Chapter 1 : Aku sama seperti Dia

Desclaimer : Masashi Kishimoto

.

.

Ganre : Hurt-Romance-Family

.

.

.

I'M NOT HIM! Remember That!

.

.

.

Pairing : Sasuke x Itachi x Naruto x Kyuubi/Kurama

.

.

Rate : M

.

.

Warning : YAOI, BOYxBOY, AU, OOC, LIME, LEMON(maybe), Typo bertebaran, dll

.

So, Don't like? Don't READ!

Oke?

A/N : Hello minna~ ketemu lagi dengan Ruu di fic baru ini! Heheh, padahal yang satu masih belum selesai tapi, malah buat fic baru. *garuk-garuk belakang kepala*. Eerrr.. sebenarnya ide ini datang tiba-tiba saat Ruu ngejelajahi(?) fic-fic yang pairingnya lebih dominan Sasunaru dan Itakyuu. Karena pairnya kebanyakan Ruu jadi bosan. Nah, tanpa segaja Ruu nemuin fic dimana ada NaruSasu,Kyuuita dan fic itu bagus sekali. Jadi... yah, begitulah heheh*apanya yang 'begitulah'?*. Baiklah kurasa sudah cukup cuap-cuapnya. Kuarap para readers suka.^^

P.S : Sudah tau'kan pair mana yang main disini? Tapi, hanya ada satu yang akan menjadi puncak ketegangan sekaligus puncak masalah di fic ini. Heheh,, penasaran? Cari tau saja sendiri! :P

Happy Reading Minna~

ooOooOooOooOoo

Normal's POV

Banyak orang yang berlalu lalang untuk mencari keteduhan ketika hujan deras mengguyur Kota Tokyo. Tetapi, tidak dengan seorang pemuda yang menenteng tas satu tali yang menyilang dari bahu kanannya sampai pinggang kirinya itu dan sebelah tangan yang menggenggam sebuah kantong plastik putih besar berisikan belanjaan yang tampaknya tidak memperdulikan hujan deras yang mengguyurnya.

Pemuda itu hanya memakai jaket tahan air dengan tudung yang hampir menutupi seluruh wajahnya yang sesekali menggangguk-nganggukkan kepala. Jika melihat lebih dekat lagi pemuda itu mendengarkan lagu keseukaanya dengan menggunakan headseat yang tersambung dari i-phone yang tersimpat dalam kantung jaket hitamnya.

Langit yang kian menghitam dengan hujan yang semakin deras dan bergemuruh 'tak membuat pemuda itu berjalan cepat untuk sampai ketujuan. Pemuda itu merasa bahwa hujan adalah sahabatnya. Dan kejadian ini bukanlah yang pertama bagi dirinya.

Hujan sudah bagian dari hidupnya saat kejadian 'itu' terjadi. Dimana orang yang ia kasihi pergi meninggalkan dirinya di dunia yang kejam nan fana ini. Padahal ia sudah berkali-kali untuk melakukan semua cara yang ia bisa agar ia cepat menyusul 'dia'. Tapi, saat ini Dewi Fortuna tidak memihaknya. Seakan 'dia' tidak mengijinkan dirinya ikut bersamanya.

Ia sudah muak dengan kehidupan yang ia jalani. Ia lelah menjalani semua 'kebohongan' yang ia buat. Ia tidak sanggup lagi untuk meneruskan akting sebagai 'dia'. Karena ia tahu bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa meniru 'dia'. Ia seharusnya memberitahukan kepada dunia bahwa 'dia' telah pergi. Termasuk dengan orang yang dicintai oleh 'dia.

Ia sadar bahwa ini adalah dosa terbesarnya, bahkan lebih besar dosanya daripada dosa yang ia dapatkan dari perkerjaanya. Tapi, apa daya. Yang ia lakukan hanya untuk menepati dan menjalankan tugas terakhir yang belum diselesaikan oleh 'dia'. Sebelum 'dia' pergi untuk bergabung bersama kedua orang yang ia kasihi juga setelah 'dia'. Ia telah berjanji untuk menyelesaikan tugas atau permintaan terakhir dari 'dia'. Karena itu, ia masih tetap bertahan meskipun berat untuk dilakukan. Dengan sepenuh hati, ia akan menerima dan menanggung semua dosa-dosanya demi 'dia'. Hanya 'dia' dan 'dia'!.

Orang yang ia kasihi sekaligus orang yang yang menjadi Mentari hidupnya. Dia adalah...

.

.

.

.

'Otoutou'nya

ooOooOooOooOoo

Cleek,

Kriiiiit,

Suara pintu memecahkan keheningan yang ada didalam rungan gelap dan dingin itu. 'Tak lama kemudian terlihat seorang pemuda mulai memasuki ruangan itu lalu menutup pintu dan menguncinya.

"hhaaa... selalu begini." Ucap pemuda pemilik ruangan gelap itu atau bisa disebut sebagai apertement lebih tepatnya.

Kemudian pemuda itu berjalan kearah saklar lampu *benar gak tulisannya?* untuk mengusir kegelapan yang melanda ruangan dingin ini.

Tekk!

Dan setelah pemuda itu menyalakan lampu, terlihatlah isi ruangan yang tidak terlalu luas itu. perabotan yang sederhana, sebuah TeleVisi dengan ukuran sedang, tiga buah sofa pendek serta satu buah sofa panjang yang berhadapan dengan Televisi beserta sebuah meja yang tak terlalu panjang sebagai tempat pemisah antara sofa panjang itu dengan televisi didepannya. Di ujung ruangan sebelah kiri terdapat sebuah pintu yang diyakini sebagai tempat tidur sang pemuda dan di ujung sebelah kanan terdapat sebuah ruangan atau lebih tepatnya dapur diruangan yang bercat coklat tua itu.

Pemuda itu kemudian berjalan kearah dapur dan meletakkan kantong belanjaanya diatas meja makan. Tangan sang pemuda yang sedari tadi berada dikantung jaket hitam itu terulur mengambil sebuah cangir dan mengisinya dengan air putih yang berada didalam teko.

Gluuk, gluuk, gluukk

Tengguk demi tengguk air didalam cangkir itu habis tak tersisa diminum oleh pemuda itu. Tangan berkulit putih itupun meletakkna cangkir bermotif apel jeruk itu didekat teko. Dan setelah itu ia berjalan kearah kamarnya tanpa peduli dengan lantainya yang basah karena dirinya.

Melepas headseat dan mematikan lagu dari i-phonenya lalu melempar i-phonenya beserta tasnya ke sembarangan arah dikasur. Ia segera berjalan kearah kamar mandi yang berada didalam kamarnya dengan sebelah tangan yang menggenggam sebuah handuk merah tua miliknya.

Cleek,

Pemuda itu mengunci pintu kamar mandinya dan menggantungkan handuknya ditempat gantunggan khusus.

Kemudian pemuda itu berjalan ke sebuh cermin besar yang terletak dipojok kanan kamar mandi yang sedikt luas berwarna birulaut itu. Dengan menyangga kedua tangan dan kepala yang terunduk. Pemuda itu kembali menghela nafas.

Setelah itu ia melepaskan tudung beserta jaketnya hingga meninggalkan kaos merah marun yang melekat ditubuhnya dan mempertontonkan otot-otot yang terbentuk dengan sempurna ditubuh sang pemuda itu. Sekarang, rupa sang pemuda terlihat. Rambut kuning jambrik yang agak basah, sepasang mata berwarna biru laut yang dapat menenggelamkan siapa saja yang melihat kedalam keindahan tersebut. Tetapi, tatapan dan pandangan yang ditunjukan oleh pemuda itu seakan tidak ada lagi kehidupan. Hanya tertinggal tubuh tanpa jiwa. Kosong dan menusuk. Di kedua sisi pipi sang pemuda terdapat tiga guratan garis tipis layaknya sepasang kumis yang mulai terlihat memudar dan bahkan hampir tak terlihat saking pudarnya.

Pemuda yang memiliki kulit putih kecoklatan itu kemudian menyalakan shower hingga air dingin itu kembali mengguyur tubuh berkulit putih yang tampaknya mulai memucat karena suhu udara yang berubah menjadi dingin akibat hujan deras yang turun beberapa saat yang lalu.

Masih dengan celana jins biru tuanya dan tanpa baju atasan yang entah sejak kapan sudah terlepas dari tubuh kekarnya sehingga sekarang terlihat dengan jelas BETAPA sempurnanya tubuh pemuda itu. *uugh,, betapa inginnyaa~ heheh, oke back to story*

Membiarkan air sedingin es itu membasahi seluruh tubuhnya pemuda itu hanya menutup mata. Bukan karena dinginnya air itu. karena ia sekarang tidak merasakan apa-apa.

"Sakit? Dingin? Panas? Huh.. kurasa tubuhku sudah mati rasa. Hha... kapan semuanya berakhir... Kapan aku bisa terlepas dari belenggu ini... kapan aku bisa bertemu dengan mu lagi... Otoutou." Ucap pemuda itu dengan lirih.

Skip time

Pemuda berkulit putih dengan rambut kuning jambriknya yang sudah layu turun kewajah dan menggunakan sebuah handuk berwarna merah tua yang melilit dipinggangnya. Ia berjalan kearah kasurnya dan mengambil i-phonenya yang tampaknya ada sebuah pesan masuk.

From : Sasu-teme

[Hei Dobe, besok ada jadwal baru yang baru saja diubah. Aku juga baru mengetahuinya barusan karena Kakashi mendapatkan sebuah tawaran bagus dari seorang fotografi kenalanya. Oleh karena itu kau harus datang pagi-pagi keperusahaan. Sebagai seorang manager kau bertanggung jawab atas semuanya. Mengerti? Ku tunggu kau di caffe di depan perusahaan. Terlambat sedikit nyawamu melayang. Oyasumi usurotankachi]

"Cih, benar-benar menyebalkan. Harus kukatakan berapa kali bahwa ak-"

Drrrrttt,, ddrrrrrtt,, drrrtttt

Ucapan pemuda itu terpotong oleh suara getaran dari i-phonenya. Dilayar i-phonenya tertulis sebuah nama yang sedang memanggil. Menimbang-nimbang i-phonenya yang bertanda bahwa pemuda itu ragu untuk mengangkatnya atau tidak. dan akhirnya ia memilih mengangkatnya.

"Ada apa kau telfon aku malam-malam?" tanya pemuda itu dingin.

"Hei, bicaramu dingin sekali. Apa kau tidak rindu dengan kekasihmu hmm.. my lovely kitsune?" terdengar sebuah suara dari seorang laki-laki diseberang sana.

"Itu bukan urusanmu. Jangan berbasa-basi denganku keriput, kau tau jam berapa sekarang? Ingat baik-baik keriput. Aku bukan KEKASIHmu! Dan berhentilah memanggilku dengan panggilan menjijikan itu!" bentak pemuda itu dengan nada yang kedengaranya berbahaya.

"Hn, apakah tidak boleh menyapa hewan peliharaanku? Lagipula disini masih pukul 9 malam dan aku tidak akan berhenti memanggilmu dengan panggilan itu jika kau juga berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Dan oh, sejak kapan kau menjadi kekasihku? Bukankah kita sudah menjadi sepasang kekasih sejak kita me-"

"Stop, stop, stop! Berhentilah mengungkit-ungkit masalah itu lagi. jika kau tidak mempunyai hal penting lagi aku tutup telfon ini. Besok aku harus kerja dan bangun pagi-pagi. Bisakah kau tidak menggangguku sehari saja?" pemuda itu langsung memotong ucapan laki-laki itu karena ia sudah tau arah jalan ucapan laki-laki itu.

"fufufu, siapa duluan yang memulainya my lovely kitsune? Tentu saja ada hal penting yang harus kubicarakan kepada mu, tapi tidak melalui telefon. Besok pagi aku akan berangkat. Mungkin aku tiba pukul 10, akan kuhubungi jika aku tiba disana."

"Sebenarnya, apa yang akan kau bicarakan dengan ku?"

"Kau akan tau nanti my lovely kitsune. Ini menyangkut kejadian 3 tahun yang lalu. Dimana kejadian yang merenggut 'dia' darimu."

...!

"Katakan apa tujuan mu memberitahuku tentang masalah ini? kau tidak mungkin memberikan hal ini dengan Cuma-Cuma bukan? Apa mau mu sebenarnya Uchiha?!" desis pemuda itu geram karena laki-laki disebrang sana.

"Hn, aku tidak mempunyai tujuan ataupun maksud tertentu. Aku hanya ingin membantumu memecahkan masalah kejadian 3 tahun yang lalu. Dan imbalannya.. aku ingin tubuhmu...

...

...

...

...

...

...

...

Kyuubi."

"ap-apa?! Ka-"

"jika kau menolak, akan kupastikan kau akan menyesal karena kehilangan informasi penyebab kematian 'dirinya'... orang yang kau sayangi sekaligus adik kandungmu...

..

..

..

..

..

..

..

Naruto."

To Be Continue/The End

Bagaimana minna? Apa fic ini masih mau dilanjutkan? Atau tamat saja yaa? Heheh,, pasti aneh dan penuh misteri ya ? dan pastinya membingungkan. Benar? Heheh,, soalnya ide cerita ini muncul tiba-tiba. Bahkan niat Ruu yang mau lanjut fic 'Naruto: Who are you?' bisa kesasar(?) malah buat fic ini. tanpa sadar loh! Lihat saja si Zuu yang sedari tadi ngomel-ngomel tidak jelas karena Ruu yang keasikan buat fic ini. =3= huh, ini'kan giliran Ruu... Oke, kurasa sampai disini dulu curhatnya.

RnR ?

Heheh, kuharap minna-san terhibur dengan fic buatan Ruuka. Bukan Kazuu ya... Arigatou nee sudah mampir baca, tapi jika minna-san berkenan dan menyisakan 1 menit atau beberapa detik untuk meninggalkan jejak(?) di fic ini. Ruu sudah bahagia sekali. Sekali lagi arigatou gozaimasu! n(_ _)n *bungkuk*

Jaa nee~ sampai ketemu lagi ^0^/