Summary : Sebastian Michaelis, selaku Butler paling handal seantera dunia iblis maupun manusia, juga sekaligus Butler yang paling terkenal dengan semboyan-nya yang berbunyi "Yes, My Lord..". dibuat bingung sekaligus kelabakan oleh Bocchannya-Ciel- ketika Ciel mengajukan sebuah Perintah, Sebastian tentu harus mengabulkannya, tapi, apa daya, jika sang Ciel meminta sebuah permintaan berupa… "Kehamilan..?" akankah Sebastian masih sanggup menjawab "Yes, My Lord"..?
Pairing : Sebastian MichaelisxCiel Phantomhive
Genre : Humor..?, Romance, Hurt/Comfort -um.. apa lagi ya..- ._.?
Rated : M
Desclaimer: Yana Toboso
.
.
Kuroshitsuji : Let's Make A Baby! By Kuro Phantomhive and Baka Mania . .
Kuroshitsuji© Toboso Yana
A Collaboration Fanfiction
Dentingan demi dentingan antara sendok dan gelas terdengar nyaring. Aroma hidangan siang hari, derit troli makanan, dan hentakan sepatu pantopel milik sang Butler menjadi salah satu khas siang hari.
TOK! TOK! TOK!
"Selamat siang, Bocchan…"
Perawakan jangkung Butler terlihat kontras di depan pintu dengan sebuah trolli makanan. Ia membuka pintu dengan anggun setelah mengetuk pintu besar berdaun dua tersebut tiga kali. Mendorong troli makanan masuk ke dalam ruangan dengan langkah-langkah santai. Mengabaikan acuhan dari tuannya. Acuhan yang sudah biasa bagi sang Butler.
Hal biasa jika Ciel Phantomhive lebih senang duduk memandangi jendela dan membelakangi meja kerjanya ketimbang duduk menghadap meja dan memberi wajah selamat datang pada tamu.
"Aa~ membosankan…" kata Ciel sambil memutar kursi menghadap meja yang kini terisi oleh hidangan siang. Ciel Phantomhive menatap layu setiap makanan yang masih mengebul dengan uapnya. Aromanya tercium tidak terlalu menyengat.
"Foret Noire, dibakar dengan campuran cokelat olahan, diisi oleh sirup chery dan dibungkus dengan krim putih. Special Keemun telah disiapkan untuk tehnya." kata si Butler, menjelaskan hidangannya.
Tanpa banyak pertimbangan, Ciel membuang tatapan. Kembali memutar kursi dan membelakangi meja, mempertahankan posisi topang dagunya.
"Aa~ Hari ini Alois tidak datang lagi?"
"Saya dengar, keluarga Trancy bertambah. Mungkin mereka sedang melaksanakan pesta perayaan."
"Dan tidak mengundangku, huh?"
Hubungan yang sedikit kompleks antara Phantomhive dan Trancy, lawan menjadi kawan semenjak Alois sering berkunjung ke kediaman Phantomhive, bahkan lebih sering dari Lady Elizabeth. Entah karena Alois mulai jatuh cinta pada Sebastian Michaelis, si Butler Phantomhive, atau justru karena Claude Faustus diam-diam menaruh hati pada Earl Phantomhive (dan pada kenyataanya, Claude memang sedikit menaruh hati pada Ciel).
"Apa Bocchan ingin mengunjungi Trancy?"
"Che! Tidak mungkin. Untuk apa aku mendatangi anak berisik seperti dia." jawab Ciel ketus. Tidak ada yang berubah dalam diri Ciel semenjak insiden perebutan cinta segi empat antara Alois-Claude-Ciel-Sebastian. Terkadang sedikit konyol mengingat cinta yang mereka perebutkan bagai cinta hewan peliharaan - majikan.
"Kalau begitu, Bocchan seharusnya memakan hidangan yang telah saya sajikan."
"Tidak mau."
"Ooh, ingin disuapi ya?"
"E-eh? Apa-apaan maksudmu?"
Sebastian mengambil piring kue, memotong kue itu dalam potongan-potongan kecil dengan cepat, lalu memindahkan sepotong kue ke piring ukuran sedang.
"Se-sebastian! Aku tidak mau memakannya!"
"Buka mulutnya, Tuan, aaa~" Sebastian menyodorkan sepotong kue ke mulut Ciel. Meskipun tuannya itu jelas-jelas menolak, tetapi Sebastian tidak berhenti. Malah, penolakan tersebut membuat Sebastian makin bersemangat menyuapi Ciel.
"Sebastian!"
"Ayo, Tuan… saya menyiapkannya dengan sangat special. Bahkan saya menambahkan bumbu cinta di dalamnya!" katanya sambil tersenyum mesum dan mengedipkan sebelah matanya.
"SEBASTIAN!" kali ini Ciel membentak sembari beringsut dari posisi duduknya. Mau tak mau, Sebastian berhenti dan menyimpan piring kue di meja.
"Ya, ya, baiklah, jika Tuan tidak mau, biar saya yang makan." (?)
"E-eh?"
"Hap!" sepotong kue Foret Noire(entah kue macam apa dan dari mana asalnya) dilahap oleh butler yang err, -mungkin- kurang tahu diri. Sebastian tidak mengunyah kue yang ada dalam mulutnya. Dia membiarkan kue itu mengendap dalam mulut dan memberikan tatapan peringatan kepada Tuannya sendiri.
"E-e? apa yang kau lihat, Sebastian?" Ciel mengambil langkah mundur, menciptakan jarak waspada. Karena jika tatapan itu sudah muncul, jika aura di sekeliling Sebastian berubah seperti ini, itu artinya…
Grep! Brakk!
Ciel tertangkap dan dipaksa duduk kembali di kursi. Dalam satu gerakan cepat, Sebastian mengunci Ciel dan memastikan Tuannya itu tidak akan bisa pergi kemana-kemana.
"Aaah! Kau mencengkram lenganku terlalu kuat, lepaskan! Lepaskan! Lep—"
Cup!
Satu ciuman menghentikan teriakan. Tanpa banyak bergerak, Sebastian menyalurkan kue yang ada di mulutnya ke mulut Ciel. Memaksa si Tuan menelan habis kue tersebut, dan karena Sebastian terlalu kuat, usaha Ciel melarikan diri sia-sia.
"…ngh!" (*sfx:Ba-Thump~!*)
Hanya memberikan kepasrahan, Ciel melahap seluruh kue yang Sebastian berikan. Setelah kue habis dan hanya bersisa aroma serta krim yang menempel di sekitar bibir Ciel, Sebastian melanjutkan ke aksi ciuman. Menjelajahi mulut Ciel dengan lidahnya, lalu mengulum lidah Ciel, sampai anak berumur 13 tahun itu menjerit tertahan.
Satu per satu kancing baju Ciel terbuka dan entah sejak kapan, tangan Sebastian yang tak bersarung menyelusup ke bagian perut Ciel. Merabanya mesra sampai Ciel bergidik lemas dengan wajah merona.
"Ah!" ciuman terlepas, tetapi tangan Sebastian tetap berada pada posisinya.
"Se-sebastian… ja-jangan… ahh!" Ciel tak berkutik begitu salah satu bagian sensitifnya disentuh.
"Ya, Tuan? Apa ada masalah?"
Antara protesan dan erangan, itulah yang Ciel dapat lakukan. Mulutnya berkata tidak, tetapi tubuhnya berkata "Touch me more! Ahh~"
Sebastian mulai melucuti Ciel, mulai dari dasi dan kemeja yang dikenakannya. Saat Sebastian hendak mencium Ciel untuk yang kedua kali,
BRAK!
"SELAMAT SIANG, PHANTOMHIVE!"
Pintu terbuka dengan cara yang tidak pantas sama sekali, diikuti seruan riang yang selalu membuat Ciel jengkel tatkala seruan itu berada di dekatnya. Alois Trancy, itulah nama anak yang membuat Ciel jengkel. Anak –kelewat- periang yang beberapa hari kebelakang sempat absen mengunjungi kediaman Phantomhive dan sekarang tiba-tiba saja muncul bersama butler tersayang.
"Are? Apa yang sedang kalian lakukan?" Alois bertanya polos, kepolosan yang siapa pun tahu, itu pasti palsu.
"Huwaa!" Ciel berteriak panic. Ia cepat-cepat mendorong Sebastian dan segera merapikan pakaiannya sendiri.
"Tidak bisakah kalian bertamu di waktu yang tepat?" kata Sebastian kepada tamu.
"Se-Sebastian!" kata Ciel memperingati, agar Sebastian membereskan seluruh kekacauan yang dia buat sendiri. Seolah tak ada tamu, Sebastian beralih pada tuannya. Membenahi seluruh kekacauan yang ada dengan rasa tak rela bercampur kesal. Sementara itu, Alois dan Claude bersweatdrop ria.. sungguh, SebbyXCiel itu weird couple.
"Oy! Oy! Oy!" Alois berjalan mendekat, menarik Sebastian menjauh dari Ciel, memberikan jarak diantara pasangan majikan dan pelayan itu.
"Aa~ Sebastian…" kata Alois sedikit enggan, matanya menatap rendah hidangan siang di meja. Memberikan sebuah perintah yang seharusnya tidak diberikan, Alois tidak memiliki hak memerintah butler yang bukan miliknya.
Sebastian nampak tak bergeming, tak akan patuh pada orang yang memang bukan masternya. Setelah Ciel memberikan perintah lewat lirikan, barulah Sebastian membungkuk patuh, segera membereskan segalanya dan lalu keluar dari ruangan beserta troli makanan.
"Ehm!" Ciel mendehem singkat, sekedar meluruskan alasan kenapa Alois datang mengunjunginya lagi setelah sekian lama menghilang ditelan oleh entah apa itu.
"Oh," Alois bergumam singkat, sadar pada tujuan asalnya. "Ciel, aku hanya ingin memberikan kabar soal bertambahnya anggota keluarga Trancy, bing!" kata Alois bersemangat. Tak lupa senyuman lebar menghias wajahnya.
"Oh.. begitu." jawab Ciel sekenanya saja. Jujur saja, setiap apapun yang dilakukan dan bahkan apapun yang terjadi pada Alois Trancy, Ciel tidak peduli. Baginya, Alois hanya pengganggu yang kadang kala bisa menjadi sedikit hiburan penghapus rasa bosan.
"Aa~" Alois merengek manja. "Coba tanya 'siapa anggota barunya?' atau 'wah? Sejak kapan? Bagaimana bisa?' kau membosankan sekali, Ciel Phanthomhive~"
Dan Ciel cukup menjawab dengan sebuah lirikan acuh tak acuh. Jelas membuat Alois kesal. Pada kasus ini—tetapi faktanya hampir di semua kasus—Claude lah yang menjadi korban. Alois mulai menarik-narik seragam butler Claude dan memaksa pemuda dingin itu bertindak sesuatu, berharap apa yang diinginkan terjadi.
Seperti yang mungkin bisa diprediksi oleh pembaca, Claude sama sekali tidak tertarik untuk melakukan hal apapun. Maka, apa boleh buat, Alois bertindak menurut caranya sendiri.
Langkah Alois terlihat angkuh, meski angkuhnya hanya dibuat-buat saja. Ciel memperhatikannya dengan mata intens.
Yakin, hal selanjutnya yang akan dilakukan Alois Trancy bukanlah hal bagus, tetapi begitu Alois hanya memberikan senyuman lebar di hadapan Ciel, Ciel mulai berfikiran lain.
"Tebak," kata Alois. Ciel mengangkatkan sebelah alis.
"Aku dan Claude akan segera memiliki bayi!"
"..."
Tidak ada respon dari Earl Phantomhive.
"Bayi yang dihasilkan olehku dan Claude!" kata Alois lagi, menjelaskan.
Beberapa saat, Ciel masih tak memberi respon ataupun kedipan. Namun kemudian… "HA?" Ciel terlonjak kaget, dan nyaris saja dia terlentang ke belakang. Ciel mengatur nafasnya yang tiba-tiba saja tak beraturan.
"Apa maksudmu dengan 'kau dan Claude'? kalian kan.. kan.." katanya terbata-bata dengan kedua bola matanya yang terbelalak hampir keluar.
Alois tertawa tak tertahan. Bisa dibayangkan seberapa dia bisa tertawa kegilaan karena senang mendapat ekspresi tak percaya dari Ciel.
"Umur kandunganku sudah sebulan. Jadi, itu kenapa aku tidak pernah mengunjungimu selama sebulan. Claude bilang, aku perlu banyak istirahat.."
Detik selanjutnya, hanya desahan nafas kasar yang keluar dari Ciel. Tidak ada kata-kata. Anak itu duduk dengan posisi super tegang. Dahinya berkeringat dingin, dan matanya terbelalak. Nyaris saja dia berteriak menyerukan nama Sebastian agar pelayan tersebut mengambilkan tabung oksigen untuknya. Nafasnya terengah-engah bukan karena ingin ikut-ikutan melahirkan atau tiba-tiba kena penyakit asma. Sekarang ini, Ciel sedang dilanda rasa syok berlebih.
Logikanya begini saja,
Male + Female = Baby
Male + Male = Definitely, It wouldn't be a baby FOREVER!
Alois + Claude = 'BABY'? ARE YOU KIDDIN' MEH?
"Ahahhaha~ aku datang hanya untuk itu. Sampai nanti, Ciel Phanthomhive~ aku perlu mengabari yang lainnya. Ahahaha~" begitulah gelak tawa kepuasan dari seorang Alois Trancy. Berbeda jauh dengan butlernya, Claude Faustus, yang hanya membungkuk memberi penghormatan singkat pada Earl Phantomhive yang mendadak otaknya kejang-kejang karena tidak bisa mencerna rumus alam yang tiba-tiba saja berubah tanpa alasan yang dapat diterima.
Pikiran Ciel dipenuhi dengan pertanyaan semacam: Bagaimana Claude bisa melakukannya? Kalimat tersebut memang terdengar tidak pervert sama sekali dan tidak memiliki banyak arti pada partikel 'nya' dalam kata 'melakukannya'. Tapi, jika dirinci lebih detil pada tiap kata, terutama pada kata 'melakukannya' dengan pertimbangan maksud tujuan pada kondisi Alois, sebenarnya itu mengandung makna pervert yang pernah ada dalam otak Ciel.
Bagaimanapun juga, laki-laki itu 'tidak bisa hamil', seberapa banyakpun mereka melakukan seks! Atau… jangan-jangan.. Claude melakukannya dengan 'sangat keras' sampai cairan #$%^&&^%$ lalu %%^&^$#!^ dan &*(*!&)$+ kemudian =-328_ jadi, &^ ^%)!#%$( ='( maaf, kata-katanya terlalu pervert_ _) sampai-sampai memungkinkan Alois HAMIL!
ARRRHH! Tidak masuk akal! Sama sekali tidak! Bahkan, Ciel yang sering melakukan seks dengan Sebastian saja tidak pernah hamil. Yaa, kau tahu lah resiko punya butler yang sangat err, pervert. Pikirkan seberapa sering Ciel melakukannya dengan Sebastian si Pervert? Mungkin lebih sering dari jumlah makan dalam sehari. #PLAK! Oke, well, itu tidak mungkin. Ciel bisa memiliki penyakit Ambeien tingkat akut jika itu benar-benar nekat dilakukan oleh Sebastian.
Dalam kegalauan yang amat sangat membunuh, ketukan pintu membuyarkan lamunan pervert Earl Phantomhive, menyadarkannya pada kenyataan yang menggantung, fakta yang rasanya tidak menjadi fakta lagi, kebenaran soal MALE + MALE = BABY. Rumus yang membunuh otak!
"Ada yang perlu saya bantu, Tuan?" kata Sebastian dengan suara bassnya yang khas.
Ciel menggeleng singkat seraya berkata "tidak ada." dia mulai menghapus segala pikiran soal kepervertan Sebastian. Rasanya kacau jika memikirkan hal-hal seperti itu di depan orangnya sendiri. Non sense, you know!
"Tuan yakin tidak ada yang perlu saya bantu?"
Ciel hanya menyahut dengan anggukan kecil dan sama sekali tak memberikan tatapan pada butler tersebut.
"Kalau begitu, saya permisi dulu." kata Sebastian lagi sambil membungkuk dan berlalu pergi.
"Tunggu!" kata Ciel sigap, menghentikan langkah Sebastian seraya mengerjap ragu. Sebastian cepat-cepat menoleh dan memberikan tatapan bertanya sebelum dirinya benar-benar keluar dari ruangan.
"Apakah kau pikir… jika… errh…" kini Ciel berfikir dua kali tentang apa yang akan dia katakan. Rasanya bodoh jika seorang Ciel Phantomhive menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya apa.
"Ya? Tuan?" Sebastian menunggu. Dia berjalan kembali masuk ke dalam ruangan setelah menutup kembali pintu. Dia lebih mendekat pada Ciel agar dia bisa mendengar dengan jelas setiap kata yang keluar dari bibir menggoda Ciel, karena Ciel mengatakannya dalam volume kecil.
"Apa.. umm…" Ciel masih belum yakin. "Menurutmu.. errgghh!"
"Katakan saja, Tuan, tidak apa…"
"Menurutmu, laki-laki bisa hamil tidak?" kata Ciel cepat-cepat dan lancar dalam sekali tarikan nafas.
Sebastian yang ditanya begitu, mau tidak mau hanya memasang muka cengo dengan ambigu yang aneh.
"Ma-maksud Tuan berkata begitu?"
"E.. e.. e-eheehehe… lu-lupakan saja!" kata Ciel.
"Maksud Tuan berkata begitu…"
"Aku bilang, lupakan saja!" Ciel membentak seraya mendesah kesal.
"Tuan ingin memiliki bayi ya?"
"SEBASTIAN!" Ciel kembali berteriak. Karena bagaimanapun juga dalam kalimat Sebastian mengandung arti yang sangat pervert.
Apa perlu dijelaskan? Ah, lebih baik tidak… dalam kondisi seperti ini, setiap kata bisa menjadi sangat pervert. Author tidak perlu menjelaskan setiap kata, karena perlahan-lahan pembaca akan paham dan mulai menjadi seorang yang pervert seiring cerita pervert ini berlalu. #DUAGKK! (Ugh! Sakit..)
Sebastian makin mendekati meja dan Ciel bangkit dari kursinya, berusaha mencari cela untuk berlari sebelum butler yang serba bisa itu menangkap dirinya.
"Aku peringatkan kau, Sebastian Michaelis, jangan macam-macam padaku!"
"Tapi, bukankah Tuan yang nantinya malah 'macam-macam' dengan saya? Iya 'kan, Tuanku Sayang?"
Ciel bergidik geli ketika Sebastian memanggilnya dangan sebutan yang sumpah demi lobak, itu bener-bener maksain! Ciel tak tahu apa yang harus dia perbuat. Setiap kali mereka akan melakukan… emm… apa kata ini perlu disensor? Tidak perlu ya? Ini kan rate M. HAHAHAHAHA #PLAK! Oke, bek tu stori..
Setiap kali mereka akan melakukan seks, selalu saja 'diawali oleh penolakan' dari Ciel dan 'diakhiri permintaan dari Ciel' juga. Sungguh tak konsisten dan sangat munafik bocchan yang satu ini.
Ciel juga tak memiliki alasan pasti kenapa dirinya selalu menolak meski ingin.
Ciel berlari ke arah kanan meja. Sebelum dia melewati meja, Sebastian berhasil menghalanginya, menyudutkan Ciel dengan kursi sampai Ciel tidak bisa berbuat apa-apa. Oh, memang sudah takdir mungkin..
"Se-sebastian.."
"Ssstt.."
Sebastian menyimpan salah satu telunjuknya di bibir mungil Ciel, mencegah setiap kata-kata yang hendak keluar. Meniadakan dunia dan hanyalah tersisa mereka berdua saja.
"Nnnhhh…" detik selanjutnya, hanya desahan tertahan Ciel lah yang menggema di ruangan tertutup tersebut. Entah apa yang sudah Sebastian perbuat, jika di dengarkan dari setiap desahan kecil Ciel, sepertinya Bocchannya itu sampai dibuat tenggelam dengan kepasrahan oleh Butler tak tahu diri itu.
.
.
Keesokan harinya… .
.
Ciel berdiri membelakangi tangga. Dia baru saja sukses menuruni anak tangga sambil menahan sakit yang para pelaku yaoi mungkin pernah rasakan. Kedua tangan kecilnya bergetar dan ia tahan getaran tersebut pada sebuah tongkat di hadapannya. Jadi, itulah kenapa terkadang Ciel Phantomhive suka membawa-membawa tongkat, untuk menopang tubuhnya yang nyaris ambruk menahan rasa sakit pada alat yaoi (?).
Belum selesai dari penderitaan, tiba-tiba saja pintu mansion terbuka, lalu..
"SELAMAT PAGI, PHANTOMHIVE!" teriakan nyaring dari Alois Trancy membuat Ciel enggan hidup di hari ini.
Alois berlari mengitari Ciel, merentangkan kedua tangannya seolah pesewat terbang. Mengacuhkan seberapa Ciel merasa terganggu.
"Ciel! Ciel! Ciel! Ciel!" kata Alois berulang-ulang sambil tak berhenti berlari mengitari Ciel.
"Danna sama…" kata Claude memperingatkan, tetapi Alois tak memperhatikan.
"..dannasama.. ..dannasama!" Claude menarik kerah jubah Alois, menahannya berhenti berlari.
"Claude! Claude! Lepas!" Alois berontak, dan tanpa merasa kerepotan,
CUP!
Satu ciuman dari Claude menghentikan berontakan Alois dan itu cukup membuat Ciel benar-benar merasa muak, ingin menghancurkan seluruh Trancy termasuk butlernya. Tidak bisakah mereka tidak mengumbar-ngumbar hal yang tidak penting?
"Jika kalian ingin melakukan itu, jangan lakukan di rumahku!" tegur Ciel sebelum Claude dan Alois bertindak lebih jauh lagi.
"Maaf atas kelancangan saya," Claude membungkuk hormat. "Saya hanya tidak ingin dannasama terlalu kelelahan. Itu bisa berakibat buruk pada bayi dalam kandungannya."
BZIT!
Mungkin begitulah suara percikan listrik yang ada di kepala Ciel. Dua kata : BAYI dan KANDUNGAN. Cukup! Itu membuat Ciel seolah ingin melempar tongkat di tangannya ke muka dua anggota Trancy ini. Dan sayangnya ia tidak berani melempar tongkat tersebut, karena pasti ia akan kehilangan alat untuk menopang tubuhnya yang telah dihentakkan keras semalaman (?) oleh tidak lain dan tidak bukan sang butler tercinta nya. Lagipula, mereka pasti hanya sedang bersandiwara agar dirinya merasa tertekan.
"Katakan, ada perlu apa kalian ke sini sebelum aku membiarkan Sebastian melempar kalian keluar dari rumahku." kata Ciel judes.
"Ramah sedikit lah, Ciel.." kata Alois menimpali. "Aku datang untuk mengajakmu bermain~!"
"Yang benar saja.." Ciel menggumam pelan pada dirinya sendiri. "SEBASTIAN!" Ciel berteriak lantang.
"HOREE!" Alois tiba-tiba saja berseru kegirangan sembari tak berhenti membuat gerakan-gerakan centil. "Kita berempat pergi berpiknik~" katanya memutuskan sendiri dengan sangat egois.
"Dannasama.." kata Claude setengah berbisik, memperingatkan tuannya saat tanda-tanda kehadiran Sebastian mulai terasa. Karena Alois tetap tak mau diam, apa lagi bibirnya yang aktif sekali berbicara, akhirnya Claude merangkul Alois, menutup mulut bocah itu dengan tangan lebarnya yang bersarung tangan.
'Untung Sebastian cepat datang', batin Ciel bersyukur dalam hati.
"Nah, Sebastian, tolong buat mereka menghilang dari hadapanku." katanya kalem tanpa dosa.
"Yes, my lord.." jawaban si Butler lebih tidak berdosa lagi, ditambah gayanya yang bikin cewek-cewek melting. Tapi Ciel Phantomhive telah melatih dirinya sendiri untuk bertahan dari rasa melting di hadapan Sebastian Michaelis.
"Are?" Sontak Alois bertanya-tanya heran. Kenapa dirinya yang sedang mengandung malah diperlakukan semena-mena? Bukankah seharusnya dirinya diperlakukan lebih istimewa lagi?
Sebastian melangkah mendekat, menatap dua orang tamu di hadapannya dengan mata intens. Claude meyakini, hal selanjutnya yang akan terjadi pastilah bukan hal yang bagus. Dirinya bersiap-siap sambil menarik Tuannya, Alois, mundur untuk berlindung di balik tubuh jangkungnya.
"Claude Fustus.." kata Sebastian serius.
"Ya? Sebastian Michaelis?" Claude membalas.
"Ayo berpiknik!" seru Sebastian riang, menyirnakan aura dingin dan kegelapan yang baru saja tercipta. Sungguh, butler yang satu ini tiba-tiba saja menjadi konyol semenjak insiden cinta segi empat.
Seberapapun Ciel menolak dan berontak, Sebastian Michaelis selalu jauh lebih berkuasa dengan entah bagaimana caranya. Padahal berdasarkan prosedur kontrak yang ada, Sebastian yang harus selalu mematuhi perintah Ciel. Yaa.. iblis jaman sekarang sudah banyak berevolusi, mungkin.
Halaman belakang mansion Phantomhive cukup luas untuk dijadikan lahan piknik. Tentu saja. Karena itulah, mereka tidak pergi jauh-jauh dari rumah.
Ciel Phantomhive tidak memiliki piknik yang indah. Dia hanya duduk manis sementara sang Butler memayunginya. Berbeda dengan Alois dan Claude, pasangan yang satu itu sangat hyper aktif.
Sementara (Alois) Trancy menikmati pikniknya dengan 3 pelayan Phantomhive (yang nyaris tidak berguna), Sang Tuan Rumah sendiri malah nampak tidak nyaman. Kedua tangannya melipat di depan dada dengan kerutan ekstrim di kening. Matanya tajam memperhatikan setiap gerak gerik Alois dan Claude. Sebastian Michaelis mulai khawatir, tuannya memiliki cara duduk yang berbeda dari pada biasanya.
"Sebastian,"
"Yes, Master?"
"Aku-ingin-hamil-SEKARANG-JUGA!"
"Eek? M-maksud t-tuan?"
"This is an order, make me to be a PREGNANT boy!"
Sebastian tercengang dengan wajahnya yang tak karuan. Bahkan dia tak sempat berfikir apakah wajah kagetnya ini cukup tampan atau tidak. Karena permintaan tuannya kali ini.. permintaan yang sangat... Sebastian sampai ragu untuk berkata "Yes, My Lord." bagaimanapun juga, hamil?
Sebastian memang seorang- (ralat!) sesosok iblis yang serba bisa dan menjelma menjadi Butler. Namun, jika ditanya apakah ia bisa? Menghamili seorang anak laki-laki, yang.. err.. l-lumayan pervert untuk ukuran seorang anak-anak seumurannya..? tetap saja.. Sebastian.. tidak mungkin berhasil menghamilinya. Mungkin jika ia gagal, penghargaan julukan si serba bisa untuknya akan segera dicabut oleh Bocchan nya sendiri.
Mungkinkah? Laki-laki dan laki-laki? Manusia dan akuma? Karena ini.. karena.. huaaa~ author kehabisan nafaaaasss~ ambulan! Ambulan! Baiklah, kita tutup chapter pertama ini dengan kekacauan dari sebuah permintaan. -author kena asma-
Ssampai jumpahh... annh~
Review please~
Tsuzuku~
Note :
Bak-chan: Ini berbulan-bulan baru bisa selesai karena terpotong bulan puasa + kesibukan Bakchan (?) dan Kurochan~
Maaf untuk kurochan~ aku bikin chap 1 tertunda lama sekali(_ _)
Kuro-chan: Dan maaf untuk readers jika ada beberapa bagian yang masih ada Typo nya… TT-TT di chap 1 ini yang buat Bakchan, dan Chap 2 nya bagian Kuro, jadi aku belum cek lagi keseluruhan dari chap 1 ini… karena aku sedang kesulitan membuat adegan Soft lemon. (gara-gara kecanduan Sho-ai Hardcore.)
