Hi guys!Ohayou Gozaimasuta!
hari ini Rui mempost cerita comeback Rui setelah hiatus hampir 2 tahun.
Cerita ini Rui buat selama Hiatus,sebenarnya Cerita ini cerita biasa cuman Rui tertarik untuk memasukkan ke ffn.
Mungkin cerita ini bakal banyak OC/kengawuran/OOC
enjoy *or not
.
.
.
.
JIKA kau menyelam ke dalam Samudra Pasifik sambil menutup mata dan membayangkan hal-hal menyenangkan, kau akan menemukan Portal Kristal.
Portal Kristal menghubungkan "dunia kita" dengan "dunia mereka". Dunia mereka sangat indah dan dikelilingi padang rumput kaca serta hutan-hutan yang menakjubkan. Kerajaan terbesar adalah Imaginatio Kingdom yang terletak di tengah-tengah Moor dan dipagari hutan pinus putih yang indah. Istana raja, terletak di atas bukit dan terbuat dari kaca, sehingga disebut dengan "Glass Castle". Para peduduk menyebutnya Glastle.
Glastle memiliki dua ratus ribu kamar-belum termasuk ruang-ruang rahasia-dan empat menara utama.
King Jiraiya Marione yang bertubuh tambun dan amat ramah tinggal disana dengan istrinya, Queen Tsunade Yvonne serta putri mereka yang masih kecil, putri mahkota Shion Marione.
Meskipun begitu megah, Glastle sangat sepi.
Hanya sekitar tiga ratus orang yang tinggal di dalamnya, termasuk para pelayan dan prajurit serta pengawal. Bayangkan betapa sepinya lorong-lorong Glastle saat siang, dan betapa mencekamnya malam hari di sana.
Sejak dahulu, Glastle tidak pernah tidak diserang. Selalu ada saja yang ingin menjamah Glastle dan seluruh isinya dan tentu saja-menghancurkannya.
Penyerangan terhadap Glastle terakhir kali dilakukan oleh Pemanah Sagitarius yang pemberani namun tamak. Glastle selalu terlindungi, berkat adanya Guardian.
Guardian menjaga Glastle dengan kekuatan spesial mereka, dan tidak ada yang bisa menembus benteng mereka kecuali sesuatu yang benar-benar culas, kejam, dan picik. Beruntunglah, selama ini Glastle selalu diserang orang-orang bodoh yang otaknya tembus pandang.
Belum pernah ada kekuatan picik yang sebenarnya, kekuatan dari mereka-mereka yang benar-benar sangat jahat. Sepanjang sejarah Imaginatio, kekuatan terjahat yang pernah menyerang Glastle adalah sihir Lady Karura, adik kandung Raja ke tiga. Lady Karura dikalahkan oleh Guardian dan meninggal. Meskipun begitu, ia hampir menembus benteng Guardian dan membunuh Healer yang berkuasa saat itu.
Sekarang, King Jiraiya sedang berdiri di Great Hall Glastle, dihadapan keempat wanita: Hotaru,Mikoto,kushina dan Kin(tdk terlalu tahu karakter naruto&disini kushina/mikoto tidak ada hubungan darah dengan Sasuke & naruto)
"King, tugas kami telah selesai," kata Hotaru -meskipun sangat kurus-terlihat sangat rupawan dibalik gaun emasnya. Itu adalah hari terkahirnya di Glastle, dan itu adalah Gaun Kebesaran Mage, dan hari itu adalah hari terakhirnya sebagai Guardian's Mage. Mikoto,Kushina dan Kin berdiri sejajar dengan gaun kebesaran mereka masing-masing. Usia mereka kini dua puluh tiga tahun, dan artinya tugas mereka sebagai Guardian selesai.
King Jiraiya tersenyum sendu, tidak ikhlas. "Putri-putriku, terimakasih atas perlindungan kalian dan pengabdian kalian pada Imaginatio dan Glastle."
Mikoto Sang Hunter berlutut dan menarik sesuatu keluar dari gaunnya. "Busur ini... kubuat untuk Hunter terpilih berikutnya. Kubuat dengan sihir putih dan batuan langka."
King Jiraiya mengambil busur panah yang berkilauan itu. Busur itu dingin, tetapi seolah-olah mengalirkan kebahagiaan bagi para pemegangnya.
"Aku tersanjung, Putriku. Ini indah," kata King.
"Busur itu istimewa." Jelas Mikoto singkat. "Hanya untuk hal penting saja,"
"Hanya untuk hal penting saja," ulang King. "Aku mengerti,"
Kini, giliran kushina Sang Knight yang berlutut. Ia mempersembahkan sebuah pedang yang indah, memancarkan keberanian dan hasrat akan darah. Pedang itu berselimut sarung dari kawat baja yang dipilin dan berat. King Yosua hampir tidak bisa mengangkatnya, tetapi dengan seluruh kekuatannya, ia mengeluarkan pedang itu keluar dari sarungnya.
Hal pertama yang dirasakan King adalah semangat.
"Batuan biru itu, yang ada di pegangannya kutetesi dengan darah unicorn yang sangat berharga. Knight berikutnya akan menjadi sangat hebat dengan pedang ini," ucapnya menggebu-gebu.
"Oh! Kushina! Jenius sekali!" King tersenyum puas.
Sekarang Hotaru Sang Mage yang berlutut. "Tongkat spesial untuk orang spesial," ucapnya. "Aku harap penerusku senang."
King menatap lekat-lekat tongkat sihir yang dibuat Femina. Indah dengan batuan ungunya yang memancarkan cahaya. "Tentu, Hotaru. Dia akan sangat senang,"
Terakhir,Kin.
Kin adalah healer yang sering diremehkan, dan ia sangat membenci keluarga kerajaan. Ia tidak mengerti mengapa pada saat itu ia terpilih menjadi healer dan dipaksa latihan serta melawan mahkluk-mahkluk buruk rupa yang lupa dimana otak mereka. Ia berlutut menghadap King dengan enggan.
"Belati terbaik." Katanya. "Penuh amarah, dendam. Hanya dapat digunakan sekali seumur hidup,"
King sangat ngeri dengan semua ucapan Kin. Ia menatap dalam belati yang bercahaya bagai terbakar itu.
Kin sudah memantrainya dan memberinya kutukan.
Ibu Kin adalah seorang peramal, dan Kin bisa meramal meski tidak sehebat Ibunya, Lady Patricia(maap-_- Oc).
"King," panggilnya dengan wajah serius. "Akan ada seorang lagi Guardian. Dia jahat. Waspadalah. Penerus Healer akan ada dua. Ini ramalanku yang terakhir."
Kemudian setelah mengatakan itu, Kin meninggal di hadapan King. Tidak ada yang tahu mengenai penyakit paru-parunya.
Kemudian seorang Ibu yang kaya raya menggendong putrinya yang berusia dua belas tahun ke hadapan King. Gadis itu sudah mati. Sesuai undang-undang Imaginatio, anak dibawah umur yang meninggal harus segera dibawa ke hadapan King, agar anak itu bisa dimakamkan secepatnya di Benteng Awan, sebuah pemakaman khusus yang dibuat Hunter generasi pertama.
"Katakan padaku, siapa nama gadis mungil ini," kata King.
Para tabib kerajaan sudah membawa mayat Kin keluar, dan para mantan Guardian lain mengikuti tabib-tabib itu.
"Haruno Sakura, anak pertamaku." Isak si Ibu.
Saat itulah si gadis cegukan, ia kembali hidup entah mengapa. Dan pada saat yang sama, King merasakan getaran yang mengguncang.
"Ia sudah sembuh, bawa ia pulang, Lady."
Hari ini adalah hari kelima setelah kematian Kin, cegukan Sakura, dan pelepasan Guardian. Para Guardian lama-Guardian Generasi ke sembilan puluh sembilan-telah pulang ke rumah mereka masing-masing di perbatasan Moor dan Hutan Pinus. Tugas mereka sudah selesai, dan King sudah terbiasa melepas para Guardian yang selesai tugas. Tapi peristiwa pelepasan Guardian Generasi ke 99 masih membekas di hati King, terutama saat Healer ke 99 meninggal di Glastle saat Upacara Pelepasan.
Ramalan Kin masih berdengung di telinganya dan memukul-mukul hatinya. Akan ada Guardian jahat. Akan ada dua Healer.
Sementara King masih merenung di balkonnya, Queen Tsunade mendekat dan merangkul pundaknya. Bulan tampak samar tertutupi awan abu-abu di langit, tetapi bintang-bintang masih sama cerahnya seperti malam-malam yang sudah-sudah.
"Sudah saatnya mencari Guardian Generasi ke 100," kata Queen tak sabar. "Aku tidak percaya pada ramalan! Jangan lemah hanya karena ucapan Kin, kau tahu? Dia agak... aneh bukan?"
"Tapi ramalannya tidak pernah meleset."
Queen tersentak. "Baiklah. Kita lihat saja kelanjutannya." Katanya kalem. "Sudah hampir tengah malam! Kita harus ke alun-alun dan... dan... mencari Generasi ke 100!"
King mengikuti Queen dengan pakaian bangsawan terbaik milik mereka. Peristiwa pemilihan Guardian selalu menjadi sejarah dan perayaan untuk menyambut Guardian ke 100 meriah.
King berdiri tegap dengan mahkotanya yang berkilauan dan Queen disampingnya. Putri Kecil Shion yang berusia lima tahun tampak ceria dengan pita disana-sini. Mahkota kecilnya yang bertabur pasir bintang dan berlian dari dasar laut berkilat-kilat, seolah-olah ikut ceria seperti Shion.
"Malam ini, aku akan memilih Guardian Generasi ke 100!" kata King lantang. Dan para penduduk yang memadati alun-alun bersorak.
"Malam ini, seperti biasanya, akan dipilih empat orang anak perempuan atau anak laki-laki berusia duabelas tahun. Carallya akan membantuku,"
Carallya adalah burung hantu putih yang baik dan bijak. Ia akan memilih empat dari ratusan kandidat Guardian tiap tahunnya.
"Kumohon, anak-anakku, para kandidat Guardian, majulah." Ucap King pelan.
Ratusan anak laki-laki dan perempuan maju dan obor-obor dinyalakan.
"Knight!" kata King keras dan obor-obor biru yang mengelilingi alun-alun menyala.
Carallya terbang lambat dan rendah di atas kepala anak-anak yang hadir. Anak-anak itu berkeringat, harap-harap cemas, dan meneguk ludah masing-masing. Saat Carallya terbang ke arah King dan hinggap di bahunya, anak-anak membuka mulut mereka dan mendesah. Carallya membisikkan sesuatu.
"Maito Tenten dari Asperia! Guardian's Knight generasi ke seratus!" kata King mengumumkan.
Air laut bergejolak dan gelombang air besar meluncur ke alun-alun dan membuat semacam kubah air yang berkilauan. Ikan-ikan indah beterbangan di kubah air kristal itu, dan api biru dari obor-obor menyentuh langit, menyala tinggi dan indah.
Maito Tenten, keturunan Asperia-pejuang dan pelindung-adalah gadis cilik yang berambut panjang Cokelat cepol, matanya cokelat tua dengan bulu mata lentik dan jari-jari yang ramping dan senyum yang ganjil.
Ayah Tenten bergelar Baron dan ibunya adalah seorang penegak hukum. Saat Tenten berjalan maju, titik-titik embun cahaya biru mengiringi langkah kakinya. Semua yang ada di sana terdiam, sunyi senyap sampai Tenten berpikir kalau ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.
"Maito Tenten!" King memecah ketegangan. "Knight ke seratus!"
Dan tepuk tangan serta gumaman bahagia mengalir, menjadikan alun-alun sebagai tempat paling ramai.
Tenten duduk di kursi perak di samping Shion yang menatapnya kagum. Di sandaran kursi, terdapat lambang besar bergambar ukiran pedang yang berkilauan. "Kau akan dapat pedang!" bisik Shion takjub.
"Benarkah?" Tenten tak kalah kagum. Shion mengangguk senang.
"Hunter!" seru King, dan kubah air lenyap seketika, obor biru digantikan obor merah menyala.
Carallya kembali terbang melintasi anak-anak yang tersisa. Sesekali Carallya terbang tinggi, lalu cepat-cepat menukik ke bawah. Setelah berputar-putar cukup lama, Carallya kembali membisikkan sesuatu pada King.
"Hyuuga Hinata dari Farmore!"
Lagi-lagi cahaya obor melesat terbang ke angkasa, daun-daun kecokelatan beterbangan di angkasa dan burung-burung kecil menyanyikan lagu-lagu indah. Kunang-kunang berbaris di langit dan membentuk pertunjukan yang spektakuler!
Hyuuga Hinata , keturunan Farmore-pemberani dan gigih-adalah gadis cantik dengan kaki yang indah dan wajahnya benar-benar merah, canggung. Ibu dan ayahnya adalah pedangang permata yang mengajarinya banyak hal-hal penting.
Senyum Hinata merekah begitu lebar.
"Hyuuga Hinata!" kata King saat Gienah mencapai kursinya. "Hunter ke seratus!"
Tepuk tangan membahana membanjiri alun-alun.
"Mage!" teriak King, dan obor-obor merah mati, menyalalah obor-obor ungu.
Carallya hanya membutuhkan dua kepakan sayap saja, ia tidak lama-lama mencari Mage dan cepat-cepat membisikkan pilihannya pada King.
"Ino Yamanaka dari Marvelio!" kumandang King.
Bunga-bunga tebing berwarna ungu dengan sulur-sulur panjang bercahaya terbang di langit diiringi hujan bintang jatuh. Bintang-bintang jatuh itu berwarna ungu terang dan menyebar di langit.
"Ino Yamanaka!" pekik King. "Mage ke seratus!"
Semua bertambah senang, terompet-terompet menjadi saksi bisu betapa meriahnya perayaan malam itu. Ino Yamanaka dari Marvelio-para orang sabar dan ulet-menjadi Mage dan menduduki kursinya.
King secepat-cepatnya ingin mengakhiri acara ini, terutama ketika ia harus memilih Healer.
"Healer," kata King, kali ini tidak seantusias sebelumnya. Kata-kata Kin seolah-olah menyerap semangatnya, dan para rakyat berhenti bersorak.
Healer dianggap sebagai yang paling lemah, kerjaan mereka hanya menyembuhkan luka-luka dan membuat racun serta ramuan. Healer tidak sekuat Knight, Mage, maupun Hunter yang dipuja rakyat. Mungkin Guardian terlemah adalah healer, padahal tidak.
Carallya terbang bingung dan gelisah, seolah-olah ia ketakutan akan sesuatu. Pemilihan healer berlangsung sangat lama. Lama sekali.
Kemudian, Carallya tersentak dan buru-buru mengepak ke arah King yang bermandikan keringat dingin. Setelah Carallya selesai berbisik, mata King membulat sempurna dan ia tampak sangat terkejut.
"Tayuya Becrux." Kata Raja lemas. "Dari... T..tr..Trash,"
Rakyat yang berkumpul mendesah bebarengan seolah ada yang memandu mereka. Dengusan sebal dan cemooh serta bisikan tidak menyenangkan terdengar. Kuping Tayuya rasanya terbakar, belum lagi saat semua orang menatapnya dengan tatapan 'anak-hina'. Kali ini, obor-obor mati dan langit menjadi suram.
Tayuya dari Trash-kaum lemah, terbuang-terpilih menjadi Healer ke seratus. Banyak yang tidak setuju dan terang-terangan mengejek, namun Tayuya tetap menduduki kursinya seperti Ino, Tenten, dan Hinata.
"Dengan begitu... malam ini lengkaplah sudah-"
"Tunggu!" pekikan Carallya menyela ucapan King. "Ada seorang lagi,"
"Hoooooohhhh!" desah rakyat terkejut. Ini sebuah kejutan!
Carallya kembali berbisik, dan King membuka mulutnya lebar.
"Haruno Sakura dari Xrape-para orang cerdas dan unik-akan menjadi Healer kedua setelah Tayuya Becrux."
Glastle kini ketambahan lima gadis-gadis pejuang-Para Guardian-Ino,Tenten,Hinata,Sakura dan Tayuya. Mereka sudah punya kamar masing-masing.
Tenten menempati Menara Timur yang dingin dan bersalju saat malam. Kamar Tenten begitu besar dengan tangga-tangga berliku dari es dan jendela-jendela raksasa yang indah. Nuansa biru-perak menyelimuti Menara Timur.
Ino menempati Menara Utara yang berangin dan nyaman. Tangga-tangga berkelok yang terbuat dari kayu Oak yang wangi dan daun seribu warna yang gugur tiap fajar membuat kamar Adara meriah serta menyenangkan. Kamar Adara kebanyakan didominasi warna ungu dan sentuhan oranye di beberapa tempat.
Hinata menempati Menara Selatan yang panas dan cerah sepanjang waktu-bahkan saat malam, seolah-olah ada matahari imitasi yang memutarinya. Gienah sangat menyukai kamarnya yang bernuansa kuning cerah dan emas. Tangga-tangganya berkilauan dan kandil-kandil emas tergantung di langit-langit.
Mungkin, Sakura dan Tayuya adalah yang paling tidak nyaman. Mereka harus sekamar di Menara Barat yang penuh bunga dan kuncup serta embun-embun yang beterbangan bagai berlian. Tangga-tangganya mencolok sekali, terbuat dari jalinan sulur anggur yang kuat dan bunga-bunga berbiji berlian. Meskipun kamar mereka sangat luas, ada perasaan canggung diantara keduanya saat mereka harus tidur bersama di kamar yang sama, dalam tiap-tiap malam.
Sakura benar-benar memikirkan masalah perbedaan kastanya dengan Tayuya. Xrape, yang notabene kasta orang-orang terpandang harus tidur bersama seorang gadis dari kasta Trash, yang paling lemah dan miskin.
Tapi, para penghuni Glastle tidak bisa menyangkal kecantikan Tayuya, terutama saat ia mengenakan gaun dari penjahit kerajaan yang mewah.
Von De'Kakashi, seorang komandan kapal sangat tertarik pada Tayuya, hanya saja, ia tidak mengerti mengapa anak itu begitu aneh. Sekarang, De'Kakashi tidak begitu menyukainya karena sifat gadis itu. Aneh, menurutnya.
Seperti mawar berbau busuk.
Deidara dibuang Ibunya saat masih kecil dan dirawat oleh Queen yang terlalu baik. Tubuh Deidara yang mendekati gemuk dengan rambut panjang menunjukkan betapa berjasanya Queen. Deidara menyiapkan gaun-gaun pagi untuk para Guardian dan menjentikkan jarinya. Saat ia menjetikkan jarinya, sebuah gulungan perkamen terbang dan mendarat di pangkuan para Guardian yang duduk memutari meja makan untuk sarapan.
"Bukalah! Dan pastikan kalian menjalankan jadwal dengan baik!" kata Deidara sebelum undur diri. Jujur saja, anak-anak tidak mau makan selagi Deidara ada di situ, kehadirannya seolah-olah membuat daging terasa bagai bubur.
Ino adalah orang pertama yang membuka perkamennya.
"Pelajaran pertamaku adalah Sihir Penghancur bersama Mrs. Kushina. Kalau kalian?"
Tenten membuka gulungannya. "Aku pelatihan pedang dengan ..Guy?..."
Hinata tersenyum saat membuka gulungannya. "Aku akan menyusuri hutan bersama mr. Asuma ."
Di tengah-tengah keramaian itu, hanya Tayuya dan Sakura yang belum membuka gulungannya.
"Kau duluan." Usul Tayuya.
Sakura malas menyahut, dan ia membuka gulungannya. "Membuat racun bersama Tuan Shin."
Tayuya mengintip gulungannya. "Sama," ujarnya singkat.
Kemudian kehebohan berhenti saat si kecil Shion dan Ayahnya, King Jiraiya, masuk.
"Sudah terima jadwal? Bagaimana tidur kalian semalam? Apakah sarapannya enak? Apa jam pertama kalian? Bagaima-"
"Hush, hush, Tou-chan!" ucap Shion pelan dengan bibir kecilnya yang kemerahan.
Queen ada di belakangnya dan mengecup pipi King, membuat suasana ruang makan menjadi 'panas'.
Tiba-tiba, jam berdentang sekali. "Nah!" Queen maju selangkah. "Anak-anak! Itu jam pertama kalian!"
Para Guardian-kecuali Tayuya-bersorak dan menghambur keluar.
"Tunggu!" teriak King.
Semuanya spontan berhenti.
"Bagaimana bisa kalian pergi latihan tanpa senjata?" Shion merapat pada Queen. "Kita akan pergi ke Glastle Great Hall, dan senjata kalian akan diberikan,"
Sorakan terdengar lagi. Dan King menuntun mereka menuju ruang terbesar di Glastle, Glastle Great Hall.
Glastle Great Hall, begitu megah dan luas-tiga kali luas kamar para Guardian.
Dinding-dindinya berlapis emas dan kubahnya seolah tak terjangkau karena terlalu tinggi. Kandil-kandil dari sepuluh ribu berlian langka tegantung di kubah dan berbagai lukisan dipajang.
Lukisan yang paling menarik adalah lukisan Keluarga Kerajaan Glastle dari generasi pertama sampai pada King Jiraiya.
King membawa mereka ke ujung ruangan dan mereka melihat empat kotak kaca yang di dalamnya terdapat senjata.
" Tenten, untukmu, Pedang Musim Dingin." Kata King sambil menyodorkan sebuah pedang berkilau berwarna biru-perak dengan berlian yang indah-indah.
" Yamanaka. Untukmu, Tongkat Musim Gugur," dan Ino untuk pertama kalinya melihat sebuah tongkat bertabur permata. Indah.
" Hinata. Untukmu, Busur Musim Panas." Sebuah busur yang kuat bagai terbakar diberikan pada Hinata.
"Dan... Healer, tersayang." Gagap King. "Aku tidak tahu. Pendahulu kalian, mendiang Kin, hanya membuatkan satu belati."
"Biar Sakura saja." Ucap Tayuya tegas. "Biar Sakura yang memegangnya."
Sakura agak terkejut, namun ia tetap senang menerima belati itu. Itu belati yang indah, berkilau dan sungguh mewah untuk ukuran seorang Healer.
"Semua sudah siap?" tanya Queen. "Ini waktunya pembelajaran pertama!"
.
.
Ino Yamanaka bersandar di tembok bata yang dingin sebelum memutuskan untuk kembali berjalan. Tangannya meraba-raba tembok bata dengan takut.
"Halo?" teriakannya hanya menjadi gema. "Mrs. Kushina? Anda di sini?"
Tiba-tiba gaun paginya tersingkap dan tembok-tembok bata bergetar. Tanah yang ia pijak retak dan satu-satunya hal yang ia pikirkan adalah lari. Napas Ino melaju lebih cepat daripada kakinya. Ia berusaha menghindari tanah-tanah retak yang melebar dan seolah siap menelannya ke dasar bumi.
Dan benar saja. Tanahnya retak, Ino tidak bisa menyelamatkan diri. Ia tertelan masuk ke dalam tanah.
Tenten tersesat!
Queen berkata kalau lapangan untuk latihan pedang terletak di sebelah ruang astronomi. Sekarang Tenten telah berputar-putar dan benar-benar kehilangan arah.
Gaun paginya melambai dan ia menggenggam pedangnya dengan siaga.
Tiba-tiba terdengar suara gesekan dan gemerisik dari belakangnya.
"Siapa disana?" sergahnya tegang.
Tidak ada yang menjawab. Suara itu malah makin berisik. Sekelebat bayangan hitam melintas dan Tenten mengangkat pedangnya tinggi.
"Aku tidak takut!" tantang Tenten.
Sebuah tangan dingin membekap mulutnya dan pedangnya terlepas.
"Tidak takut, Nona?"
Hinata menggunakan pakaian berburunya yang bagus dan membawa senjatanya.
"Bisakah kita memanah kelinci?" tanya Hinata.
"Kelinci dan kuda adalah yang terbodoh di hutan ini. Kau bisa dengan mudah memanah mereka." Tawa Mr. Asuma Margello menyembur ketika mengatakannya. Mr. Asuma adalah orang yang menyenangkan, namun dia seorang perokok dan senang tertawa. Intinya, dia orang ramah.
"Oh, oh!" cicit Hinata gemas. "Lihat kelinci di sana? Yang warna kuning?"
Mr. Asuka memandang kelinci kurus kering jelek yang terjebak di semak-semak berduri.
"Hohoho, Anakku! Tembak dia dengan panahmu!" sembur Mr. Asuma tidak sabar.
Hinata mengambil anak panah dan busurnya. Anak panah itu melesat secepat kedipan mata dan mengenai si kelinci.
"Buruan pertamamu, Nak!" kata Mr. Asuma senang. "Sekarang mari berburu kuda hitam dungu di ujung hutan!"
Tayuya dan Sakura sudah sampai di ruang luas dibelakang dapur yang berhadap-hadapan dengan lapangan crocket. Mr. Shin yang kurus dan berambut keriting sedang mengambil kursi untuk tempat duduk mereka.
"Ini. Kalian duduklah," ujar sambil mendorong kursi-kursi kayu itu. "Pelajaran pertama kita membuat racun!" katanya.
Sakura melipat tangan di dada, tidak sabar, sementara Tayuya duduk dan merapatkan pahanya semanis mungkin.
"Aaa!"Mr. shin berseru mendadak. "Yang kita butuhkan adalah darah laba-laba!"
"Apa?" seru Sakura jijik.
"Nah! Mari kita berburu laba-laba di sudut-sudut ruangan!" kata . mr. Shin
"Yuuuuuhhhhhuuuuuuuuuuuuu!" terdengar pekikan barbar di udara, itu suara Mrs. Kushina.
"Anakku, Yamanaka? Mana semangat Mage-mu, Sayang?" bentak Mrs. Kushina. "Angkat tongkatmu dan terbanglah seperti aku!"
Ino terjepit di dasar tanah yang lembab. Gaunnya sobek dan tangannya kram.
"Aku...aku tak bisa! Aku belum pernah melakukan sihir sebelumnya!"
"Oh!" Mrs. Kushina memekik licin di udara. "Kau ini Mage atau Chouji si badut kerajaan? Kau dungu sekali, Nak." Sembur Mrs. Kushina tajam. "Pokoknya, kau harus melakukan sihirmu sendiri! Aku tidak akan mengeluarkanmu dari dalam tanah! Kau harus menyelamatkan dirimu sendiri!"
"Apa?" bentak Ino gemas. "King akan memecatmu kalau dia tahu tentang ini!"
"Hohoho! King yang menyuruhku melakukan ini!" kata Mrs. Kushina puas. "Sekarang cepat!"
"Bagaimana caranya?"
"Angkat tongkatmu! Ucapkan kalau kau ingin terbang dalam hati! 'AKU INGIN TERBANG'! ucapkan itu terus di hatimu sambil mengangkat tongkat. Mudah 'kan? Sekarang lakukan!" ucap Mrs. Kushina cepat.
Ino kurang menangkap isi kalimat Mrs. Kushina karena ucapan Mrs. Kushina terlalu cepat. Yang tertangkap telinga Ino adalah: Aku ingin gerbang.
Ino memang bingung. Tapi, ia akan melakukan apapun agar bisa terbebas dari himpitan tanah itu. Jadi, ia menengadah dan mengangkat tongkatnya.
"AKU INGIN GERBANG!"
BRAAAKKKKKKK!
Sebuah gerbang raksasa meluncur cepat dari langit dan menghantam tanah.
Mrs. Kushina mengap-mengap sebelum akhirnya terbahak. "Gerbang? Gerbang! Hahaha!"
"Aku..aku berhasil! Ini sihir pertamaku! Sihir gerbang!" cicit Ino gembira. Sihir Gerbang yang Gagal, adalah sihir pertama yang dilakukan Ino.
"AKU INGIN TERBANG. Bukan, AKU INGIN GERBANG." Sahut Mrs. Kushina.
"Lain kali, ucapkan lebih jelas!" protes Ino. "AKU INGIN TERBANG!"
Syuuuutt...
Ino melesat dari dalam tanah dan meluncur ke udara. Bajunya penuh lumpur, dan Mrs. Kushina mengambang di udara dengan jubah hijaunya.
"Hai, Sayang. Kau bisa juga." Goda Mrs. Kushina.
Ino juga mengambang di udara seperti Mrs. Kushina. "Ayo, Mrs! Kita belajar Sihir penghancur."
"Siapa kamu?" kata si pemuda. "Aku baru pertama kali melihatmu di daerah sini. Apa yang kau lakukan dengan pedang Knight?"
"Aku... aku Knight! Lepaskan, sialan!" bentak Tenten.
"Knight? Kau-kau-"
"Heegh!" Tenten mematahkan tangan pemuda itu. Pemuda itu berteriak kesakitan. "Aku Maito Tenten dari Asperia! Knight ke seratus, tolol."
Pemuda itu terkejut, sepertinya ia sudah lupa kalau lengannya patah.
"Maaf. Aku tak tahu. Kukira kau pencuri atau penyusup." Kata pemuda itu sambil mengerang kesakitan. "Aku Viscount Neji, keponakan termuda dari Queen."
"Viscount? Bangsawan? Berapa usiamu?"
"Tiga belas tahun." Ucap Neji enteng.
"Tiga belas? Benarkah? Kau terlalu muda untuk jadi seorang Viscount,"
"Uhm, aku sebenarnya Duke." Tenten bertambah kaget. "-tapi, aku menolak peran Duke. Aku memilih Viscount karena menurutku pekerjaannya lebih mudah."
"Oh," desah Tenten lambat.
"Yah..." Neji tidak tahu harus bicara apa. "Ah!"
"Oh, tidak! Lenganmu! Aku...aku...mematahkannya!" Tenten terlambat merasa cemas. "Apa itu sakit?"
"Tidak. Rasanya tidak sakit. Hanya seperti diinjak gajah, kok."
"Benarkah? Syukurlah, kukira sakit."
Viscount Neji mengeluh. "Kau polos sekali ya?"
"Polos? Ibuku bilang aku sarkastik." Avior untuk pertama kalinya tersenyum di hadapan Viscount Stanver. "Sakura si Healer juga sarkastik. Kami seperti kesatuan sarkastik yang sempurna!"
"Oh, begitu." Neji meringis. "Bicara soal Healer, dimana aku bisa menemukan perawat bagi lenganku yang malang?"
"Astaga! Kau cari saja sendiri! Kau keponakan Queen, pastilah kau tahu. Aku terlambat untuk kelas pertamaku!"
Sebenarnya, Viscount Neji sudah tahu, hanya saja ia ingin bersama Tenten. Ia pikir Tenten sangat unik dan ia ingin bersamanya lebih lama.
"Ah!" Tenten menepuk dahinya. "Aku akan mencari lapangannya. Aku segera ke sana. Salam, Viscount... siapa namamu tadi?"
"Pria tanpa nama." Kata Neji . "Sampai nanti, Tenten."
Dan wajah Tenten memerah karena Neji memanggil nama kecilnya.
Malam harinya, semua sudah berkumpul di ruang makan.
Sakura menggosok tangannya ribuan kali akibat terciprat darah kental laba-laba dan daging tikus. Tayuya sempat menjerit tadi saat darah laba-laba menciprati wajahnya. Wajahnya yang berbintik makin dipenuhi tonjolan merah. Tapi, sebagai balasan atas kerja keras mereka, sebuah racun cukup mematikan sudah tercipta.
"Lihat!" seru Sakura bangga. "Racun Paramonzta. Mematikan. Orang yang minum ini bakal meninggal dalam tidurnya. King Farrad pernah tidak sengaja meminumnya dan meninggal dalam tidurnya. Racun ini hanya berkerja bila-"
"Simpan itu untuk nanti, Gadis Muda!" bentak Deidara yang sedang menyajikan makan malam yang megah.
"Dei!" Queen menekankan kata-katanya. "Biarkan Sakura bercerita! Aku sangat senang mendengar celoteh Putri-putri ini."
Deidara terdiam malu, namun ia dapat melihat bibir Sakura tersenyum sarkastik. "Menyebalkan." Desahnya pelan.
"Nah, sekarang siapa yang mau bercerita?" tawar Queen ramah.
"Aku!" sambar Hinata cepat. "Hari ini aku memanah banyak kelinci hutan dan kuda hitam yang dungu!"
Semuanya terbahak.
"Tayuya? Kau ingin menyampaikan sesuatu?" panggil Queen lembut.
Tayuya meninggalkan senyum samar dan menggeleng lemah.
"Ino?" panggil King. "Maukah kau berbagi?"
Ino tertawa kecil. "Banyak hal menyenangkan. Aku membuat sihir pertamaku."
"Ohya? Apa itu?" sahut Shion.
"Sihir Aku Ingin Gerbang," ujar Ino malu.
Lagi-lagi semua terbahak.
"Nah, Tenten Sayang." Queen tersenyum ramah. "Kami ingin mendengar kisahmu,"
"Well," Tenten malu dan menyembur semburat merah muda di pipinya. "Aku bertemu seorang pria muda. The Boy with no name."
"Siapakah dia?" tanya Queen dengan nada menggoda.
"Seorang Viscount dari kerajaan lain," tutur Tenten pelan.
"Viscount? Neji?" sahut Queen, lebih kepada dirinya sendiri.
"Ah, ya. Itu namanya. Neji. Viscount Neji." Seru Teneten. "Aku mematahkan lengannya."
"Ah! Keponakanku tercinta!" tawa Queen. "Dia pasti baik-baik saja. Astaga, kau kuat ya,"
"Maaf. Dia membekapku dan menuduhku sebagai penyusup."
Semua terbahak. Dan makan malam yang menyenangkan berlangsung.
TBC (to be continued)
by the way udh 2 tahun ya rui Hiatus sebagai author rinduuuu banget sama situs ffn ini,untung masih ingat pass untuk FFn hahaha
Dalam Masa Hiatus Rui mencoba untuk memoles kemampuan menulis Rui di kakak pertama Rui
Semoga menikmati!
don't forget to review!;)
keterangan :
Duke pangkat tertinggi gelar bangsawan, berdiri di atas marquess, earl, viscount dan baron.
Marquess Peringkat kedua tertinggi gelar bangsawan, berdiri di bawah Duke, dan di atas earl, viscount dan baron.
Earl peringkat tertinggi ketiga gelar bangsawan, berdiri di bawah duke dan marquess dan di atas Viscount dan baron.
Viscount keempat peringkat tertinggi dari gelar bangsawan, berdiri di atas baron, dan di bawah Duke, marquess, earl dan Viscount.
Baron The peringkat terendah dari gelar bangsawan, berdiri di bawah duke, marquess, earl dan Viscount.
