Bekerja.

Satu kata yang menjadi salah satu aktifitas harian bagi sebagian orang yang beranjak dewasa demi memenuhi kebutuhan hidup. Tak terkecuali gadis cantik bersurai pirang yang tengah menikmati udara pagi di balkon apartemen mungil miliknya.

"Ohayou.."

Seulas senyum terpahat di bibir ranum gadis tersebut. Manik hazelnya menangkap sebuah objek di sudut pagar balkonnya. Sebuket bunga mawar merah nan cantik. Ia mengambil bunga tersebut.

Lagi.

Dan Lagi.

Ini bunga kedelapan yang ia temukan berada dibalkon miliknya. Tanpa tau siapa pengirim bunga tersebut. Gadis itu tersenyum kecil. Diraihnya sebuah lipatan kertas kecil disela-sela bunga mawar dan memukanya.

Selamat pagi Hime. Semoga aktifitasmu menyenangkan hari ini.

ND

Begitulah isinya. Gadis itu tak habis pikir dengan seseorang yang setiap pagi rajin mengirimi bunga favotritnya. Yang menjadi kunci, pada pesan singkat tersebut terdapat sebuah inisial dengan dua huruf. ND. Apalagi balkonnya berada pada lantai atas.

Awalnya ia berpikir bahwa seseorang yang salah alamat mengirim bunga itu dan 'menyasar' di apartemennya. Namun setelah ia mendapat sebuket bunga lagi dan lagi setiap pagi, gadis itu percaya jika bunga itu memang dikirimkan khusus untuknya. Yang membuat ia semakin yakin, beberapa pesan pada bunga-bunga itu yang menyebutkan namanya. Lucy Heartfilia.

"Bunga lagi? aku semakin penasaran siapa yang kurang kerjaan mengirimiku bunga ini.." gumamnya.

"Entahlah.. mungkin penggemar rahasiaku.. hihihi" Lucy terkikik.

Ia meletakkan bunga itu diatas meja yang juga terdapat beberapa ikat bunga yang sebelumnya ia terima.

"Heh? jadi siapa pengirimmu? gara-gara pengirimmu aku jadi mengkoleksi vas-vas bunga ini.."Ucapnya kepada bunga tersebut.

"Yoshhh.. baiklah aku akan mandi dan bersiap untuk bekerja.."

XXX

"Lucyyy.. aku belum menyelesaikan berkas ini? tolong yaaa.. setelah selesai berikan pada Tuan Natsu.." ucap salah satu teman Lucy.

"Ah kenapa tidak kau saja Juvia.. aku sedang sibuk.." Lucy mencari alasan agar tidak menemui atasannya yang bisa dibilang menyebalkan, angkuh dan dingin. Tapi sifatnya itu hanya pada Lucy saja. Sedangkan teman-temannya yang lain tidak.

"Aku juga sedang sibuk Lucy, kau saja ! hanya berkas ini saja Lucy.." ucap Juvia lagi.

"Kenapa harus aku?" Lucy tak habis pikir mengapa sahabatnya yang juga sama-sama pegawai yang bersebelahan itu melemparkan pekerjaan yang seharusnya bukan ia kerjakan.

"Aku ada janji dengan Gray-sama.."

"Arggghhhh.. teganya kau Juvia, hanya demi Gray-samamu aku yang menderita seperti ini.." Lucy mulai kesal dengan sahabatnya itu.

"Makanya Lucy, cepatlah cari pacar.. agar kau bisa merasakan bagaimana mempunyai pacar.." Juvia tertawa dengan wajah tanpa dosanya.

"Arggghhh.."

Pada akhirnya Lucy juga yang mengerjakan berkas itu. Setelah selesai ia segera menuju ruangan dimana 'atasan yang menyebalkan' itu bersemayam.

Tok..tok..tok..

"Masuk !" ucap penghuni kantor tersebut.

Lucy membuka pintu. "A-ano.. sumimasen Dragneel-sama, ini berkas minggu lalu yang telah selesai."

Pemuda bersurai pinkish itu menaikkan satu alisnya dan menatap sinis Lucy yang sedang meletakkan berkas diatas meja kerjanya.

"Sudah? silahkan keluar." ucap pemuda itu datar.

Tangan Lucy mengepal erat, tak bisakah lembut sedikit ucapannya kepada seorang gadis?

Ia sungguh kesal dengan pemuda itu.

Apakah dengan mempunyai jabatan seperti itu ia berlaku seenak jidatnya?

Apakah dengan Ketampanannya ia bisa mempermainkan perasaan seseorang begitu saja?

"Hearfilia-san?! bisakah anda keluar !" Suara keras pemuda itu mengejutkan Lucy.

"H-hai"

Lucy pun berlalu meninggalkan ruang kerja milik pemuda paling menyebalkan. Ia bersumpah tak akan lagi menjejakkan kakinya di ruang kerja milik penerus perusahaan yang merupakan tempatnya bekerja.

"Mengapa wajahmu murung honey?" tiba-tiba suara seorang pemuda menganggu pergulatan pikirannya. Ia menoleh dan mendapati seorang pemuda dengan rambut jingganya tengah memasang senyum lebar.

"Loke.. jangan panggil aku seperti itu?!" Pemuda itu tak menghilangkan rasa kesalnya tetapi malah membuatnya semakin kesal.

"Ayolah honeyku.. kita adalah pasangan yang serasi, apakah kau akan terus memasang wajah mengerikanmu itu kepada pacarmu ini?" goda Loke.

"hiiii.. enak saja ! sejak kapan kau menjadi pacarku?!"

Natsu yang tak sengaja lewat melihat pemandangan tersebut. Akhirnya mereka saling bertatapan. Sejurus kemudian Natsu melanjutkan langkahnya dan meninggalkan mereka berdua dengan tatapan yang tak menyenangkan.

"Cih !" Natsu mendecih. Lucy terkejut, ia mendengarnya secara jelas.

Apakah begitu bencinya ia terhadapku?