TOPENG SANG PUTERI

Main Cast : Oh Se Hun, Lu Han (HunHan)

Genre : Kingdom, Romance, Family

Length : Chapter 1 0f ?

Summary:

Sehun, seorang Putra Mahkota dari Kerajaan Skyvarrna. Baru saja diangkat menjadi seorang Raja demi menggantikan Ayahandanya yang telah wafat. Demi kepentingan rakyatnya Sehun ingin menyatukan Kerajaannya dengan Kerajaan Aqnetta.

Konon sejak Kerajaan Aqnetta berdiri, banyak yang berusaha menguasainya tetapi tidak pernah ada yang berhasil. Dan sampai sekarang hal itu tidak pernah terjadi. Kekuatan militer Aqnetta tidak dapat diabaikan. Kekuatan militernya yang tangguh itulah yang membuatnya tetap damai dalam kebebasannya. Siapapun yang ingin menyerang Kerajaan Aqnetta selalu berpikir berulang kali. Apalagi terdengar adanya kabar bahwa Kerajaan Aqnetta mempunyai sekelompok pasukan rahasia yang tiada tandingnya.

Akhirnya Sehun memutuskan untuk melamar Sang Putri Mahkota Kerajaan Aqnetta dengan niat untuk menyatukan dua kerajaan. Namun siapa menduga rencananya ini akan membawanya ke dalam kisah cinta yang indah.

.

.

.

Hai Readers, aku kembali lagi membawa FanFic yang aku ambil dari Novel Terjemahan berlatar belakang Kerajaan Eropa tapi tetap My Bias EXO Specially HunHan yang menjadi Main Castnya.

Sekali lagi aku katakan, kalo aku ngeposting cerita ini niatnya bukan untuk meng-COPAS tapi hanya untuk berbagi dengan kalian semua yang suka hunting cerita di FFN, terutama yang suka HunHan sebagai tokoh utamanya.

Maaf kalo aku malah update FanFic baru padahal yang lama pada belum kelar semua. Tapi aku janji semuanya akan kelar kok. Tenang aja.

NB. Tulisan miring hanya untuk kata yang Berbahasa Inggris dan kata hati tokoh yang bersangkutan.

.

.

.

Happy Reading ^-^

.

.

.

CHAPTER 1

.

.

.

"Kau sudah gila, Sehun?" tanya Jongin tak percaya.

"Tidak," sahut Sehun tenang namun tegas.

Jongin tidak mengerti apa yang mempengaruhi pikiran Sehun sehingga pria itu tiba-tiba memutuskan untuk menikah dengan Putri dari Kerajaan Aqnetta yang kecil tetapi subur dan makmur.

Tidak dapat disalahkan kalau pria yang baru saja diangkat menjadi Raja -menggantikan ayahnya yang meninggal karena sakit - itu berambisi untuk memasukkan kerajaan tetangga itu ke dalam wilayah kerajaannya yang luas, Skyvarrna. Sebagai teman akrab sejak kecil, Jongin tahu Sehun sejak dulu mempunyai keinginan itu. Seperti banyak negara lain, kerajaan kecil itu sangat menarik perhatian. Wilayahnya memang kecil tetapi kesuburan tanahnya dan kekayaan alamnya sangat besar.

Konon sejak Kerajaan Aqnetta berdiri banyak yang berusaha menguasainya tetapi tidak ada yang pernah berhasil. Dan sampai sekarang hal itu tidak pernah terjadi. Kekuatan militer Aqnetta tidak dapat diabaikan. Kekuatan militernya yang tangguh itulah yang membuatnya tetap damai dalam kebebasannya.

Siapapun yang ingin menyerang Kerajaan Aqnetta selalu berpikir berulang kali. Apalagi terdengar adanya kabar bahwa Kerajaan Aqnetta mempunyai sekelompok pasukan rahasia yang tiada tandingnya.

Memang satu-satunya jalan yang termudah untuk memasukkan Aqnetta ke dalam Skyvarrna adalah dengan menikahi Putri Kerajaan Aqnetta. Tetapi Jongin tetap tidak setuju dan tidak mengerti mengapa Sehun punya pikiran seperti itu.

Semua Pangeran maupun Raja tahu itu satu-satunya jalan yang termudah apalagi Putri Kerajaan Aqnetta saat ini hanya ada seorang dan kemungkinan besar ialah pewaris tahta kerajaan kelak bila Raja Zhoumi meninggal. Tetapi tidak satupun yang mengambil jalan itu karena mereka tidak tahu banyak tentang Putri Kerajaan Aqnetta ini. Bahkan penduduk Aqnetta sendiri tidak banyak mengetahui Putri mereka.

"Kau mengerti apa yang kau rencanakan ini, bukan?" tanya Jongin untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Berapa kalikah aku harus mengatakannya padamu, Jongin?" Sehun balas bertanya, "Aku sudah memikirkannya masak-masak. Bahkan sebelum aku mengatakannya padamu, aku telah menetapkan bahwa aku tidak akan membatalkannya. Aku akan meneruskan rencanaku tak peduli kalau ada yang tidak setuju."

"Kau harus tahu, Sehun, Putri satu ini tidak banyak kita ketahui," Jongin memperingatkan, "Hampir tidak ada yang mengetahui tentangnya. Bahkan penduduk Kerajaan Aqnetta sendiri tidak banyak mengetahuinya."

"Aku tahu," sahut Sehun, "Ia tidak pernah meninggalkan Istana Vezuza dan tidak pernah menampakkan dirinya pada siapapun."

"Kau juga harus tahu kabar tentangnya," Jongin terus memperingatkan sahabatnya demi berusaha membatalkan rencana yang dianggapnya rencana paling konyol yang pernah diketahuinya. "Di kalangan penduduk Aqnetta beredar kabar bahwa Putri Kerajaan Aqnetta tidak secantik Putri-Putri yang lain. Bahkan mereka mempunyai keyakinan Putri mereka jelek dan gemuk sehingga membuat Raja Zhoumi malu dan melarangnya meninggalkan Istana Vezuza."

Sehun terus mendengarkan ceramah Jongin sambil mengangguk-angguk bosan.

"Mungkin ini terdengar aneh bagimu tetapi ini benar. Karena malunya, Raja Zhoumi tidak pernah mengucapkan nama putrinya kepada siapapun sehingga tidak seorang pun di luar mereka yang tinggal bersama Putri yang tahu namanya."

Jongin jengkel melihat sikap Sehun yang seakan mengacuhkannya. "Kau mendengarkanku, Sehun?"

"Aku mendengar semuanya, Jongin dan kau harus tahu aku sudah tahu semua yang kau katakan itu."

"Lalu mengapa kau mempunyai rencana konyol seperti itu?"

"Rencana konyol?" tanya Sehun keheranan, "Kau katakan rencana hebat ini rencana konyol?"

"Apalagi kalau bukan rencana konyol?" tanya Jongin geram, "Tidak ada seorang Pangeran pun yang mempunyai pikiran sepertimu. Tidak seorang pun yang mengambil resiko untuk menikah dengan Putri yang tidak jelas itu."

"Pikiran mereka lain denganku," kata Sehun santai.

"Dengar baik-baik, Sehun," Jongin menggebrak meja di depannya, tanda ia mulai tidak sabar melihat sikap Sehun yang tidak peduli pada apapun yang dikatakannya, "Kita tidak tahu seperti apa rupa Putri satu ini. Kita juga tidak tahu seperti apakah wataknya. Bagus kalau ia mempunyai sifat yang baik walau wajahnya tidak seperti yang kau harapkan. Tetapi kalau wataknya buruk, maka yang celaka adalah kau kemudian Kerajaan Skyvarrna. Aku tidak ingin kau mengambil resiko itu."

"Kau juga harus mendengarkanku baik-baik, Jongin," Sehun turut menggebrak meja Ruang Kerjanya dan menatap tajam wajah Jongin, "Aku tidak peduli pada protes siapa pun tentang rencanaku ini. Aku tidak akan membatalkan rencanaku ini."

"Tidak akan," ulang Sehun dengan tegas.

Jongin duduk kembali di kursinya dengan putus asa. Dengan nada putus asa pula ia berkata, "Baiklah, Sehun. Percuma menghalangimu."

Sehun pun kembali duduk. Dengan senyum penuh kemenangan ia menatap wajah putus asa Jongin.

"Aku tahu sejak dulu kau memang tertarik pada Kerajaan Aqnetta," kata Jongin seperti orang yang kalah perang, "Mungkin ini satu-satunya jalan yang teraman untuk mewujudkan impianmu menguasai kerajaan itu." Jongin menatap lekat-lekat wajah Sehun sebelum dengan penuh kesedihan berkata, "Aman bagi orang lain tetapi tidak bagimu."

"Kau tahu sendiri kekuatan Aqnetta tidak dapat diabaikan. Kerajaan Aqnetta terlalu kuat untuk diserang oleh kita walau aku yakin kekuatan kita sebanding dengan mereka."

"Kabarnya Aqnetta mempunyai pasukan rahasia yang sangat kuat."

Sehun mengangguk. "Itulah yang membuatku tidak yakin kita akan menang. Aku tidak tahu apa yang membuat mereka sangat kuat tetapi tidak ada yang berani mencoba mengusik pasukan itu bahkan penduduk Kerajaan Aqnetta sendiri."

"Seorang temanku pernah berkunjung ke Istana Vezuza ketika ia ada urusan dagang dengan kerajaan itu. Katanya ia merasa sangat tidak nyaman ketika berada di sana . Ia merasa ribuan mata selalu mengawasinya dengan ketat. Aku menduga perasaan itu karena keberadaan pasukan rahasia itu di Istana Vezuza."

"Mungkin juga."

"Harus kau ketahui selama berada di Istana Vezuza , ia sama sekali tidak bertemu sang Putri juga tidak mendengar tentangnya dari orang-orang Istana," Jongin kembali mengingatkan kemisteriusan Putri Kerajaan Aqnetta.

"Aku tahu," kata Sehun, "Joonmyeon juga pernah ke sana ketika ayahku masih hidup. Dan ia juga tidak bertemu dengan Putri juga tidak mendengar tentangnya."

"Putri ini sangat misterius, Sehun, jangan mengambil resiko apapun. Aku tidak ingin melihatmu berdampingan dengan wanita yang tidak pantas denganmu," kata Jongin, "Aku tidak dapat membayangkan bila sang Putri memang seperti yang dikabarkan itu."

Sehun hanya tertawa mendengarnya. "Mengapa kau khawatir seperti itu, Jongin? Kau seperti ibu-ibu yang mencemaskan anaknya yang akan menikah."

Jongin geram karenanya.

"Jangan cemas, aku telah memikirkan semuanya. Tidak ada satupun yang terlewatkan termasuk kemungkinan kalau Putri itu jelek, gemuk, atau apapun yang buruk-buruk yang kita semua perkirakan. Bahkan kemungkinan kalau ia ternyata lebih tua dariku."

Jongin mengawasi Sehun yang tampak percaya diri dengan rencananya itu. Jongin tidak dapat membayangkan bila temannya itu harus berdampingan dengan seorang Putri yang gemuk. Sebagai sahabatnya, Jongin lebih senang kalau Sehun menikah dengan seorang gadis yang cantik dan ramping. Gadis seperti itulah yang cocok untuk Sehun yang tampan dan gagah, bukan Putri pilihannya.

Tetapi apa yang dapat dilakukan Jongin? Ia telah berusaha membuat Sehun membatalkan rencananya tetapi ia tidak berhasil.

"Sekarang bantu aku menyusun surat lamaran yang indah dan pasti membuat sang Putri menerimanya."

"Tanpa kata-kata yang indah pun, ia pasti akan menerimanya," kata Jongin setengah mengejek, "Ia pasti merasa sangat beruntung dapat menikah dengan pria sepertimu."

"Cepat bantu aku!" Sehun pura-pura marah, " Surat ini harus sudah siap dalam waktu lima menit."

" Lima menit?" tanya Jongin tak percaya, "Kau gila, Sehun?"

"Tidak," sahut Sehun, "Aku sudah memanggil Joonmyeon sebelum kau datang tadi. Dan kuperkirakan ia telah siap berangkat ke Aqnetta dalam waktu lima menit lagi."

"Kau benar-benar Raja paling gila yang pernah kuketahui," kata Jongin, "Juga paling tidak masuk akal."

"Sudah cukupkah ejekan itu?" tanya Sehun acuh, "Aku rasa justru itu yang membuatmu terus berteman denganku."

"Kau benar," sahut Jongin, "Sejak dulu kau memang seperti itu. Sekali mempunyai keinginan, selalu berusaha mewujudkannya tanpa peduli apa kata sahabatmu ini."

Sehun tersenyum puas sambil menyodorkan pena kepada Jongin."Ini benar-benar gila," kata Jongin, "Kau yang akan menikah tapi aku juga harus ikut repot."

"Kau tahu sendiri aku tidak pandai merayu wanita," Sehun berkata jujur, "Kau lebih pandai dari aku."

"Kau memang pandai memanfaatkan orang lain," gerutu Jongin, "Sekarang katakan apa yang harus kutulis. Bahwa kau jatuh cinta pada sang Putri atau bahwa kau ingin mempersatukan dua kerajaan melalui ikatan perkawinan."

"Karena tujuan pernikahan ini murni karena politik, katakan saja untuk mempersatukan dua kerajaan," sahut Sehun tegas, "Aku yakin ia pasti menerimanya."

"Aku tidak tahu harus mengucapkan apa atas semua kekonyolanmu ini," gerutu Jongin.

"Terus saja menulis," perintah Sehun.

Suara ketukan yang tiba-tiba terdengar menghentikan gurauan kedua sahabat itu.

"Masuk!" sahut Sehun.

Joonmyeon muncul lengkap dalam pakaian kementeriannya. "Selamat siang, Paduka. Selamat siang, Tuan Jongin," sapa Joonmyeon.

"Selamat siang," sahut mereka.

"Saya melaporkan bahwa saya telah siap menuju Kerajaan Aqnetta."

"Tetapi surat lamarannya belum siap," keluh Jongin.

"Surat lamaran?" tanya Joonmyeon tak mengerti.

Pandangan menyelidik Jongin menatap tajam wajah tak bersalah Sehun.

"Sudah lanjutkan tugasmu," kata Sehun pada Jongin kemudian pada Joonmyeon ia berkata, "Duduklah dulu."

"Baik, Paduka."

Joonmyeon mengambil tempat tepat di samping Jongin.

"Kalau boleh saya tahu, Paduka. Untuk apakah surat lamaran itu?"

"Raja kita punya rencana konyol yang tak masuk akal," jawab Jongin,

"Ia bermaksud menikahi Putri Kerajaan Aqnetta."

Joonmyeon terkejut karenanya.

Sebelum pria setengah baya itu sempat mengatakan apapun, Sehun mendahuluinya, "Jangan berkomentar apapun. Tidak ada gunanya. Rencana ini tetap berjalan walau kalian tidak setuju."

"Ia benar," Jongin setuju, "Aku telah berusaha membujuknya tetapi ia tetap tidak berubah pendirian."

"Anda tahu resikonya bila menikah dengan gadis yang tak banyak kita ketahui, bukan? Resikonya bukan hanya akan menimpa diri Anda tetapi juga Kerajaan Skyvarrna."

"Aku tahu."

Sehun sudah bosan diceramahi hal yang sama sepanjang siang hari ini. Untuk mengalihkan perhatian Joonmyeon, ia bertanya, "Sudah selesai, Jongin?"

"Sebentar lagi," kata Jongin.

Joonmyeon terus memperhatikan Jongin yang sibuk menyelesaikan tugasnya sementara itu Sehun yang melihat surat lamaran itu hampir selesai, segera mempersiapkan penanya.

"Selesai," kata Jongin pada akhirnya, "Ditambah tanda tanganmu, maka surat ini akan resmi darimu."

Sehun menerima surat itu dan membacanya sebelum membubuhkan tanda tangannya kemudian memasukkan surat itu ke dalam sampul surat yang telah disiapkannya.

"Berikan surat ini pada Raja Zhoumi dan sampaikan maafku padanya karena tidak dapat datang sendiri."

Joonmyeon bangkit dan menerima surat itu. "Baik, Paduka."

"Setelah tugasmu selesai, segera kembali ke sini."

"Baik, Paduka," sahut Joonmyeon.

Segera setelah berpamitan pada Sehun dan Jongin, Joonmyeon meninggalkan Ruang Kerja.

Sepanjang perjalanan ke kereta kudanya, Joonmyeon terus memandangi surat di tangannya sambil terus berpikir. Tetapi ia tetap tidak mengerti mengapa Sehun tiba-tiba melamar Putri Kerajaan Aqnetta yang sangat misterius bagi semua orang.

"Kita berangkat," kata Joonmyeon pada kusir kudanya sebelum naik kereta.

"Baik."

.

.

.

Raja Zhoumi duduk di Ruang Rekreasi sambil bersantai membaca koran dan menikmati hangatnya kopi hitam. Itulah kebiasaannya di pagi hari. Seharian mengurus banyak urusan kerajaan membuatnya lelah dan hanya di pagi hari seperti inilah ia bisa beristirahat.

Tengah ia menikmati istirahatnya, seseorang mengetuk pintu.

"Masuk!" kata Raja Zhoumi jengkel.

"Lapor, Paduka," kata prajurit itu, "Menteri Luar Negeri Kerajaan Skyvarrna ingin bertemu Anda. Katanya ini urusan yang sangat penting yang menyangkut dua kerajaan."

"Sepenting apakah urusannya?" gumam Raja Zhoumi jengkel.

"Maafkan saya, Paduka," kata prajurit itu, "Saya telah mengatakan padanya bahwa Anda tidak senang diganggu pada pagi hari tetapi ia mengatakan Raja Sehun memberinya tugas yang sangat penting dan ia harus bergegas kembali ke Kerajaan Skyvarrna."

"Baiklah," kata Raja Zhoumi, "Katakan padanya untuk menungguku di Ruang Tahta. Aku akan menemuinya di sana ."

"Baik, Paduka."

Prajurit itu pergi untuk melakukan tugas yang diperintahkan padanya. Tak lama kemudian pintu diketuk lagi.

"Ada apa lagi?" kata Raja Zhoumi geram.

Yifan terkejut melihatnya. "Ada apa, Paman?"

"Kukira kau adalah prajurit itu lagi."

"Ada apa Menteri Luar Negeri Kerajaan Skyvarrna datang sepagi ini?"

"Aku tidak tahu. Katanya sangat penting."

Yifan ingin tahu apa yang dibawa Menteri itu dari kerajaannya yang luas. "Boleh aku ikut?" tanyanya hati-hati.

"Justru aku mengharapkan kau ikut," kata Raja Zhoumi, "Kaulah calon penggantiku."

Yifan senang mendengarnya. Ribuan kali ia mendengarnya, ia tidak akan bosan. Memang sejak dulu itulah yang diharapkannya, menggantikan pamannya. Berdua mereka menemui Menteri Luar Negeri Kerajaan Skyvarrna di Ruang Tahta.

"Selamat pagi, Paduka," sapa Joonmyeon ketika melihat mereka, "Maafkan saya yang telah menganggu Anda sepagi ini."

"Selamat pagi," kata Raja Zhoumi sambil tersenyum ramah, "Urusan penting apakah yang membuatmu datang sepagi ini?"

"Saya diperintahkan oleh Paduka Raja Sehun untuk menyampaikan surat pada Anda. Sebelumnya ia minta maaf karena tidak dapat datang sendiri."

"Katakan padanya aku mengerti. Memang sulit memerintah kerajaan yang seluas itu."

Joonmyeon merogoh sakunya dan mengeluarkan surat itu. "Ini surat dari Paduka Raja Sehun," katanya sambil menyerahkan surat itu.

Yifan menerima surat itu kemudian memberikannya pada Raja Zhoumi. Raja Zhoumi membuka surat itu dan membacanya.

Yifan yang ikut membaca terkejut melihat isi surat itu yang berbunyi:

Kepada Yang Terhormat Paduka Raja Zhoumi,

Hubungan antara Kerajaan Aqnetta dan Kerajaan Skyvarrna telah terjalin dengan baik sejak lama. Persahabatan yang telah berlangsung selama lebih dari tiga abad ini telah mempererat hubungan kedua kerajaan. Sebagai kerajaan yang bertetangga, saya merasa tidak ada salahnya kalau kita semakin mempererat hubungan itu.

Saya telah banyak mendengar tentang Putri Anda. Banyak yang mengatakan ia sangat cantik sehingga Anda tidak rela ia dilihat oleh orang lain. Saya pun kemudian merasa tidak pantas untuk mendampinginya. Tetapi demi mempererat hubungan dua kerajaan yang bertetangga ini, saya memberanikan diri untuk melamarnya.

Dengan pernikahan ini, Kerajaan Aqnetta yang makmur dan Kerajaan Skyvarrna yang luas dapat lebih saling mendukung. Pada akhirnya kedua kerajaan ini akan mempunyai hubungan yang sangat erat yang kelak akan sangat bermanfaat bagi generasi mendatang.

Melalui pernikahan antara saya sebagai Raja Kerajaan Skyvarrna dan Putri Mahkota Kerajaan Aqnetta, dapat dikatakan Kerajaan Skyvarrna menjadi wilayah dari kerajaan Kerajaan Aqnetta demikian pula sebaliknya. Hal ini selain dapat memperluas hubungan kerjasama antara dua negara juga dapat menghilangkan perbedaan yang selama ini ada di kedua kerajaan. Pada akhirnya, pernikahan ini akan menguntungkan kedua belah kerajaan.

Hormat saya,

Sehun

Yifan mengawasi raut tak percaya Raja Zhoumi dengan cemas.

"Hal ini tidak pernah kubayangkan sebelumnya," kata Raja Zhoumi tak percaya. "Katakan pada Raja Sehun aku setuju dengan pendapatnya."

"Paman?" bisik Yifan cemas, "Raja Sehun hanya ingin menguasai kerajaan kita."

"Mengapa kau cemas, Yifan?" Raja Zhoumi balas bertanya dengan berbisik, "Kedua kerajaan akan menjadi satu dengan pernikahan ini. Sejak dulu aku ingin menguasai kerajaan yang luas seperti Kerajaan Skyvarrna dan dengan pernikahan ini impianku terwujud."

"Tetapi kerajaan kita menjadi milik mereka."

"Tidakkah kau mengerti, Yifan? Pernikahan Putra dan Putri Mahkota dari dua kerajaan akan mempersatukan dua kerajaan. Seperti yang dikatakan Raja Sehun dalam suratnya, Kerajaan Skyvarrna menjadi wilayah Kerajaan Aqnetta dan Kerajaan Aqnetta menjadi wilayah Kerajaan Skyvarrna."

"Berarti aku bukan lagi pengganti Paman?" tanya Yifan tak percaya.

"Maafkan aku, Yifan. Aku tidak ingin mengecewakanmu tetapi inilah yang akan terjadi dengan pernikahan ini," kata Raja Zhoumi, "Demi kemajuan Kerajaan Aqnetta, kau harus merelakan hal ini."

Yifan kecewa bercampur geram karenanya. Tanpa mengatakan apapun, ia meninggalkan Ruang Tahta.

Joonmyeon kebingungan melihat pemuda itu berlalu begitu saja dengan marah.

"Abaikan dia," kata Raja Zhoumi, "Sekarang kita akan membicarakan isi surat Raja Sehun."

"Katakan padanya aku sepenuhnya setuju padanya. Aku menerima lamarannya," kata Raja Zhoumi dengan gembira, "Atau aku harus menulis surat untuknya."

"Menurut saya, lebih baik kalau Baginda membalas surat Paduka Raja Sehun sehingga tidak akan ada keraguan ketika saya menyampaikan balasan Anda."

"Tentu. Tentu saja," kata Raja Zhoumi, "Tunggulah sebentar."

Raja Zhoumi memerintahkan kepada prajurit untuk mengambilkan kertas dan pena dari Ruang Gambar yang dekat dengan Ruang Tahta. Sambil menunggu prajurit itu kembali, Raja Zhoumi mengajak Joonmyeon bercakap-cakap.

"Raja Sehun memang seorang raja yang cakap walau ia masih muda. Aku tidak pernah menyangka ia mempunyai pikiran yang sangat jauh tentang hubungan dua kerajaan ini."

"Anda benar, Paduka," sahut Joonmyeon, "Ketika Raja Donghae meninggal, Kerajaan Skyvarrna menjadi kacau tetapi Raja Sehun dapat segera menguasai keadaan."

"Aku tidak pernah memikirkan bahwa dengan menikahkan putriku dengannya, kedua kerajaan ini akan mempunyai hubungan kerabat bahkan kedua kerajaan tetangga ini dapat menjadi satu kerajaan. Sungguh merupakan suatu keberuntungan bagi kerajaan kecil ini untuk dapat menjadi satu denganKerajaan Skyvarrna yang luas."

Akhirnya Joonmyeon mulai dapat memahami mengapa Sehun melamar Putri Kerajaan Aqnetta. Tetapi ia tetap tidak mengerti mengapa demi menguasai Kerajaan Aqnetta, ia relamengorbankan dirinya sendiri untuk menikah dengan Putri yang konon sangat tidak cocok menjadi seorang Putri

sejati.

"Juga merupakan keberuntungan bagi Kerajaan Skyvarrna untuk dapat bergabung dengan Kerajaan Aqnetta yang makmur dan kaya hasil alam," kata Joonmyeon merendah.

Raja Zhoumi tertawa karenanya. "Kerajaan Skyvarrna beruntung memiliki seorang menteri sepertimu."

Lagi-lagi Joonmyeon merendahkan diri. "Kerajaan Aqnetta juga beruntung memiliki seorang Raja yang sebijaksana Anda, Paduka."

Raja Zhoumi senang melihat sikap Joonmyeon yang penuh rasa hormat dan kesopanan.

Prajurit yang ditugaskan Raja Zhoumi untuk mengambil kertas beserta pena itu akhirnya tiba. Dengan setengah membungkuk hormat, ia menyerahkan benda-benda itu pada Raja Zhoumi.

Segera setelah menerimanya, Raja Zhoumi menulis surat jawabannya. Tidak sampai sepuluh menit ia telah selesai menuliskan semua kegembiraan dan persetujuannya atas lamaran Sehun.

"Berikan ini pada Raja Sehun," katanya sambil menyerahkan surat itu pada Joonmyeon.

"Baik, Paduka," jawab Joonmyeon.

"Apakah kau mau sarapan pagi di sini bersamaku?" Raja Zhoumi tiba-tiba mengundang Joonmyeon sebagai wujud kegembiraannya.

"Saya akan senang sekali tetapi maafkan saya, Baginda. Paduka Raja Sehun memerintahkan saya untuk segera kembali setelah menerima jawaban Anda atas suratnya."

"Ya… ya tentu saja," kata Raja Zhoumi berulang-ulang. "Bila demikian halnya, aku tidak dapat memaksamu lagi. Sampaikan juga salam dan hormatku pada Raja Sehun."

"Baik, Baginda," kata Joonmyeon sambil membungkuk hormat, "Semua perkataan Anda akan saya sampaikan pada Paduka Raja Sehun."

Tak lama kemudian Joonmyeon meninggalkan Istana Vezuza dengan berbagai perasaan.

Lamaran telah diterima. Untuk hubungan kedua kerajaan sudah jelas tetapi tidak untuk masa depan Raja dari Kerajaan Skyvarrna. Joonmyeon tidak dapat membayangkan seperti apakah rupa Putri Kerajaan Aqnetta. Dan kalau apa yang dikatakan banyak orang tentangnya itu benar, Joonmyeon tidak dapat membayangkan bagaimana kebahagiaan Sehun yang harus berdampingan dengan Putri itu.

Joonmyeon telah menjadi Menteri Luar Negeri Kerajaan Skyvarrna sejak Sehun masih kecil. Dan hubungan mereka sudah akrab seperti ayah dan anak.

Joonmyeon tahu seperti dirinya, Raja Donghae mengharapkan Sehun menikah dengan seorang gadis yang cantik jelita bukan dengan putri yang tak banyak diketahui orang. Bahkan dikatakan gemuk, buruk dan entah apa lagi. Yang pasti kesan yang dikatakan banyak orang tentang Putri Kerajaan Aqnetta adalah bahwa Putri itu tidak pantas menjadi seorang Putri sejati yang anggun, cantik dan penuh pesona. Karena itu Raja Zhoumi malu dan melarang sang Putri meninggalkan Istana Vezuza.

Kalau memang ini yang diinginkan Sehun, Joonmyeon tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Ia baru mengetahui rencana ini setelah semuanya terlambat.

Ketika utusan Sehun datang ke rumahnya untuk menyampaikan perintah Sehun, Joonmyeon tanpa curiga segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke Kerajaan Aqnetta. Dan di Istana Qringvassein, ia tidak punya banyak kesempatan untuk mengetahui apa yang tengah direncanakan Sehun hingga memerintahkannya untuk segera berangkat ke Kerajaan Aqnetta.

Semua telah siap ketika ia tiba dan yang dapat dilakukannya hanya melakukan tugas itu walau hatinya bingung dan tidak setuju dengan rencana ini. Jongin benar, ini rencana konyol tetapi juga rencana yang sangat berani. Menempuh resiko yang sangat besar hanya untuk menguasai Kerajaan Aqnetta yang kecil tetapi sangat menarik perhatian kerajaan manapun.

Pangeran-pangeran dari kerajaan lain pasti juga tahu dengan menikah sang Putri, mereka dapat menguasai Kerajaan Aqnetta. Tetapi sebesar apapun ambisi mereka, tidak ada yang berani mengambil resiko itu. Hanya Sehun saja yang berani mengambil resiko itu.

Joonmyeon memandangi halaman Istana Vezuza yang sangat luas. Istana Vezuza sangat megah dan indah. Walaupun Kerajaan Skyvarrna lebih luas dari Kerajaan Aqnetta, tetapi Joonmyeon mengakui Istana Vezuza lebih indah daripada Istana Qringvassein. Di dalam istana yang indah bagai istana negeri dongeng itu, tinggal seorang Putri yang penuh misteri bagi siapapun kecuali orang Istana Vezuza sendiri.

Joonmyeon menghela napas dengan pasrah. Seperti apapun rupa sang Putri, ia berharap Putri itu dapat membahagiakan Sehun. Joonmyeon juga berharap Sehun tidak menyesal dengan jalan yang ditempuhnya ini bila ia tahu rupa sang Putri.

Joonmyeon menyapu seluruh Istana Vezuza beserta halamannya itu dengan pandangannya sebelum akhirnya ia memasuki kereta.

Seperti yang diharapkan Sehun, Joonmyeon sudah tiba di Istana Qringvassein hanya dalam waktu tak lebih dari dua minggu setelah kepergiannya.

Begitu mencapai Skyvarrna, Joonmyeon segera menuju Istana Qringvassein untuk menyerahkan surat jawaban Raja Zhoumi kepada Raja Sehun.

Sehun tampak begitu percaya diri ketika menerima surat itu.

"Kau secepat yang kuharapkan, Joonmyeon."

"Terima kasih, Paduka."

Dengan penuh percaya diri, Sehun membuka surat itu.

Jongin juga ingin tahu jawaban Raja Zhoumi tetapi ia tahu batas-batas keakraban mereka sebagai sahabat. Walaupun mereka adalah sahabat akrab sejak kecil, Jongin tahu ia harus menjaga sikapnya kepada orang nomor satu di Skyvarrna.

"Aku sudah menduganya," kata Sehun puas, "Mungkin kau mau melihatnya, Jongin."

Jongin tentu saja mau. Ia segera menerima surat itu dan membacanya cukup keras sehingga Joonmyeon juga dapat mendengarnya.

Kepada Yang Terhormat Raja Sehun,

Saya merasa sangat beruntung atas lamaran Anda kepada putri saya. Saya menyadari apa yang Anda katakan dalam surat Anda benar. Persahabatan antara kerajaan kita telah terjalin cukup lama dan tidak ada salahnya bila kita mempererat hubungan ini dalam suatu ikatan pernikahan. Saya dan putri saya merasa sangat beruntung dengan lamaran Anda ini.

Saya akan merasa sangat beruntung dapat mempunyai menantu yang hebat seperti Anda.

Hormat saya,

Raja Zhoumi

"Tentu saja ia merasa sangat beruntung mempunyai menantu yang sangat tampan sepertimu untuk putrinya yang jelek," Jongin memberi komentar setelah selesai membaca surat itu.

Sehun diam saja mendengarnya. Ia senang rencananya berjalan mulus seperti harapannya. Dan ia tidak mau memikirkan yang lain selain keberhasilannya ini.

Jongin menatap lekat-lekat wajah penuh kemenangan Sehun. "Rencanamu berhasil," katanya, "Aku hanya dapat mengucapkan selamat menjadi pengantin yang bahagia."

Sehun hanya tersenyum mendengarnya.

"Paduka," kata Joonmyeon tiba-tiba, "Apakah Anda yakin dengan rencana Anda ini? Rencana ini terlalu besar resikonya."

Entah untuk yang keberapa kalinya, Sehun berkata, "Aku telah memikirkan semuanya." Untuk meyakinkan Joonmyeon kalau ia tidak bisa mencegahnya, Sehun menambahkan, "Kalaupun kau ingin menghentikanku, semuanya sudah terlambat. Kau tidak ingin kerajaan kita berperang dengan Kerajaan Aqnetta, bukan?"

"Tentu saja bukan itu maksud saya. Tapi…"

"Sudahlah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Dengan penuh keyakinan, Sehun berkata, "Setelah menjadi istriku, ia harus menurut padaku. Aku adalah suaminya dan ia tidak akan bisa melawanku."

"Kuharap kau bisa mengendalikannya," Jongin berkata acuh, "Kurasa ia akan terpesona padamu hingga ia akan selalu menuruti semua kata-katamu." Sehun mengacuhkan sahabatnya dan berpaling pada Joonmyeon.

"Apakah Raja Zhoumi mengatakan sesuatu tentang rencana pernikahan putrinya?"

"Tidak, Paduka," jawab Joonmyeon.

"Baiklah," kata Sehun tiba-tiba, "Sudah kuputuskan."

"Memutuskan apa, Paduka?"

"Aku akan ke Kerajaan Aqnetta, Joonmyeon. Aku akan menemui Raja Zhoumi untuk membicarakan pernikahan ini dan mengaturnya."

"Anda bisa menyuruh saya melakukannya untuk Anda, Paduka," kata Joonmyeon, "Lagipula banyak yang harus Anda kerjakan di sini."

"Tidak, Joonmyeon. Aku merasa lebih baik kalau aku sendiri yang membicarakannya dengan Raja Zhoumi. Aku tidak ingin membuat Raja Zhoumi tersinggung."

"Aku rasa kau ingin ke sana karena ingin bertemu calon istrimu," kata Jongin mengejek.

"Aku memang berharap seperti itu. Setidaknya aku sudah tahu bagaimana rupa gadis yang akan menjadi istriku sebelum aku menikahinya."

Jongin terus menganggu Sehun. "Kalau ia buruk rupa, kau akan tetap menikahinya?"

"Sudah berulang kali kukatakan aku tidak akan membatalkan rencanaku," kata Sehun jengkel, "Lagipula aku tidak yakin dapat menemuinya. Raja Zhoumi tentu akan menyembunyikannya entah di mana."

"Saya juga tidak pernah bertemu dengannya ketika dulu saya ke Istana Vezuza," kata Joonmyeon, "Tampaknya putri ini benar-benar disembunyikan oleh Raja Zhoumi dari semua orang."

"Baiklah, sekarang semua telah diputuskan. Joonmyeon, kau boleh kembali ke rumahmu untuk beristirahat. Jongin, kaupun boleh kembali kalau kau ingin."

"Aku ingin ikut denganmu. Aku ingin melihat calon istrimu."

"Tidak," kata Sehun tegas, "Aku yang akan pergi sendiri."

"Paduka," kata Joonmyeon, "Saya akan lebih tenang kalau Tuan Jongin juga ikut Anda."

"Tidak," sekali lagi Sehun berkata tegas, "Ini perintah dan tidak ada yang boleh membantahnya."

"Kalau aku ikut, aku dapat mencari tahu tentang sang Putri sementara kau sibuk berunding dengan Raja Zhoumi," Jongin tidak berhenti membujuk Sehun, "Aku juga ingin bertemu dengan calon istri sahabat baikku yang juga rajaku."

"Saya pikir apa yang dikatakan Tuan Jongin benar, Paduka. Seperti yang Anda katakan, lebih baik Anda mengetahui seperti apa rupa sang Putri sebelum Anda menikah dengannya. Sehingga Anda bisa tahu apa yang harus dilakukan sebelum memboyongnya ke sini."

"Membawa Jongin sebenarnya adalah bencana. Tetapi kalau kalian memaksa Jongin ikut, aku tidak akan mencegah," kata Sehun, "Aku juga tidak akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padamu ketika kau berusaha menyelidiki sang Putri."

"Aku telah melarangmu," Sehun memperingatkan.

"Jangan khawatir," Jongin tersenyum senang.

"Sebelum kau kembali, Joonmyeon, tolong panggilkan salah seorang prajurit."

"Baik, Paduka."

Joonmyeon segera berlalu dari ruangan itu.

"Keputusan yang sangat bijaksana untuk membawaku pergi besertamu, Sehun," kata Jongin puas.

"Seperti yang kukatakan membawamu sepertinya bukan ide yang baik. Tetapi kupikir daripada aku harus sibuk menceritakan apa yang terjadi selama aku berada di Istana Vezuza, lebih baik kau melihatnya sendiri." Jongin tersenyum penuh kemenangan.

"Sebaiknya kau lekas bersiap-siap. Kalau tidak malam ini, kemungkinan aku akan berangkat besok pagi."

"Baik, Paduka," kata Jongin. Kemudian pria itupun segera berlalu. Sesaat setelah kepergian Jongin, pintu diketuk seseorang.

"Masuk!"

"Paduka memanggil saya?" tanya prajurit itu.

"Aku ingin kau memanggil Brasch untukku. Dan aku ingin sesegera mungkin, ini masalah yang sangat mendesak."

"Baik, Paduka," sahut prajurit itu sebelum meninggalkan Ruang Kerja. Sehun menyandarkan punggungnya ke kursinya yang tinggi dengan puas. Ia sangat puas dengan keberhasilannya ini hingga ia yakin ia tidak akan dapat tidur malam ini. Sejak kecil ia berambisi menguasai Kerajaan Aqnetta ke dalam kekuasaan Kerajaan Skyvarrna.

"Kerajaan kecil yang hijau permai namun tak terjangkau," gumam Sehun sambil membayangkan keindahan tempat itu.

Hanya sekali Sehun berkunjung ke Kerajaan Aqnetta, itupun ketika ia masih berusia sepuluh tahun. Tetapi sejak itu dan terus selama tujuh belas tahun terakhir ini, ia tidak pernah melupakan tempat itu. Ia seperti terbius oleh pesona alamnya yang indah.

Pegunungan Alpina Dinaria yang memanjang di perbatasan barat dengan Gereja Chreighton-nya yang lebat dan masih liar. Kota-kotanya yang damai dan penuh pesona. Istana Vezuza-nya yang indah seperti istana negeri dongeng.

Kerajaan Aqnetta. Sebuah kerajaan kecil yang indah dan kaya namun tak berani disentuh kerajaan manapun.

Sehun puas bahkan sangat puas dengan keberhasilan rencananya ini. Ia merasa telah menang dari kerajaan manapun.

Mereka tidak berani mengambil resiko untuk menghadapi Kerajaan Aqnetta. Sehun pun juga tidak mau mengorbankan pasukannya ke dalam cengkeraman kekuatan Kerajaan Aqnetta yang terkenal sangat kuat. Kekuatan Kerajaan Aqnetta terlalu kuat untuk diusik kerajaan manapun bahkan bila mereka bersatu pun, belum tentu mereka dapat menang dari pasukan Kerajaan Aqnetta terutama pasukan rahasianya.

Tetapi Sehun lebih berani mengambil resiko untuk menikahi Putri Mahkota Kerajaan Aqnetta. Walau ia tidak pernah tahu seperti apakah rupa sang Putri, ia berani mengambil resiko itu. Tidak peduli sang Putri jelek, tua, gemuk atau apapun, Sehun tetap akan menjalankan rencananya ini. Setelah menjadi istrinya sang Putri harus tunduk padanya dan ia tidak akan dapat bertindak sekehendak dirinya sendiri.

.

.

.

T B C

.

.

.

Ok, Chapter 1 selesai..

Mudah-mudahan Readers pada suka..

Mind to Review?

Untuk kelanjutan cerita..?

.

.

.

"020115"