Bad Boy, Good Boy
A Jaehyun x Taeyong―Jaeyong―fanfiction
by chrysantscent
Dingin, sinis, namun sialannya, populer, pintar dan berbakat. Mata hitam yang menyorot tajam seakan menusuk langsung ke jiwa orang yang melihatnya. Dia selalu dikelilingi gadis-gadis penggemar dan teman-teman kaya. Itulah kesan pertama dari Lee Taeyong untuk Jung Jaehyun. Cukup mengesankan.
Jaehyun selalu suka sisi lembut seorang wanita, apalagi lekuk tubuh mereka, jadi pikiran untuk menjadi gay, atau bahkan biseksual tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Semua hal tentang Taeyong ini dimulai murni atas dasar rasa penasaran, karena Taeyong mahasiswa paling populer di Universitas.
Anime guy adalah salah satu sebutannya. Karena banyak yang bilang wajahnya mirip karakter manga atau manhwa. Untuk yang itu Jaehyun setuju. Sebutan lain; Prince Taeyong? Ty? Ty track? Atau sesuatu aneh lain yang seperti itu.
In short, kalian bisa menganggap dia hampir… oke, sangat sempurna, jika memang ada orang yang seperti itu. The straight-A student and President of the Swimming Club. He can rap, dance, and cook. Rambut hitamnya terlihat halus saat disentuh, jatuh menutupi dahi. Kombinasikan itu dengan imagenya sebagai cool city guy. Begitulah dia. Lee Taeyong si fake good boy yang mengagumkan.
Fake?
Nah, kenapa Jaehyun memanggilnya seperti itu?
Karena itulah dia.
Kalian mungkin berpikir jika Jaehyun hanya iri, tapi bukan itu masalahnya. Dari hasil pengamatannya, sejauh ini yang bisa Jaehyun lihat dari Taeyong adalah kepalsuan. Dia memakai topeng dengan begitu apik, tapi itu tak bisa membodohinya. Jaehyun tahu. Taeyong tahu Jaehyun tahu dan menghindarinya. Bukankah itu terlalu jelas?
Dia, Jaehyun adalah jenis anak nakal dengan reputasi buruk dan nilai akademik sama buruknya. Jenis orang yang selalu disebutkan para orang tua untuk dihindari oleh anak mereka. Jet black hair with one side shaved? Check. Pierching? Check. Tattoo? Check. Smoking? Check. A bad boy? Totally. Berkelahi adalah makanan kesehariannya. Dan dia terlatih untuk mencari kelemahan orang lain, jadi tidak aneh kan jika dia tahu jenis orang macam apa itu Lee Taeyong?
Sebenarnya Jaehyun mahasiswa yang cukup pintar. Jika dia mau dia bisa mendapatkan nilai bagus. Tapi tidak ada yang peduli, kan? Jadi mengapa repot-repot?
Kalian boleh menyebutnya narsis, tapi menurutnya dia punya wajah yang cukup tampan. Menjulang seratus delapan puluh lebih dengan well built body dan fashion sense di atas rata-rata. Jaehyun bisa dikatakan cukup menarik. Terbukti dari tatapan para gadis-gadis cantik setiap kali dia lewat, yang sesekali dia ajak kencan jika gadis itu termasuk tipenya. Bagaimana dengan pria? Dia tidak pernah repot-repot melayani mereka, bahkan yang jelas-jelas mencoba flirting padanya. Tidak pernah.
Setidaknya begitulah sampai Jaehyun bertemu dengannya. Lee Taeyong.
Jujur saja, ada sesuatu yang menggelitiknya saat dia melihat Taeyong. Bahkan di saat tertentu, Jaehyun ingin sekali menyelamatkannya dari kerumunan orang yang selalu ada di sekitarnya, menariknya dari sana agar dia bisa mendapat sedikit udara bebas. Jengah sekali rasanya melihat dia berusaha mempertahankan kesan aku-anak-teladan-dan-favorit-para-pengajar tiap kali dosen memintanya membawa sekumpulan buku ke kantor sambil diajak membicarakan hal membosankan untuk ke sekian kalinya.
Taeyong jelas mengalami pertempuran internal dalam dirinya. Jaehyun tidak tahu bagaimana orang lain tidak bisa melihat itu. Apa mereka buta?
Tapi di situlah menariknya. Itu yang menjadi alasan Jaehyun selalu mengawasinya dari jauh. Kapanpun saat dia punya waktu atau kesempatan, dia akan melakukannya.
Well, meski pada akhirnya, awal interaksi langsung mereka tidak bisa dikatakan baik.
Itu terjadi di suatu hari.
Taeyong baru selesai berenang dan menuju ruang ganti setelah mandi. Sebagai ketua klub renang, dia mendapat akses bebas untuk menggunakan kolam renang sekolah. Biasanya akan menghabiskan beberapa jam di sana sampai sore jika sedang banyak pikiran.
"I've seen this before. This sensation... I get it now. This is what I wanted. No need to rely on or work with other people. I just want to drift through the water alone in silence."
Dia sudah seperti Haruka Nanase yang mencintai air, kan? Aneh sekali.
Taeyong sedang mengganti pakaiannya saat telepon genggamnya berdering. Dia bahkan tidak memperhatikan Jaehyun yang sedang merokok di sudut ruangan ganti yang gelap, menatap tubuhnya yang kini setengah telanjang.
"Aboji? Ya, aku ingat pesta itu. Ya, aku mengerti, aku akan datang tepat pukul delapan."
Karena dia jelas tidak mengira ada orang lain di sekitarnya saat itu, Taeyong membuat ekspresi jengkel di wajahnya, terlihat sangat berbanding terbalik dengan suaranya yang sopan dan lembut saat dia bicara.
Jaehyun memperoleh sedikit hiburan saat melihat Taeyong melempar ponselnya ke dinding hingga benda itu hancur. iPhone 7, eh? Sayang sekali, pikirnya.
"Sial! Dia pikir dia siapa? Mengaturku tiap saat?! Brengsek!" Wajah tampannya yang selalu tenang berubah menyeramkan.
Jaehyun tidak bisa menahan tawanya. "Pft. Ini lucu, sungguh, topeng anak baikmu itu, sampai kapan kau mau memakainya? Aku penasaran dengan reaksi penggemarmu jika melihatmu seperti ini, Lee Taeyong."
Jaehyun menyeringai saat Taeyong menoleh hanya untuk memelototinya. Jaehyun mematikan sisa rokoknya di lantai yang dingin dengan menginjak itu. Pelanggaran? Memang Jaehyun peduli?
"Sudah berapa lama kau di sana?"
Suaranya tidak terdengar menyenangkan, tapi Taeyong masih sepuluh tahun terlalu dini untuk bisa mengintimidasi Jaehyun.
"Belum lama. Tapi cukup untuk mendengar rengekkanmu tentang ayahmu itu." Jaehyun mengejeknya. "Lagi pula, salahmu sendiri yang tidak sadar aku merokok di sana. Aku rasa aku tidak cukup kecil untuk dianggap tidak terlihat."
Jaehyun membungkuk mendekatinya dan meletakkan tangannya di loker, tepat di samping kepala Taeyong, yang membuatnya terpesona oleh si pemuda Lee. He's look hella pretty.
"Berhenti berlagak seolah kau mengenalku jika kau tidak tahu apa-apa. Itu menjengkelkan." Cemberutnya berganti menjadi seringai. "Dan ada apa dengan sikapmu ini? Apa menurutmu kau sedang berhadapan dengan seorang gadis sekarang? Get the fuck off of me right now, bastard."
Jaehyun tersenyum dingin padanya. "Aku bisa menjadikanmu gadisnya di sini jika aku mau." Jaehyun menertawakan ekspresi serius bercampur kesal di wajah Taeyong. "Just kidding. Untungnya, I'm not gay. Jika pun aku gay, aku tidak akan mencari tipe-tipe fake sepertimu. Jadi, kemana pesona tampanmu lari, Prince? Oh, aku lupa, sejak awal kau memang tidak punya―"
Sebuah pukulan mendarat di pipi kanan Jaehyun. Atau hampir, jika saja Jaehyun tidak cukup cekatan dan terampil untuk menangkasnya dengan lengan kanannya. Taeyong mendorong bahunya kasar dan melewatinya begitu saja, meraih tas ranselnya di bangku, memakai jaket, dan sudah menuju pintu sekarang.
"Aku sudah melihat sisimu yang ingin kau sembunyikan. Kau harus berusaha lebih keras untuk mempertahankan harga dirimu itu di depan orang lain. Itu pasti sangat melelahkan, aku akan menunggu dengan sabar dan melihat sampai berapa lama kau akan berhenti." Jaehyun tersenyum dan bersandar pada loker.
Taeyong berhenti dan berbalik menatap Jaehyun dengan angkuh. "Kau hanya membuang-buang waktuku. Sayang sekali aku tidak akan mempedulikan orang sepertimu. Trouble maker? Trash? Worthless? Bukankah orang-orang sering memanggilmu begitu?" Taeyong meniru nada Jaehyun dengan senyum manis memuakkan.
Jaehyun seharusnya tidak mudah terpancing, karena itu bisa membuatnya kalah dengan mudah. Tapi apa yang Taeyong ucapkan membuat Jaehyun kesal, karena itu memang benar. Jaehyun terlahir untuk membuat masalah, dan mungkin itulah sebabnya dia ditinggalkan di panti asuhan. Tidak lama setelah dia memukuli salah satu anak hingga babak belur, dia akan dipindahkan ke panti asuhan lainnya. Ini sudah seperti siklus tanpa akhir sampai Jaehyun cukup umur dan bisa hidup sendiri.
Orang tua asuh yang membawanya, yang berusaha menjinakkannya, akan langsung menyesali keputusan mereka. Berakhir dengan kalimat "Kami minta maaf, Jaehyun, tapi kami bukan orang tua yang cukup baik untukmu." Bahkan di benak anak-anaknya, Jaehyun tahu bahwa itu hanyalah cara halus para orang dewasa untuk mengatakan "Jaehyun, kami tidak menginginkanmu."
Jaehyun melipat tangannya di depan dada, menatap Taeyong dengan meremehkan. "Hah, sepertinya hidupmu juga penuh masalah, Yongie." Jaehyun tersenyum manis padanya. "Karena jika tidak kau tidak pasti tidak akan meluapkan kekesalanmu pada ponselmu yang malang dan tidak berdosa itu."
Beruntung bagi Jaehyun, Taeyong hanya memberinya tatapan tajam saat ini.
"Jangan panggil aku Yongie, bastard." Dia menekankan setiap kata, giginya terkatup saat mengatakannya, memberi Jaehyun tatapan tajam terakhir dan meninggalkan ruangan.
Jaehyun belum puas dan kembali mencari ulah dengan memanggilnya. "Aw, you're so cute, Yongie baby!"
Melihat Taeyong yang langsung berbalik, hanya untuk memberinya jari tengah dan umpatan fuck you membuat Jaehyun menyeringai.
Itu adalah pertemuan yang menarik.
Jaehyun telah melihat sisi lain dari seorang Lee Taeyong yang tak orang lain tahu. Tapi jika saja Jaehyun tahu bahwa karma itu ada, dia pasti akan memilih menutup mulutnya dan pergi. Itu lebih aman daripada harus mencari masalah dan berhubungan dengan Taeyong di masa depan.
Jaehyun tinggal di asrama Universitas dan baru saja berhasil menakut-nakuti teman sekamarnya yang baru, Sicheng, beberapa hari yang lalu hingga dia meminta pindah. Sebenarnya Jaehyun sama sekali tidak punya masalah dengan mahasiswa baru berkewarganegaraan China itu. Dia polos, lucu, dan belum lancar bahasa Korea membuatnya gampang dibodohi, tapi tanpa teman sekamar, akan ada lebih banyak ruang untuk barang-barangnya.
Jaehyun melirik sambil mendesah puas ke ranjang lain di ruangan itu; berantakan dengan beberapa buku, majalah porno dan beberapa bungkus makanan sisa miliknya―yang membuatnya ingat jika dia harus ke supermarket untuk membeli ramen dan makanan ringan lain jika tidak mau kelaparan.
Ketika Jaehyun kembali, hal pertama yang dia lihat adalah tempat tidurnya, yang kini menjadi sangat berantakan dengan semua barang yang tadi ada di ranjang sebelah. Tepat saat Jaehyun hendak menggumamkan sesuatu yang bodoh seperti 'Wow! Ini sihir' atau semacamnya, pintu kamar mandi terbuka.
Jaehyun menatap. Sosok itu balik menatapnya.
Jaehyun tidak tahu berapa lama mereka saling menatap dengan syok begitu, tapi Taeyonglah orang pertama yang memecah keheningan.
"Jadi kau teman sekamarku yang baru? God."
Taeyong menatap Jaehyun jijik, memutar mata dan mengambil celana jeans yang tergeletak di tempat tidurnya.
Saat itulah Jaehyun baru melihat betapa cantiknya dia sebenarnya, terlepas dari semua sifatnya yang menjengkelkan.
Tetes air yang jatuh dari kulitnya terlihat sangat seksi sampai Jaehyun ingin menjilatnya, satu per satu. Hanya handuk yang melilit pinggul, membuat Jaehyun menahan napas dan berpikiran yang tidak-tidak tentang bagaimana jika kain sialan itu dienyahkan untuk menampilkan apa yang tertutupi. Mata Jaehyun dengan tidak sopannya menjalar ke lengan atas dan perut Taeyong yang kencang. Not muscular but lean and tight. Pasti didapatnya dari berenang, pikir Jaehyun. Bibirnya tipis berwarna pink dan terlihat kissable. Jaehyun membayangkan bagaimana rasanya saat itu dipakai untuk sesuatu yang ada di selakangannya.
"Suka dengan apa yang kau lihat?"
Jaehyun membelalakan matanya. Apa yang baru saja terjadi? Apakah dia baru saja menatap tubuh laki-laki dengan pikiran seperti itu? Oh, god. Entah bagaimana, Jaehyun berhasil memulihkan ketenangannya. "Kurasa, tapi itu tidak sebagus milikku, tentu saja."
Kali ini, Taeyong tampak tidak terpengaruh. Jaehyun berharap jika itu hanya imajinasinya saja, tapi Taeyong terlihat… menyeringai senang?
"Really?"
Dia melangkah mendekati Jaehyun sampai tubuh mereka saling menempel, menyisakan jarak diantara kedua bibir itu hanya beberapa milimeter. Jaehyun bisa merasakan napas hangat Taeyong berbaur dengan miliknya, dan aroma shampo yang dikombinasikan dengan panas tubuh itu membuat jantung Jaehyun berhenti. Secara harfiah.
Jaehyun berjuang mengendalikan dirinya bahkan saat tubuhnya mulai menyerah pada keinginan untuk menyentuh sosok di hadapannya ini. "Aku bisa memberikan bukti, jika kau mau." Jaehyun tahu dia bisa saja termakan oleh kata-katanya itu.
"Bukti?" Taeyong menyeringai. "Yang aku butuhkan hanya ini." Tangannya meremas barang pribadi Jaehyun yang masih terbungkus celana jeans biru gelap dengan kasar. Tanpa disadari―dan sangat enggan―Jaehyun mengerang.
"You liked that, I got it," katanya dengan nada mengejek.
Jaehyun mencari-cari sisa kendali dirinya sebelum hilang sepenuhnya. "Tidak, tidak. Aku seorang pria, tubuhku merespons setiap sentuhan. Now get your dirty hand off me. I feel so gay right now."
Jaehyun mengulurkan tangan untuk mendorong Taeyong pergi, hanya untuk menerima remasan yang lebih kuat pada barang pribadinya dari Taeyong, membuat itu semakin berkedut dan membengkak di balik celana.
Fuck.
Tubuh Jaehyun seakan mengkhianati pemiliknya. Alih-alih mendorong Taeyong menjauh, kedua tangannya justru mencengkeram bahu itu agar tidak bisa kemana-mana saat dia mulai menutup mata dan menikmati sentuhan itu. Samar-samar, Jaehyun bisa mendengar seseorang mengerang. Apa itu dia? Jung Jaehyun fucking moan right now? Because of a man?
Jaehyun bisa merasakan sabuknya mulai dibuka, juga retsleting celana jeansnya yang ditarik turun. Taeyong mendorongnya ke tempat tidur, hingga terduduk dengan punggung menempel pada dinding dingin.
"What a good, obedient boy you are. Aku tidak pernah menyangka hanya dengan sentuhan kecil saja kau sudah bisa kutaklukan begini."
Taeyong menjilat di bibir bawah Jaehyun, merasakan itu dengan lidahnya, lalu menggigitnya dengan menggoda.
"W-wait, apa yang kau―"
Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, bibir Taeyong sudah lebih dulu menutup bibir Jaehyun sepenuhnya dengan miliknya. Itu terasa hangat dan lebih memabukkan dari bibir gadis mana pun yang pernah Jaehyun cium.
Jaehyun tenggelam dalam ciuman mereka seperti anak ingusan yang baru pertama kali berciuman. Di belakang pikirannya, dia tahu harus melakukan sesuatu untuk membalas ini. Tapi saat lidah panas meluncur masuk dan mengobrak-abrik mulutnya, Jaehyun benar-benar kehilangan kendali dan pikirannya. Dia sibuk membalas ciuman Taeyong dengan penuh semangat, menarik tubuh itu lebih dekat sekaligus menyentakkan pinggulnya pada tangan Taeyong dengan irama yang biasa dia gunakan saat sedang memuaskan para gadis. Tangannya mencengkram bahu telanjang sosok dihadapannya.
Taeyong terkekeh, melepas ciuman itu.
Jaehyun mengerang lagi saat tangan hangat Taeyong menurunkan boxernya dan kini memegang barang priabadinya itu tanpa penghalang apapun. Benda itu sudah basah oleh precum. Sial! Tubuhnya benar-benar mengkhianati Jaehyun.
"It feels good, doesn't it? Kau terlihat sangat menikmati ini, Jaehyun."
Entah kenapa, tapi suara rendah Taeyong terdengar sangat seksi saat ini. Jaehyun akan dengan senang hati mendengarnya terus bicara, apalagi berbicara kotor. That's make him so aroused.
Taeyong menelusuri pembuluh darah di sana dengan satu jari, berhenti sejenak saat mencapai ujung lalu menggoda tempat itu dengan ibu jari melalui gerakan melingkar perlahan, memunculkan geraman rendah dari Jaehyun yang mengklaim bibirnya lagi dalam ciuman liar.
"Fuck. That feels good," gumam Jaehyun tak tahu malu.
Taeyong tidak membalas dengan ucapan, melainkan semakin mempercepat gerakan pompaannya. Dia menyeringai pada Jaehyun, semua ekspresi dinginnya hilang. Yang menggantikannya adalah ekspresi kepuasan seseorang yang tahu bahwa dia sepenuhnya yang mengendalikan di sini, dan dia menyukainya. Lihat saja seringainya saat dia meningkatkan kecepatan tangannya.
Jaehyun sudah dekat... begitu dekat.
"Yeah, fuck! I'm... I'm cumming. Taeyong―"
Jaehyun bernapas dengan susah payah, mencengkramkan tangannya pada tangan Taeyong di bawah sana. Lalu tiba-tiba, itu hilang. Gengaman nikmat di barang pribadinya yang berdenyut sakit itu hilang. Selama beberapa detik, pikiran Jaehyun tidak sepenuhnya bisa memproses apa yang terjadi.
"Yup, Jaehyun, bukti diterima. Aku sudah melihatnya sendiri; you absolutly want me." Seringai kemenangan itu kembali di wajahnya, membuatnya terlihat seperti iblis dengan senyum malaikat. "Take care of that on your own, oke? Lain kali cobalah untuk tidak menyerah begitu cepat. Heh. Kau sama sekali tidak asik."
Dengan itu Taeyong memakai celana jeans dan kemeja, pergi meninggalkan ruangan.
Dan kemudian Jaehyun tersadar.
Jaehyun merasa tubuhnya sangat panas tapi begitu frustrasi, hingga mungkin dia akan memperkosa Taeyong saat itu juga jika dia tidak melarikan diri. Jaehyun mengertakkan giginya, menerima kekalahannya dengan menghabiskan waktu di kamar mandi untuk mengurusi adik kecilnya yang minta ditidurkan.
Dia sangat marah. Pada dirinya sendiri karena bisa dengan mudahnya menyerah pada sentuhan amatiran dari laki-laki, dan pada Taeyong, karena dia sudah menjadi bajingan dengan menyiksanya secara seksual dan mempermalukannya hingga seperti itu.
Lalu selanjutnya hanya kilatan milik predator yang memenuhi mata Jaehyun.
"Aku akan membalasmu, bastard."
Lanjut / Delete?
Mind to Review?
