanya kau berencana mendekati Hayami saat aku menjalin hubungan dengannya. Bahkan Hayami bisa semanis ini untuk bertemu denganmu! Eh, tunggu… bareng Sugaya?

"Kamu janjian sama Sugaya?"

"Iya."

Chiba terhera-heran, masalahnya ia juga janjian sama Sugaya pada saat itu. Ia memikirkan kemungkinan yang terjadi, dan berbunyilah HP Chiba menandakan ada e-mail masuk. Setelah dibuka, ternyata tebakannya benar.

From : Sugaya Sousuke

Subejct : janjian

Maaf, ternyata aku berubah pikiran. Aku nggak mau nemenin cowok ke taman bermain. Jadi, sebagai gantinya, ajak aja Hayami-san.

Sudah kuduga

Batin Chiba yang sudah menduga hal ini. Hayami yang melihat reaksi Chiba setelah membaca e-mail, berujar dengan bingung, "Ada apa?"

"Eh, ah nggak…. Oh, iya. Tadi kamu bilang ada janji dengan Sugaya, ya?"

"Iya."

"Sepertinya dia nggak bisa datang karena suatu keperluan."

"Ooh… begitu, ya… yah, kalau dia nggak bisa, apa boleh buat. Aku pulang saja…"

"Ano… Hayami…"

"?"

"Mau pergi bersamaku?"

"Eh—" Hayami membutuhkan waktu untuk menangkap maksud dari perkataan pacarnya itu. Setelahnya, wajah si surai senja itu memerah dan perkataannya menjadi terbata-bata, "A-a-a-apa maksudmu!?"

"Maksudku ya…. Aku mengajakmu untuk pergi berdua…"

"I-itukan seperti-"

"Kencan?"

Blushing makin parah untuk Hayami.

"Aku memang bermaksud mengajakmu berkencan."

Wajah si gadis tambah memerah, sedangkan Chiba, ia agak blushing, namun tidak separah Hayami. "A-apa?! Kau mengerti, kan arti 'kencan' itu!?"

"Iya, aku mengerti. Itu saat sepasang kekasih berpergian berdua, kan."

"Dan kau mengajakku dengan gampangnya!? Apa kau tidak malu!?"

"Kita kan memang pacaran, jadi wajar kan kalau aku mengajakmu kencan?"

"-!"

Hayami kehabisan kata-kata, dan wajahnya justru tambah memerah karena perkataan Chiba.

"Yah, aku juga agak malu, sih… tapi kita, kan sudah menjalin hubungan selama sekitar 1 bulan lebih, dan aku belum mengajakmu kencan sama sekali. Hubungan kita juga seperti teman biasa. Terus kamu juga makin dekat dengan cowok lain. Jujur, aku cemburu. Erm… intinya sih… karena aku menyukaimu, aku nggak mau kalau sampai perasaanmu padaku memudar."

"J-J-J-J-JANGAN NGOMONG BEGITU DI DEPAN UMUM, B-B-B-BAKA! CHIBAKA! BAKAAAA!"

Tingkat blushing Hayami sudah mencapai tingkat maksimal sehingga ia memukul-mukul Chiba beberapa kali. "Memangnya kenapa kalau aku bilang bahwa aku menyukaimu?"

Hayami berhenti saat mendengar ucapan Chiba kali ini. ia membalikkan badannya untuk menutupi wajahnya yang sudah memerah lebih dari tomat sekalipun. "Ter-terserahmu!"

"A-ano… jadi, Hayami…?"

"… t-terus, kita mau kemana….?"

Masih dengan wajah memerah, Hayami bertanya demikian, membuat wajah Chiba menjadi cerah kembali.

Oh, dan mereka tidak tahu kalau sedari tadi ada 2 orang yang mengawasi gerak gerik mereka yang layaknya sepasang kekasih. Dan 2 orang tersebut adalah…

"Isogai, kau lihat yang tadi?"

"Ya…. Aku nggak nyangka Chiba bakal seagresif itu… mungkin ketularan Karma, ya…. Bagaimana pendapatmu, Maehara?"

"Aku tidak menyangka mereka benar-benar pacaran. Seharusnya aku mempercayai perkataan Sugaya yang mengatakan kalau mereka berpacaran bulan lalu."

"Soalnya mereka bersikap seperti seorang teman saja, sih, ya…."

"Ya. Oleh karena itu, kita butuh kepastian!"

"Kepastian apa…?"

"Kepastian bahwa mereka pacaran! Ikut aku, Isogai, kita akan membuntuti mereka!"

"Hee… begitu, ya…. EEEH!? BEGITU!?" Isogai akhirnya sadar akan rencana Maehara yang terbilang kurang kerjaan. Ia yang memiliki hati bijak berusaha menghentikan Maehara untuk membuntuti Chiba dan Hayami. "Tung- jangan nge-stalk! Nanti ketahuan gimana? Terus emang kamu tahu tempat tujuan mereka?"

"Oh, benar juga, Isogai!"

Si puncuk menghela napas. berpikir bahwa dengan begitu Maehara akan berhenti membuntuti si duo sniper. "Nah, kamu nggak tahu, kan? Makanya kita balik aja-"

"Oleh karena itu, aku akan minta sumber terpercaya!"

"Haaa!? Hei, kamu nelpon siapa!?" Mehara mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi salah satu kontak yang ada. Isogai yang melihat temannya merencanakan sesuatu yang keji hanya bisa terdiam, dan turut mendengar pembicaraan Maehara dengan kontak yang dituju.

"Moshi moshi?"

"Moshi moshi. Sugaya, mau nanya dong."

"Nanya apa, Maehara?"

"Beberapa saat yang lalu si Chiba datang ke rumahmu nggak?"

"Iya, dia datang ke rumah jam 7, tapi ia sudah pergi."

"Kira-kira dia pergi kemana?"

"Hmm… tadi dia nunjukin tiket taman bermain paling terkenal di Takamagahara. Mungkin dia ke sana bareng Hayami-san. Emangnya kenapa?"

"Makasih, Sugaya. Sebenarnya aku dan Isogai lagi dalam keadaan kritis. Jadi, kamu cepetan ke stasiun, ya. Ditunggu loh! Sampe gak dateng, gue bakal ngalangin hubunganmu dengan Nakamura."

"Oh- hei-"

Belum Sugaya menyelesaikan ucapannya, telepon sudah ditutup oleh Maehara. Sugaya tentu terheran-heran mendengar kata 'Chiba' dan 'kritis'. Ia pikir, apa hubungannya si Chiba dengan keadaan kritis maehara? Cukup membingungkan. Mana lagi si cowok dengan model rambut yang kembaran dengannya itu bilang bakal ngalangin hubungan sama Nakamura. Emangnya apa hubungannya Sugaya dengan Nakamura? Deket aja nggak. Tapi dari pada tralalala trilili, Sugaya memutuskan untuk mengiyakan perintah dari Maehara –walau sebenarnya ia nggak sudi diperintah oleh si playboy satu itu-

Sesampainya di stasiun, Sugaya bertemu dengan beberapa temannya, yaitu Maehara, Isogai, Karma, Nagisa, Nakamura, dan Yada. "Akhirnya dateng juga, pusat informasi terpercaya, wikipedia!"

"Wikipedia…?" Sugaya merasa aneh dipanggil dengan julukan terbarunya 'wikipedia'. Dia juga bingung kenapa ia dipanggil wikipedia. Seniman kurus ya okelah, lah ini wikipedia?

"Dengar ini, Wiki-"

"Gue bukan wiki"

"Jadi ceritanya kita mau melacak kegiatan target kita yang ternyata telah memiliki hubungan yang tak kita kehui, oleh karena itu, kita harus buat lajur tempur-"

"Bilang aja pengen nge-stalk orang pacaran."

"Udah, dong, kalian…. Nanti kena marah, lho…" sekali lagi, Isogai berusaha untuk menghentikan sahabat baiknya itu.

"Bawel, ah, Isogai! Mending kamu diem aja, deh kalau mau kutraktir makan steak!"

Traktir makan steak…. traktir makan steak…. makan steak…. steak….

"Yasudah, deh…" malah Isogai yang nyerah dengan disogok oleh steak. "Isogai-kun ternyata gampang disogok, ya…"

"Ekhem- intinya, sih… kita akan membuntuti Chiba dan Hayami ke Takamagahara!"

"Pantesan tadi nanyain si Chiba. Ternyata pengen nge-stalk…."

"Oh, dan untuk meramaikan, aku memanggil beberapa teman kita."

"Kukira si Maehara-kun kesambet apa ngirim e-mail pake bahasa g…."

"Maaf, Nagisa. Sepertinya aku gagal untuk menghentikannya…"

"Yaaah…. Mungkin malah kau yang dihentikan oleh Maehara-kun…. Nggak apa, sih… Toh, aku juga agak penasaran dengan hubungan mereka berdua…."

"Heee…. Kau tertarik, Nagisa-kun? Tumben~"

"Iya, iya. Biasanya bakal menghentikan kita~"

"Aku udah nggak bisa menghentikan kalian yang udah bergerombol buat hal gak penting macam ini, Karma-kun, Nakamura-san…"

"Huwaaa! Aku sangat tertarik dengan masalah percintaan Rinka-chan! Anak itu nggak pernah ngomongin cinta sih~!"

"…Yada-san…."

"Ngomong-ngomong Nagisa-kun, tadi pas aku ngajak Kayano-chan ikut, dia nggak mau waktu aku bilang bahwa kamu juga ikut, lho~ kau tahu alasannya?"

"Y-yaah… mungkin gara-gara aku menciumnya beberapa hari lalu…. Aku harus minta maaf lagi nanti…"

"Niatnya minta maaf, tapi pas nyampe di rumah doi malah mesam mesum~"

"Aku nggak mungkin gitu, Nakamura-san…"

"Oke, menurut wikipedia, Chiba dan Hayami udah jadian. Tapi dengar, ya…. Kita belum tahu hubungan mereka emang bener-bener pacaran atau nggak, jadi jangan kasih tahu Koro-sensei dulu!"

"HA'I!" semuanya berteriak setuju –tentu Isogai dan Nagisa nggak ikutan, sebab mereka masih waras. Iya, waras.

Namun, tanpa diketahui sejak kapan, Koro-sensei juga sudah berada di lingkaran mereka. Maehara baru saja menyadari hal tersebut saat mau memberi instruksi selanjutnya, "Ok, teman-teman, pertama-tama nanti kita bakal jumlahin poin yang a-DAAAA!? KORO-SENSEI! SEJAK KAPAN ADA DI SITU!?"

"Nyuyaaah….. sensei kan juga mau mengetahui kisah percintaan anak muridku…"

"Kisah percintaan itu privasi tiap orang, tahu!"

"Bisa-bisanya kalian bilang begitu padahal kalian juga mau membongkar privasi mereka…."

~ TBC ~

YES! Slese juga 1 chapter~!

Sebenarnya author udah selesai bikin sampai habis, tapi kan nggak enak kalau semuanya digabungin.

Terus kalau digabung, words nya udah mencapai 6.000+ lho

Kan kalian-kalian males baca kalau udah panjang-panjang begitu

Oke, ditunggu reviewnya~

Minggu depan:

"A-aku nggak… takut…"

"AAAAAAAA-! MANA PINTU KELUARNYA, SIH!?"

"Jangan-jangan kalian… LUPA!?"

Selanjutnya di Stalker Sempurna,

Chapter 2 : Rumah Hantu Nyebelin!