Yo Minna-san! Akhirnya kelar juga ni fic. *Ahem* Ini mungkin bukan fic saya yang pertama, but, ini merupakan fic pertama saya yang menggunakan bahasa indonesia (fic ane yang lainnya pada pakek bhs inggris lainnya). Ya, karena kepingin aja nyoba untuk bikin fic bahasa indonesia dan lihat bagaimana hasilnya nanti. Semoga minna-san semua dapat menikmatinya dan mohon saran dan kritisnya (alias Review), kalau misalnya memang suka ya bisa dilanjutin, ini semua terserah pendapat minna-san semua.
Warning: Plot AU, OOC tingkat dewa, typo tersebar dimana-mana, kemungkinan besar setelah membaca fic ini akan masuk RSJ atau UGD, GAJE yang bisa mengalahkan orang GAJE, DLL.
Disclaimer: Vocaloid isn't mine.
Api…
Benda yang tercipta karena campuran antara bahan kimia dan oksigen itu adalah satu-satunya hal yang dapat dia lihat disekelilingnya. Dia dapat merasakan bagaimana api-api yang berada disekelilingnya mulai mempengaruhi dirinya. Lama kelamaan, nafasnya mulai menjadi sesak dan karena hal itulah kenapa pandangan matanya mulai kabur dan bahkan untuk menggerakkan, tidak, untuk mengangkat kakinya pun terasa sangatlah susah. Perlahan dia mulai bisa merasa bahwa kesadaranya akan segera hilang dan hal itu memaksanya untuk menggerakan tubuhnya yang sudah hampir kehabisan energi untuk bergerak lebih cepat, meskipun dia sendiri pun sudah tahu bahwa dirinya sendiri sudah mencapai batas.
Kenapa?
Kenapa di sekelilingnya hanya ada api?
Kenapa di merasa bahwa dia harus segera keluar dari tempat ini?
Dimana dia sekarang?
Apa yang sebenarnya terjadi?
Dimana jalan keluarnya?
Apa dia akan mati?
Jika iya kenapa dia repot-repot mencari jalan keluar?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
'Karena itu merupakan pertanyaan yang harus kau jawab sendiri…'
?!
"BRENGSEK!"
*Gasp*
Dalam gerakan yang cukup cepat, dua buah pasang mata terbuka dan memperlihatkan dua bola mata berwarna biru tua kepada dunia, sebelum pemilik kedua bola mata tersebut segera mengganti posisinya yang semula hanya berbaring dilantai menjadi duduk dilantai. Napasnya terengah-engah seperti orang yang baru lari marathon sepanjang 2 kilometer dan wajah dan sekujur tubuhnya sudah dibasahi oleh keringatnya sendiri. Tangan kananya yang semula ia gunakan untuk menopang tubuhnya bersama tangan kirinya, ia gerakan dan ia gunakan untuk mencengkram dadanya, tepatnya di bagian dimana jantungnya harusnya terletak.
Dia dapat merasakannya, bagaimana cepatnya hatinya berdetak dan bagaimana hal tersebut membuatnya menjadi panik seperti ini. Dia menutup kedua matanya, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri dengan segala kekuatan batin (?) yang dia miliki. Setelah beberapa menit, yang hanya diisi oleh suara napasnya yang perlahan-lahan mulai menormal kembali, berlalu, dia membuka kedua matanya setelah akhirnya dapat merasakan bahwa jantungnya sudah mulai berdetak pada kecepatan yang normal sementara napasnya juga sudah normal kembali.
Ketika dia sudah memastikan bahwa tidak ada yang aneh lagi dari tubuhnya, dia menghela napas lega sebelum memegang rambut biru tuanya yang juga agak basah karena keringatnya tadi dan memejamkan kedua matanya kembali untuk mencoba mengingat apa yang menyebabkan kondisinya yang tadi sebelum tidur normal-normal saja sekarang malah kelihatan seperti orang yang baru lari keliling lapangan 10 kali tanpa henti.
.
.
.
"Masih tidak bisa kah?" Gumamnya sebelum membaringkan tubuhnya kembali ke lantai yang sudah menjadi kasurnya sejak awal dia datang ke sini tadi. Dia membuka kedua mata biru tuanya kembali dan memandang langit biru yang tidak terlalu dipenuhi dengan awan. Sebuah desahan keluar dari mulutnya setelah dia hanya berdiam diri memandangi langit yang kata kebanyakan kakek-kakek, terlihat berbeda dari langit yang pernah mereka lihat pada masa mudanya.
Tapi dia dapat mengerti kenapa kakek-kakek itu dapat berkata seperti itu, lagipula, masa yang mereka alami dulu dengan masa yang dialami olehnya dan remaja-remaja seusainya sudah terlalu berbeda. Terkadang dia berpikir betapa beruntungnya kakek-kakek itu pada saat mereka masih muda dulu, karena mereka masih bisa menikmati yang asli sementara pemuda-pemudi pada masa sekarang sudah tidak bisa lagi menikmati yang asli dan hanya bisa menikmati yang bisa dikatakan sebagai 'buatan'.
Tetapi dia tidak mengatakan bahwa dia tidak berterima kasih atas usaha-usaha mereka yang telah membuat imitasi luar biasa ini, karena dia juga tahu bahwa kehidupan yang dulu dan kehidupan yang sekarang memiliki perbedaan yang setara dengan matahari dan bulan.
Suara pintu otomatis yang terbuka membuat pemuda yang dari tadi hanya melamun dan memandang ke arah langit yang biru dengan ekspresi serius, akhirnya tersentak dari lamunannya. Pemuda bermata biru tersebut memutar kepalanya kearah dimana suara tadi berasal dan menemukan sepasang kaki yang memakai sepasang sepatu boot putih yang memiliki alas berwarna biru dan hanya dari sepatu boot itu saja, pemuda tersebut dapat langsung mengenali siapa pemiliki sepasang kaki tersebut.
"Yo, Hatsune" sapa pemuda berambut biru tua itu sebelum memandang wajah gadis pemilik sepatu boot putih itu yang seperti apa yang dia duga setelah mengenali sepatu boot tersebut, hanya memandangnya dengan ekspresi datarnya yang terkenal. Pemuda itu hanya bisa memberi gadis yang memiliki nama marga Hatsune itu, sebuah senyum… Yang langsung dibalas dengan 3 buku yang semuanya mengenai wajah pemuda tersebut.
"Shion-kun, Meiko-sensei ingin kau menulis tentang sejarah bagaimana keadaan pada masa ini dapat terjadi sebagai hukuman karena kau tidak menghadiri kelasnya tadi dan aku sudah mendapatkan beberapa buku referensi yang bisa kau gunakan untuk menyelesaikan tugas tersebut" jelas gadis yang mengikat rambutnya dalam gaya twintail. Pemuda yang memiliki nama marga Shion itu hanya menyingkirkan 3 buku, yang tadi sukses menghantam kepalanya semua, sebelum dia duduk di lantai dan memandangi ketiga buku yang terletak di lantai di depannya.
"Dasar Akuma-sensei" Shion menggerutu pelan sebelum akhirnya bangkit dari posisi duduknya dan mengambil 3 buku yang tergeletak di lantai. Setelah semua buku sudah aman di tangannya, pemuda berambut biru tersebut berbalik ke arah gadis berambut tosca yang lebih pendek darinya sebelum memberi gadis itu sebuah senyum kecil.
"Terima kasih untuk buku referensinya Hatsune" kata Shion dengan nada bersemangat yang biasa dia gunakan dalam perkcakapan, tapi eksperesi senang di wajahnya langsung menghilang dan digantikan oleh ekspresi kesal yang ditujukan pada gadis yang masih menatapnya dengan ekspresi datar.
"Tapi, kau tidak harus menjatuhkan semuanya ke wajahku bukan?"
"Itu adalah ungkapan rasa kesalku terhadap tindakanmu. Aku memang tidak terlalu peduli dengan tindakan-tindakanmu selama hal tersebut tidak menyebabkanku masalah, tapi tindakanmu tadi sudah membuatku terkena omelan Meiko-sensei selama hampir 30 menit dan dia melakukan itu kepadaku karena fakta bahwa kita adalah 'Partner'" jelas Hatsune dan meskipun dia masih mengenakan ekspresi datar dan suara yang halus, tapi pemuda berambut biru ini dapat dengan mudah mendeteksi tanda-tanda kekesalan pada kata serta cara gadis di depannya menyapaikan kata-katanya tadi dan jujur, kemarahan gadis berambut tosca didepannya ini adalah salah satu hal yang dia takuti dan ingin hindari, lagipula dia masih sedikit trauma setelah merasakan bagaiman dashatnya kemarahan gadis ini beberapa bulan yang lalu. Dan dalam sekejap, ekspresi kesal pemuda itu langsung berganti menjadi ekspresi gugup yang juga disertai dengan seringai gelisah.
"A-Ah, begitukah? Mohon maafkan aku kalau begitu" balas Shion sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang memang tidak terasa gatal. Hatsune hanya menaikkan salah satu alisnya setelah melihat kelakuan pemuda berambut biru tua didepannya yang bisa dikatakan tergolong sedikit kekanak-kanakan, tapi mau bagaimana lagi? Pemuda ini adalah partnernya dan itu adalah hal yang tidak bisa dia ganti, mau tidak mau, dia harus menjalaninya, menjadi partner dari pemuda berambut biru tua ini.
"Kalau begitu segera kerjakan tugas tersebut. Meiko-sensei mengharapkan tugas tersebut untuk berada di e-mailnya sebelum jam kerjanya selesai" kata Hatsune sebelum akhirnya gadis berambut Tosca itu berbalik dan mulai berjalan pergi meninggalkan pemuda berambut biru tua yang masih berdiri ditempatnya sambil memandang punggung sang partner yang sudah berjalan menuju elevator yang merupakan satu-satunya pintu keluar dari atap gedung utama sekolah mereka ini. Setelah memandang langit sekali lagi, pemuda tersebut membuang nafas sebelum memasukkan tangannya yang masih bebas ke dalam saku celana panjangnya dan mulai berjalan menuju partnernya yang sudah berdiri di depan elevator dan menunggu pintu elevator untuk terbuka.
Sambil berjalan menuju elevator, pikiran pemuda berambut biru tua tersebut hanya berisi tentang satu hal saja….
'Harus membeli 5 cup es krim dulu supaya otakku dapat bertahan dalam mengerjakkan tugas si Akuma-sensei yang menyebalkan itu'
Tahun 2097, tahun dimana akhirnya umat manusia mengukir sejarah sekali lagi. Tahun dimana akhirnya usaha bertahun-tahun pihak NASA akhirnya membuahkan hasil yang bisa dibilang sangat memuaskan. Karena pada akhirnya, setelah bertahun - tahun melakukan penelitian dan beberapa eksperimen, para astronom dari NASA mengumumkan bahwa mereka telah sukses menemukan beberapa planet lain yang sudah tidak diragukan lagi akan dapat ditinggali oleh manusia dan pada saat yang sama, mereka sudah mempersiapkan beberapa astronot mereka untuk segera melakukan penelitian secara langsung ke planet-planet tersebut dan menentukan keadaan planet-planet tersebut.
Project S.E., atau yang memiliki kepanjangan Project Star Exploration, merupakan nama yang diberikan projek eksplorasi planet-planet baru yang diyakini dapat ditinggali oleh umat manusia, hewan, dan tumbuhan tersebut. Projek tersebut dilakukan oleh 10 orang yang masing-masing merupakah perwakilan dari berbagai Negara yang turut ikut serta mendanai projek ini yang bisa dikatakan membutuhkan dana yang cukup besar, tapi tentu saja kemungkinan untuk dapat meninggali planet lain selain bumi membuat para petinggi Negara-negara tidak memiliki masalah untuk menyumbangkan sebagaian uang Negara mereka.
Projek itu dipimpin oleh Leon Armstrong, keturunan dari orang pertama yang pernah mendarat di bulan, dan menggunakan pesawat luar angkasa tercepat yang pernah diciptakan oleh umat manusia pada saat itu, Ieiunas. Pesawat luar angkasa yang merupakan ciptaan dari beberapa Negara itu juga dijuluki sebagai kendaraan tercepat dibumi pada masa itu yang rumornya memiliki kecepatan yang mendekati kecepatan suara (A/N: Yang bener lu tong).
Tim Project S.E. berangkat 6 bulan setelah pengumuman tentang ditemukannya planet-planet lain yang bisa dihuni terjadi dan membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk dapat mengkesplorasi semua planet tersebut secara utuh dan dari hasil eksplorasi tim project S.E. dapat dikatakan bahwa 3 dari 5 planet yang ditemukan oleh astronom - astronom NASA positif dapat ditinggali oleh hewan, tumbuhan, maupun manusia dan pada 16 Maret tahun 2099, umat manusia secara resmi telah mengubah perdaban mereka dan pastinya memasuki masa revolusi sekali lagi.
Tahun 2120, sekitar 20 tahun sudah lewat semenjak umat manusia memasuki masa revolusi dan meninggali planet-planet baru yang sudah dipositifkan dapat ditinggali oleh bangsa manusia dan hewan. Alrios, Avalon, dan Alega, itu adalah ketiga nama planet yang sudah mulai dihuni oleh manusia walaupun dibandingkan dengan manusia yang masih menetap dibumi, jumlah manusai di planet-planet itu masilah sangat sedikit karena masih banyak manusia di bumi yang masih ragu untuk menempati planet asing.
Tetapi meskipun begitu, sedikit demi sedikit, mulai banyak manusia yang mulai berani untuk membangun kehidupan baru dan meninggalkan bumi untuk menempati satu dari ketiga planet tersebut.
Tentunya banyak juga keuntungan yang didapat karena kehadiran tiga planet tersebut, sebagai contoh adalah adanya sumber daya baru yang dapat digunakan untuk menggantikan minyak bumi dan gas alam yang jumlahnya memang tinggal sedikit.
Di planet Avalon ditemukan cairan berwarna ungu yang setelah diteliti ternyata dapat digunakan sebagai pengganti minyak bumi, terlebih lagi cairan ungu ini diproduksi oleh pohon yang terletak di Avalon. Itu hanyalah satu dari sekian banyaknya penemuan yang ditemukan oleh para peneliti setelah meneliti keadaan alam yang dimiliki oleh ketiga planet tersebut dan tentunya penemuan-penemuan ini jugalah yang mendorong umat manusia untuk akhirnya memberanikan diri meniggalkan bumi dan meninggali satu dari tiga planet tersebut.
Dan pada akhirnya lahirlah kata Era Cosmic, Era dimana manusia akhirnya tidak hanya ditemukan di planet bumi, tapi juga di ketiga planet baru tersebut. Memang umat manusia mendapat banyak keuntungan karean hasil dari Project S.E. dan dapat dilihat dengan jelas bahwa keadaan mereka sekarang terasa jauh lebih makmur dengan kehadiran sumber daya baru yang juga dapat mengatasi beberapa masalah yang ada di bumi, tapi…
Semua berubah ketika Negara api *plak* (bukan avatar idiot)… *ahem* Semua berubah ketika virus itu muncul.
Tahun 2150, merupakan tahun dimana semua kebahagian karena ditemukannya ketiga planet itu, akhirnya hancur. 50 tahun sudah lewat semenjak Alrios, Avalon, dan Alega ditemukan dan selama 50 tahun itulah umat manusia sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ciptaan terhebat mereka selama 50 tahun tersebut adalah ARC, sebuah pesawat ruang angkasa maha besar yang dapat menampung sekitar 500 sampai 550 juta manusia dan didalam pesawat tersebut dapat dikatakan adalah seperti sebuah Negara sendiri. Dalam 50 tahun tersebut umat manusia sudah dapat membuat 5 buah ARC yang pada awalnya dibuat dengan tujuan untuk menjelejahi seluruh galaksi dan melakukan eksplorasi. Tapi tujuan ARC berubah ketika planet Alrios mengalami sebuah musibah besar.
Dalam waktu 1 bulan, semua isi planet Alrios berubah secara drastis. Flora, fauna, bahkan sampai manusianya yang tinggal disana pun mengalami perubahan genetik yang menyebabkan tubuh mereka berubah menjadi tubuh monster dan bukan hanya tubuhnya saja, tapi perilakunya pun juga berbuah seperti seekor binatang buas. Tentu saja, pihak militer mencoba untuk melawan makhluk yang bisa dikategorikan muntan itu, tapi tidak usaha mereka terbukti sia-sia karena persenjataan mereka tidak melukai para muntan tersebut.
Dan dari kejadian itulah nama "Infector" muncul. Peneliti memutuskan untuk menamai makhluk-makhluk muntan tersebut dengan nama itu karena dari data yang didapatkan dari para prajurit yang melawanya, ada sebuah virus yang menyerang tubuh mereka dan memaksa tubuh mereka berevolusi sehingga menjadi seperti itu. Tapi hal itu tidak berhenti disana, karena 1 bulan setelahnya, planet Alega juga diserang oleh virus yang sama yang entah datangnya dari mana. Tentu saja, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan kejadian yang sama terulang kembali dan dalam satu bulan, planet Alegapun juga menjadi planet yang dihuni oleh para Infector.
Pemerintahan planet Bumi dan Avalonpun mulai panik dengan kejadian ini dan akhirnya merekapun membuat keputusan untuk memulai projek baru, projek yang bertujuan untuk menghindari bencana melanda planet Alrios dan Alge terulang kembali. Projek tersebut kemudian diberi nama dengan, Project Noah. Dan karena alasan itulah kenapa sekarang seluruh umat manusia yang tersisa hidup dalam sebuah kapal induk raksasa yang awalnya diciptakan untuk menjelajah galaksi sekarang malah digunakan sebagai pengganti planet. Kelima ARC itupun digunakan sebagai pengganti planet bagi umat manusia karena seperti yang telah diperkirakan, Avalon pun juga ikut terserang virus tersebut.
Tetapi setelah beberapa bulan mulai mengelilingi galaksi dalam harapan untuk menemukan planet baru untuk ditinggali, ternyata para Infector sudah bermutasi sampai mereka dapat bergerak dan beradaptasi pada luar angkasa dan karena alasan yang tidak ketahui juga, para Infector itu menyerang 5 ARC dan itulah yang menyebabkan kelima ARC itupun menjadi terpisah. Setelah 2 tahun menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka, umat manusiapun akhirnya menemukan sebuah senjata yang akhirnya dapat menyaingi bahkan sampai membunuh para Infector tersebut. Senjata ini merupakan sebuah robot dengan tinggi serumah dan memiliki bentuk yang hampir sama dengan manusia atau bisa disebut bentuk humanoid. Nama robot-robot ini adalah Vanguard.
Tetapi karena pada masa itu yang dapat memiloti Vanguard dengan handal hanya ada sedikit, maka pemerintah membuka sarana pendidikan bagi para remaja untuk belajar bagaimana memiloti Vanguard agar para remaja diharapkan dapat menjadi pelindung masa depan umat manusia dari para Infector dan itu jugalah bagaimana akademi terbesar di dalam ARC no 2 ini dapat berdiri, akademi yang dikhususkan untuk tidak hanya mendidik tapi juga melatih para remaja agar dapat melawan para Infector tersebut, nama akademi itu adalah….
SkyGate Academy.
"Selesai" Kata Shion sambil melepas nafas lega dan akhirnya dapat meletakkan kepalanya, yang sudah berasap dan mengotori udara di sekitar ruangan yang ditempatinya sekarang, ke atas meja didepannya. Hatsune yang duduk disampingnya dari tadi dengan niat untuk mengawasi partner berambut birunya ini, segera menarik tab yang sudah berisi tentang laporan sejarah yang diminta oleh Meiko-sensei dan setelah memencet beberapa tombol digital di tab tersebut, laporan sejarah buatan partnernya pun sudah menuju ke alamat e-mail si guru.
"Kerja bagus Shion-kun, kau dapat menyelesaikannya sebelum batas waktunya" kata gadis berambut tosca itu dengan datar setelah meletakkan tab milik partnernya tersebut ke atas meja sebelum mengambil sesuatu dari tas miliknya. Si pemilik nama marga Shion itu hanya bisa menghela napas sebelum memaksa dirinya untuk duduk tegak sambil melihat ke arah langit-langit perpustakaan yang mereka tempati sekarang. Dia bisa merasakan otaknya yang masih mencoba mendinginkan diri setelah di pakai secara intens dan Tanpa Satu Es Krim Sama Sekali!
Salahkan gadis di sebelahnya yang mengatakan bahwa es krim hanya akan menjadi penghambatnya, hal yang dirasanya sangat tidak masuk akal! Es krim tentu saja akan memberikannya kekuatan kepada otaknya yang pastinya akan membuatnya mampu menyelesaikan laporan tersebut lebih cepat dengan hasil yang lebih memuaskan!
Tiba-tiba, inner monolog pemuda berambut biru itu terhenti ketika dia akhirnya menyadari kehadiran suatu benda yang terletak diatas meja di depannya. Pemuda itu berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menyadari sesuatu…
Cup biru itu…
Ukuran yang pas itu…
Serta bau khas ini…
Tidak disalahahkan lagi, benda asing tersebut adalah ES KRIM!
"Terima kasih Hatsune!" Kata Shion dengan nada penuh kesenangan dan semangat sebelum dia cepat menangkap targetnya dan segera memuaskan hasratnya yang dari tadi sudah memeritahkannya untuk mendapat es krim segara. Gadis berambut tosca hanya memberinya senyum kecil sambil mengganggukan kepalanya sedikit, paling tidak pemuda ini memang pantas mendapatkan es krim tersebut setelah dia membuat laporan yang menurutnya cukup memuaskan.
"Jadi, apakah itu mereka?"
"Ya, itulah mereka, pasangan yang disebut-sebut sebagai the Opposite Partner"
"Duo nomor 197, Kaito Shion dan Miku Hatsune kah?"
