Haloo …
Ini fic pertamaku.
Maaf ya kalo alur gaje dan typo bertebaran..
Selamat Membaca ^^
Naruto belongs Masashi Kishimoto
Romance and Friendship
Rate T+
Cast : SakuSasu, SakuNaru, NaruHina
.
.
.
.
.
Sakura POV
Halo namaku Sakura Haruno. Hari ini adalah hari pertamaku menjadi murid SMA di Konoha High School. Saat ini umurku 14 tahun. Sangat muda bukan ? aku bukanlah murid jenius yang bisa loncat kelas ataupun pemilik yayasan. Aku hanyalah murid yang disekolahkan lebih cepat dari umurku dengan alasan ketika aku lulus dan bekerja nanti tidak terlalu tua ketika mengurusi anak. Alasan yang sangat konyol bukan ?
"Sakura-chan ! cepatlah turun. Naruto-kun sudah datang". Itu suara ibuku.
"baik bu." Jawabku.
Aku kembali memeriksa peralatan sekolah yang akan ku bawa. Semua buku, pena, pensil, dan peralatan lainnya sudah rapi ku masukkan ke dalam tasku. Aku kembali menyisir rambutku yang pendek dan membenahi poniku. Dan melihat sekali lagi penampilanku di cermin. Lumayan. Kemudian aku bergegas turun untuk sarapan sebelum ibuku berteriak lagi.
"Ohayo" Sapaku riang.
Setelah menyapa mereka aku duduk di meja makan di hadapan naruto. Oiya naruto ini adalah temanku sejak bayi. Mungkin sejak aku berada di dalam kandungan. Dan alasan naruto kenapa pagi-pagi udah dirumahku karena udah menjadi kebiasaannya untuk sarapan dirumahku. Dari kecil orang tua naruto sudah menitipkannya ke ibuku. Karna ibuku seorang ibu rumah tangga jadi dia tidak merasa keberatan mengurusi dua anak sekaligus.
"Wah sakura. Kau sangat manis mengenakan seragam itu" Puji naruto.
Aku sedikit terkejut ketika naruto memujiku seperti itu. Jarang-jarang dia memujiku. Dia lebih sering mengataiku tomboy dari pada mengatakan bahwa aku ini manis.
"Sakura-chan. Muka mu kenapa ? apakah kau demam ?" Tanya naruto yang kemudian meletakkan tangannya di dahiku.
Aku sedikit tersentak dia melakukan itu padaku. Kemudian dengan kasar aku menepis tangannya yang berada di dahiku.
"tidak. Aku tidak apa-apa". Jawabku gugup.
Kemudia aku melirik ibu yang sepertinya sedang tersenyum penuh arti kearah ku dan naruto.
"Kau kenapa sih sakura-chan". Cibir naruto.
"kau itu yang kenapa!" ucapku sewot.
"sudah-sudah. Cepat habiskan sarapan kalian." Ucap ibu menengahi pertengkaran kami.
Kami segera menghabiskan sarapan kami, dan kemudian bergegas untuk berangkat kesekolah.
"ibu. Ayah aku berangkat dulu". Ucapku seraya mencium pipi ibu dan ayahku. Dan naruto pun juga melakukan hal yang sama denganku. Jangan salah paham, naruto sudah di anggap anak sendiri oleh kedua orang tuaku.
Aku dan naruto berjalan kaki menuju sekolah kami. Sekolahan kami tidak terlalu jauh. Dengan berjalan kaki kami hanya perlu menghabiskan waktu 15 menit. Selama perjalanan kesekolah aku hanya diam memikirkan sikap naruto tadi pagi. Aneh. Baru kali ini aku merasa seperti ini. Jantung yang berdetak sangat kencang, pipi yang terasa panas dan juga sentuhan naruto yang membuat nyeri di dadaku. Sepertinya aku sakit. Pikirku. Dan tanpa sadar aku menabrak dada naruto.
"Aw." Aku melihat naruto yang mengernyit bingung kearahku.
" sih berhenti mendadak".
"kau aneh sekali sakura-chan. Kau kenapa? Apakah kau sakit?". Tanya naruto dengan raut cemas. Naruto hendak meletakkan tangannya lagi ke dahiku, dan sebelum dia melakukan itu. Aku kembali menepisnya.
Dia kaget ketika aku menepis tangannya lagi. Aku melihat raut kecewa di wajanya. "kau kenapa ? apakah aku berbuat salah padamu?"
"tidak. Aku hanya sedang berpikir saja". Jawabku acuh.
Kemudia aku melihat kesekeliling. Ternyata kami sudah sampai di gerbang sekolah.
"Aku baru sadar ternyata kita sudah sampai di sekolah". Ucapku sambil nyengir kuda.
"Kau sih dari tadi melamun. Aku ajak ngomong aja kau hanya diam saja".protes naruto
"Maaf" ucapku lagi sambil nyengir kuda.
Kemudian aku dan naruto melihat sebuah mobil hitam yang kelihatannya sangat mahal dan mewah tiba-tiba berhenti di depan kami. Apakah itu Hokage ? atau kepala sekolah ? Mobilnya sangat bagus. Pikirku. Aku dan Naruto hanya terus memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan mobil itu. Kami penasaran siapa yang akan turun dari mobil mewah itu.
.
.
.
.
.
